LINGKUNGAN

Pakar Lingkungan Sebut Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Perbaiki Iklim

Solo, FNN - Pakar Lingkungan dari Universitas Diponegoro Semarang Syafrudin mengatakan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan mampu memperbaiki iklim udara yang saat ini mulai mengalami perubahan. "Saat ini mulai terjadi perubahan iklim akibat polusi udara. Oleh karena itu, perlu didorong untuk penggunaan BBM ramah lingkungan, yakni BBM yang pembakarannya tidak menambah beban kualitas udara, seperti Pertamax Series," katanya di Semarang, Rabu. Apalagi, katanya, sektor transportasi berkontribusi sekitar 5-10 persen terhadap pencemaran udara yang selanjutnya berdampak pada perubahan iklim. Ia mengatakan salah satu jenis BBM yang mampu menghasilkan pembakaran yang baik dengan tingkat karbon dan timbal rendah yakni Pertamax dengan RON di atas 91. Oleh karena itu, menurut dia penggunaan BBM jenis ini agar lebih digencarkan lagi mengingat dengan iklim yang makin baik akan berdampak pada peningkatan indeks kesehatan masyarakat. "Jika polusi minim tentu iklim akan makin baik, masyarakat juga makin sehat," katanya. Untuk percepatan perpindahan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan oleh masyarakat tersebut, dikatakannya, pemerintah perlu memberikan dukungan berupa insentif seperti keringanan pajak. "Selain itu, juga dari sisi aturan, misalnya bagi masyarakat yang sudah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan pada kendaraan masing-masing, maka mereka diberi insentif dengan pengurangan pajak. Ini karena dia sudah memberikan kontribusi dalam lingkungan yang lebih baik," katanya. Sementara itu, jika dilihat dari aspek kesehatan, Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Susi Herawati mengatakan dengan udara yang lebih bersih akibat kadar gas karbondioksida (CO2) yang mengalami penurunan maka kesehatan paru-paru juga akan tetap terjaga. "Karena udara yang masuk ke paru-paru merupakan udara bersih. Penggunaan BBM ramah lingkungan memang harus, karena kalau CO2 tinggi maka akan menyebabkan flek di paru-paru," katanya. (mth)

Hujan Abu Vulkanik Gunung Merapi Meliputi 19 Desa di Magelang

Jakarta, FNN - Hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi berdampak pada 19 desa di tujuh kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Menurut data BPBD Kabupaten Magelang yang dikutip dalam siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Rabu, hujan abu tipis akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi di antaranya meliputi Desa Paten dan Sengi di Kecamatan Dukun; Desa Ketep dan Wonolelo di Kecamatan Sawangan; serta Desa Pakis, Gejagan, Rejosari, Banyusidi, Ketundan, Petung, dan Daleman Kidul di Kecamatan Pakis. Selain itu, hujan abu meliputi Desa Pucungsari, Pesidi, dan Lebak di Kecamatan Grabag; Desa Kaliurang di Kecamatan Srumbung; Desa Kebonagung di Kecamatan Tegalrejo; serta Desa Karangkajen, Donorejo, dan Krincing di Kecamatan Secang. "Kondisi aman. Aktivitas masyarakat masih terpantau aman dan tidak terganggu. Kita tetap siaga 24 jam," kata Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono. Guna mencegah dampak abu vulkanik terhadap kesehatan masyarakat, BPBD Kabupaten Magelang sudah membagikan masker kepada warga di Kecamatan Sawangan dan Dukun. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran sejauh 2.500 meter ke arah barat daya pada Selasa (10/8) pukul 20.27 WIB. Awan panas guguran tersebut memicu terjadinya hujan abu tipis. BPPTKG menyatakan bahwa status aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada di level 3 atau Siaga. Warga belum direkomendasikan mengungsi ke tempat yang lebih aman, namun diimbau waspada. ​​​​​​​"Tetap tenang dan waspada dengan tetap jalankan protokol kesehatan dengan baik. Jangan beraktivitas di luar jika tidak mendesak,” kata Edi. (mth)

