Jubir Presiden Gus Dur; Kepala Negara Saja Tidak Dihormati, Apalagi Warganya

Jakarta, FNN - Buntut deportasi yang dilakukan Singapura terhadap Ustad Abdul Somad terus berlanjut. Di berbagai daerah muncul desakan Ganyang Singapura. Negara seperti tak ada harganya, padahal dulu Presiden Gus Dur pernah marah terhadap Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yeuw yang menuduh Indonesia sarang teroris.

Juru bicara Presiden Gus Dur, Adhie Massardi merasa miris melihat nasib bangsa Indonesia tidak dihargai di mata internasional.

Dari sisi ketatanegaraan, kata Adhie Singapura itu baik-baik saja. Masyarakat nya baik-baik saja, menghormati bangsa Indonesia.

Diakui Adhie bahwa sejak Pak Harto lengser, Singapura berubah sikap terhadap Indonesia.

"Mereka merendahkan masyarakat Indonesia seakan tidak punya pemimpin yang disegani dunia luar. Ibarat rumah tangga, kalau anak-anaknya tidak diurus oleh orang tuanya, maka tidak akan dihargai oleh para tetangga," paparnya kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Sabtu, 21 Mei 2022.

Menurut Adhie, faktanya memang pemimpin kita tidak memperhatikan rakyatnya.

"Demikian juga Presiden Joko Widodo tidak dihargai negara lain, ngapain juga menghargai rakyatnya," tegasnya.

Diakui Adhie, Singapura memang punya masalah kompleks dengan hubungan ketatanegaraan.

Pihaknya dulu sering mendapat laporan bahwa ilegal logging, ilegal oil, semua barang selundupan itu ditampung Singapura. Semua itu akhirnya dihentikan oleh Gus Dur. Akhirnya aparat negara Singapura kontak dirinya, yang menyatakan keberatan dituduh sebagai penadah barang barang itu. Barang barang itu dianggap legal, dan proses legalisasinya di tengah laut. Gus Dur akhirnya turun tangan dan mengawasi praktek-praktek semacam itu. Legalisasi di tengah laut itu akal-akalan dan ilegal.

Singapura juga dianggap sebagai negara penampung koruptor.

Adhie juga menegaskan bahwa ada ide Gus Dur untuk membentuk organisasi semacam ASEAN, tapi ASEAN bagian belakang yang terdiri dari Solomon, Timor Leste, Papua Nugini, dan lainnya semacam ASEANnya Asia Pacifik di kawasan Oceania. Gagasan ini ditolak oleh Lee Kwan Yeuw.

"Marahlah Gus Dur. Gus Dur menilai Lee sedang mempengaruhi negara lain supaya menolak juga

Adhie menduga mungkin Singapura khawatir kalah pengaruhnya di Asia Pacifik anjlok.

Setelah Gua Dur lengser tahun 2002 setelah Indonesia heboh soal teroris dalam peristiwa 911, Indonesia dituduh sarang teroris.

"Wajar kalau Gua Dur marah karena Gua Dur pemimpin umat Islam moderat terbesar di Indonesia. Lalau Gus Dur bilang kalau mau bikin ribut, ayo ribut," paparnya.

Adhie menambahkan bahwa dulu juga ada teroris dari seberang yakni Azahari dan Noordin M Top, itu situasi ketika Singapura dan Malaysia sedang mengembangkan industri pariwisata,

Adhie menduga dua teroris itu sengaja dikirim ke Indonesia dalam rangka proyek di Singapura dan Malaysia tersebut.

"Siapa yang kirim? Kita sebetulnya tahu. Tapi karena kami sudah lengser, kami tidak bisa protes dan hanya bisa menonton. Hanya saja kenapa pemerintah yang sah tidak melakukan langkah-langkah preventif terhadap operasi teroris dari negeri seberang," tegasnya.

Adhie bersaksi bahwa Gua Dur kalau menyangkut negara, dia akan keras terhadap luar. Contoh ada TKW di Arab Saudi yang mau dieksekusi, Gua Dur langsung bicara. Akhirnya ada yang ditunda atau dibatalkan, padahal waktu itu Gus Dur sudah tidak menjabat. 

"Kalau urusan rakyat, apapun harus dibela dulu. Salah atau benar itu urusan belakang. Bapak sebagai orang tua dari rakyatnya, Gus Dur harus bertindak dulu. Itulah sikap Gus Dur terhadap negara dan rakyatnya," paparnya 

Demikian juga soal pengelolaan sumber daya alam, kalau kontrak kontraknya penuh KKN, Gus Dur tegas menolak.

"Kalau pemerintah sekarang, jangankan terhadap rakyatnya, terhadap kekayaan alam saja tidak sensitif. Contoh terbaru, bagaimana sawit itu punya sendiri tapi pemerintah bertekuk lutut pada taipan," tegasnya 

"Yang saya tidak habis pikir kenapa ada gerakan Islamopobia di Indonesia, padahal kita negara mayoritas muslim. Orang orang yang melontarkan kebencian terhadap Islam ternyata muslim juga," tegasnya.

Adhie mengaku baru sadar ketika  muncul kasus UAS, kenapa baru muncul seolah olah Islamopobia, padahal Singapura tidak phobia terhadap agama apapun.

"Singapura tidak phobia terhadap Islam. Ini persoalan dalam negeri Indonesia. Masyarakat selalu disibukkan oleh urusan agama lalu melupakan kegagalan kegagalan pemerintah yang makin parah," tegasnya.

Apalagi lanjut Adhie, sehari sebelum penangkapan UAS, ada penangkapan Lin Che Wei, lalu kemudian beritanya hilang. Kita tahu Lin Che Wei bagian dari mafia minyak goreng.

"Siapa yang bermain kita paham, cuma karena kita tidak berada di dalam struktur ketatanegaraan, ya kita hanya bisa mengungkapkan temuan dan kecurigaan itu," paparnya.

Munculnya Islamopobia yang terstruktur, sistematis dan masif ini dimulai sejak pemilihan gubernur DKI sampai hari ini. Umat Islam dibikin gaduh. Selama kurun waktu itulah sumber daya alam dieksploitasi secara gila gilaan. Hukum diperalat untuk memudahkan penguasaan sumber daya alam oleh oligarki," pungkasnya. (Ida, sws)

423

Related Post