BMKG: Waspadai Hujan Disertai Angin Kencang di Sumatera Utara

Medan, FNN - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Sejumlah wilayah di Sumatera Utara, Rabu. Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Budi Prasetyo, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, waspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Kondisi tersebut dapat terjadi di wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Kepulauan Nias, Tapanuli Tengah, Langkat, Deli Serdang, Medan, Simalungun, Humbang Hasundutan dan sekitarnya," katanya. Secara umum kondisi cuaca siang hari berawan dan Berpotensi Hujan Ringan hingga Sedang di Wilayah Kep Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga, Pakpak Bharat, Mandailing Natal, Langkat, Deli Serdang, Medan, Humbang Hasundutan, Asahan dan sekitanya Sore-malam hari berpotensi hujan ringan hingga lebat di wilayah Kepulauan Nias, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, Samosir, Simalungun, Medan, Langkat, Deli Serdang, Toba, Binjai, Serdang Bedagai, dan sekitarnya . Dini hari berawan dan berpotensi hujan dengan intensitas ringan di wilayah Langkat, Medan dan sekitarnya.Suhu udara 24.0-33.0 derajat Celcius, kelembapan udara 60-99 persen angin berhembus dari Tenggara-Barat Laut dengan kecepatan 10 – 30 km/jam. (mth)

Laporan PBB Sebut Tidak Ada yang Aman dari Efek Pemanasan Global

Barcelona, FNN - Sebuah laporan ilmiah utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan, tidak ada yang aman dari efek percepatan perubahan iklim. Terdapat kebutuhan mendesak mempersiapkan dan melindungi orang-orang ketika cuaca ekstrem dan naiknya permukaan laut menghantam lebih keras dari yang diperkirakan. Laporan dari Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), dikeluarkan Senin (9/8) dan ditulis oleh 234 ilmuwan. Laporan itu menyebutkan, pemanasan global sebesar sekitar 1,1 derajat Celcius telah membawa banyak perubahan di berbagai kawasan. Mulai dari kekeringan dan badai yang lebih parah hingga naiknya permukaan laut. "Semua itu akan terus meningkat dengan pemanasan lebih jauh. Namun, belum terlambat untuk mengurangi emisi pemanasan iklim untuk menjaga kenaikan suhu ke tujuan yang disepakati secara internasional yakni “jauh di bawah” 2 derajat Celsius. Idealnya 1,5 derajat Celsius - yang akan membantu menghentikan atau memperlambat beberapa dampak," kata laporan tersebut. Sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (11/8/2021}, para pejabat PBB mengatakan, IPCC semakin membunyikan alarm dalam laporan regulernya selama tiga dekade terakhir. Akan tetapi, hal itu tidak mendorong adanya tanggapan kebijakan yang memadai. “Dunia mendengar, tetapi tidak mendengarkan. Dunia mendengar, tetapi tidak bertindak cukup kuat- dan akibatnya, perubahan iklim adalah masalah yang ada di sini sekarang,” kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB. “Tidak ada yang aman. Hal tersebut semakin memburuk dengan cepat,” katanya pada para wartawan pada peluncuran laporan secara daring.Ketua IPCC, Hoesung Lee, mengatakan laporan itu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan iklim dan bagaimana hal itu telah terjadi di seluruh dunia. "Ini memberi tahu kita, tidak dapat disangkal aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim dan membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih sering dan parah," katanya, menggambarkannya sebagai "kotak peralatan yang berharga" bagi para negosiator pada pembicaraan iklim COP26 November. Semua bagian dunia terpengaruh. Laporan tersebut berisi informasi terinci tentang dampak berdasarkan wilayah, serta pengetahuan yang berkembang pesat tentang menghubungkan peristiwa cuaca ekstrem dengan perubahan iklim. Laporan itu juga menawarkan atlas interaktif yang memungkinkan orang untuk memeriksa perubahan iklim di tempat mereka tinggal. Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang menjadi tuan rumah IPCC mengatakan, jika dikonfirmasi dan dilaksanakan, rencana pemerintah mengurangi emisi dapat membatasi pemanasan global hingga 2,1 derajat Celcius. Akan tetapi, tingkat kenaikan suhu itu masih akan membawa banyak masalah. Termasuk kekurangan pangan, panas yang ekstrem, kebakaran hutan, kenaikan permukaan laut, potensi "krisis pengungsi". Juga dampak negatif bagi ekonomi global dan keanekaragaman hayati. "Selain pengurangan emisi, "sangat penting untuk memperhatikan adaptasi iklim. Sebab, tren negatif dalam iklim akan berlanjut selama beberapa dekade dan dalam beberapa kasus selama ribuan tahun", kata Petteri Taalas dalam peluncuran laporan. Salah satu cara ampuh untuk beradaptasi, katanya, adalah berinvestasi dalam layanan peringatan dini untuk ancaman seperti kekeringan dan banjir. Akan tetapi, hanya setengah dari 195 negara anggota WMO yang saat ini memilikinya, memicu kerugian manusia dan ekonomi. "Terdapat juga kesenjangan parah dalam sistem meteorologi dan prakiraan cuaca di Afrika, sebagian Amerika Latin, Karibia, dan Pasifik," ujarnya. (MD)

Green Moluccas Galakkan Adopsi Mangrove

Ambon, FNN - Komunitas Green Moluccas menggalakkan kegiatan adopsi mangrove guna menjaga keberadaan dan kelangsungan kawasan mangrove di Teluk Ambon. "Kegiatan adopsi mangrove merupakan program divisi kampanye dan advokasi green moluccas bagi para adopter maupun masyarakat di Ambon maupun di luar," kata Pendiri Green Moluccas, Irene Sohilait, di Ambon, Maluku, Sabtu. Ia mengatakan, para adopter dapat mengadopsi mangrove dengan biaya Rp20 ribu per anakan, termasuk label pada bibit mangrove, perawatan selama satu tahun dan pelaporan pertumbuhan mangrove setiap bulan. Anakan mangrove tersebut, akan dirawat dan dijaga oleh anggota Green Moluccas dan akan dilaporkan ke adopter secara berkala. "Biaya adopsi dapat ditransfer ke rekening Yayasan Kamboti, siapa pun dapat terlibat dalam kegiatan ini," katanya. Kegiatan adopsi tersebut diharapkan mangrove akan menjadi barrier bagi daerah Teluk Ambon dalam. "Adopsi mangrove juga merupakan aksi nyata mencintai, merawat, dan menjaga pesisir laut khussunya di kawasan teluk Ambon," ujarnya. Irene mengakui, program rutin divisi kampanye dan advokasi Green Moluccas "bameti" sampah yaitu membersihkan kawasan mangrove dari sampah setiap hari Jumat. Sampah hasil bameti katanya, akan dikumpulkan di bank sampah dan akan ditukarkan dengan uang atau jenis lainnya. Selain itu juga dilakukan sosialisasi bagi masyarakat terkait pengelolaan sampah berbasis masyarakat, dan bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat. "Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penerapan sanksi yang nantinya akan dikerjakan bersama pengurus RT dan RW setempat, bagi masyarakat yang membuang sampah di kawasan mangrove," kata Irene. (mth)

DLHK3 Minta Perhotelan di Banda Aceh Lakukan Pemilahan Sampah

Banda Aceh, FNN - Dinas Lingkungan Hidup Keindahan dan Kebersihan Kota (DLHK3) Kota Banda Aceh minta manajemen perhotelan di Banda Aceh untuk menjalankan program pemilahan dan pembatasan sampah guna menuju Banda Aceh Bebas Sampah 2025. “Semua hal yang positif ini menjadi modal terbesar bagi mewujudkan Banda Aceh Bebas Sampah 2025," kata Kepala DLHK3 Banda Aceh Hamdani Basyah, di Banda Aceh, Sabtu. Ia mengatakan sejauh ini mulai banyak hotel di Banda Aceh yang mendukung program kebersihan dengan menjalankan pemilahan dan pembatasan sampah tersebut. Sejak Januari 2021 lalu, kata dia, pihak hotel telah menjalankan program ini secara baik dengan pendampingan oleh tim LHK3 sendiri. Hotel-hotel berbintang di Banda Aceh seperti Hermes Palace, Kyriad Muraya dan beberapa lainnya sudah lebih dulu menerapkan dengan pendampingan tim fasilitator. “Program ini terus berjalan, kita juga turun langsung ke hotel-hotel lainnya di Banda Aceh," katanya. Ia menjelaskan Banda Aceh memiliki modal besar untuk menjalankan program lingkungan ini karena adanya komitmen yang sangat kuat dari Wali Kota Banda Aceh mewujudkan kota yang bersih, indah, rapi, sehat dan nyaman. "Ini juga dalam rangka menjadikan Banda Aceh bebas sampah tahun 2025 sesuai amanah Peraturan Wali Kota (Perwal) Banda Aceh Nomor 46 Tahun 2018," katanya. Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi menjaga kebersihan kota yang dimulai dari lingkungan terkecil, yakni rumah tangga. Bisa dengan memilah sampah sesuai jenisnya. “Ketika sampah sudah dipilah, maka akan lebih mudah untuk ditangani. Ada yang perlu dibawa ke tempat daur ulang, ada yang kemudian langsung dibawa ke TPA,” demikian Hamdani. (mth)

Jakarta Siap Berkolaborasi dengan London Memperkuat Ketahanan Iklim

Jakarta, FNN - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dengan Pemerintah Kota London, Inggris, untuk memperkuat ketahanan iklim di kedua kota metropolitan itu. "Kami di Jakarta siap berkolaborasi dan bertukar pengalaman antar-dua kota sehingga upaya untuk membuat kedua kota lebih berketahanan iklim akan menjadi lebih kuat," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Rabu. Gubernur DKI mengatakan Jakarta dan London memiliki semangat yang sama dalam menghadapi krisis iklim meski kedua kota besar itu bukan merupakan "sister city". Sebagai sesama anggota C40 Cities, Jakarta terus mengerjakan gerakan mengatasi krisis iklim dengan menjadi kota berketahanan dan nol emisi. Penanganan krisis iklim, kata dia, dikerjakan dengan semangat kolaborasi berbagai pemangku kepentingan. "Terlebih di masa pandemi seperti ini, kami optimis Jakarta akan bangkit dan menjadi lebih tangguh dalam setiap situasi krisis," katanya. Adapun C40 Cities adalah jaringan kota-kota besar di seluruh dunia yang berkomitmen mengatasi perubahan iklim. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menambahkan Jakarta dan London memiliki karakteristik yang mirip. Keduanya merupakan sebuah wilayah metropolitan yang besar, hasil dari aglomerasi, tulang punggung perekonomian nasional dan diberikan posisi khusus sebagai ibu kota negara. Bukan hanya itu, kedua kota juga memiliki kesamaan diplomasi iklim di forum C40, sehingga ia siap berkolaborasi. Dalam bincang virtual bersama Wali Kota London Sadiq Khan, Selasa (3/8), Anies mengundang mitranya itu menjadi salah satu pembicara utama dalam "Jakarta Investment Forum" pada November 2021. "Ini merupakan salah satu komitmen Indonesia memperkuat kerja sama bilateral dengan Inggris, khususnya pada bidang perubahan iklim," katanya.(mth)

MUI Ingatkan Ilmuwan Indonesia Jangan Anggap Remeh Jakarta Tenggelam

Jakarta, FNN - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta para ilmuwan Indonesia tidak menganggap enteng prediksi DKI Jakarta akan tenggelam sebagaimana disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden beberapa hari lalu. "Pernyataan Joe Biden itu hendaknya jangan kita anggap enteng," ujar ​​Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas dalam pernyataan resminya di Jakarta, Senin. Sebelumnya, Biden mengatakan bahwa bila perubahan iklim yang ekstrem terjadi di dunia ini, maka Jakarta akan terancam tenggelam dalam 10 tahun ke depan. Abbas mengatakan kewaspadaan dini para ilmuwan saat ini dibutuhkan agar tidak ada kesan membiarkan persoalan menjadi berlarut-larut hingga kondisi bahaya tampak di depan mata. Ia berharap agar para pemimpin dan ilmuwan di negeri ini, terutama mereka yang bidang tugas dan keahlian serta keilmuannya memang terkait dengan masalah perubahan iklim dan pemanasan global untuk bersatu melakukan langkah-langkah serta studi. "Itu untuk disumbangkan kepada dunia dan kepada pemerintah sendiri tentang cara mengantisipasi persoalan tersebut," katanya. ​​​​​​​Abbas berpendapat, perubahan iklim itu terjadi karena pesatnya pembangunan di seluruh dunia saat ini meningkatkan peredaran emisi karbon (CO2 emission) yang mendorong terjadinya kenaikan suhu, sehingga iklim pun berubah. "​​​​​​​Hal itu jelas akan menimbulkan dampak katastropik yang mengerikan yang akan bisa mengancam dunia secara keseluruhan terutama negara kita Indonesia dan lebih-lebih lagi (Ibu) Kota Jakarta," katanya. Menurut Abbas, permukaan tanah di Jakarta menurun setiap tahunnya, sedangkan naiknya permukaan air laut karena pemanasan global menyebabkan mencairnya es yang ada di Kutub Utara dan Selatan. Oleh karena itu, pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah harus berkoordinasi memikirkan bagaimana Indonesia bisa berkontribusi bersama negara-negara lain di dunia untuk menghambat dan mencegah terjadinya perubahan iklim global tersebut dan mencegah dampak buruk menimpa bangsa Indonesia. "Kita sebagai bangsa diharapkan juga sudah harus siap dan punya berbagai alternatif dan solusi serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dan menghadapi masalah tersebut agar kita bisa meminimalisir resiko dan dampak buruk yang akan menimpa negeri kita akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global tersebut terutama (Ibu) Kota Jakarta," kata Abbas. (sws)

BPBD Sumsel Tingkatkan Patroli Cegah Bencana Asap

Palembang, FNN - Petugas BPBD Sumatera Selatan didukung satgas gabungan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa pekan terakhir berupaya meningkatkan patroli untuk mencegah terjadinya karhutla yang dapat menyebabkan bencana kabut asap. "Untuk mencegah terjadinya karhutla besar yang berpotensi mengakibatkan bencana kabut asap pada musim kemarau 2021, kegiatan patroli darat dan udara pada Agustus ini lebih ditingkatkan lagi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Iriansyah di Palembang, Minggu. Menurut dia, dalam beberapa hari terakhir di sejumlah daerah rawan karhutla mulai terjadi kebakaran, namun bisa diatasi sehingga tidak mengakibatkan bencana kabut asap, berkat kesiapsiagaan petugas BPBD bersama satgas gabungan. Melihat kondisi tersebut, pihaknya berupaya meningkatkan patroli untuk mengecek kondisi kawasan hutan dan lahan, jika ada kebakaran dapat dilakukan tindakan cepat dan tepat, sehingga tidak meluas menjadi kebakaran besar yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan serta gangguan kesehatan dan aktivitas masyarakat. Sejumlah daerah yang menjadi sasaran patroli seperti kawasan hutan dan lahan yang rawan karhutla di wilayah Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Kabupaten Banyuasin, dan Musi Banyuasin, katanya. Dia menjelaskan, untuk melakukan patroli udara, pihaknya didukung lima unit helikopter pembom air (waterbombing) yang memiliki kemampuan membawa 5.000 liter air. Tim patroli udara itu melakukan pembasahan lahan pada kawasan yang terdeteksi banyak titik panas (hotspot) dan berupaya melakukan pemadaman api jika melihat ada lahan perkebunan atau kawasan hutan yang terbakar. Kegiatan pencegahan lebih diutamakan untuk mengantisipasi terjadinya karhutla yang besar dan bisa mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat. Melalui upaya tersebut diharapkan wilayah Sumsel yang memiliki kawasan hutan, lahan gambut , dan perkebunan yang cukup luas bisa terhindar dari kebakaran besar dampak musim kemarau tahun ini, ujar Iriansyah. (mth)

Puncak Gelombang Tinggi di Pantai Selatan Gunung Kidul Tidak Terjadi

Gunung Kidul, FNN - Koordinator SAR Satlinmas WIlayah II Gunung Kidul Daerah Istimewa Jogjakarta Marjono mengatakan puncak gelombang tinggi Samudra Hindia di sepanjang pantai selatan, kabupaten setempat tidak terjadi sesuai prediksi yang mencapai enam meter, sehingga tidak menimbulkan kerusakan di wilayah ini. "Dari prediksi, hari ini merupakan puncak terjadinya gelombang tinggi. Namun dari pengamatan gelombang yang mencapai 20 feet terjadi di tengah. Sehingga tidak sempat ke kawasan pantai dan hanya beberapa kali menyapu pantai namun tidak menyebabkan kerusakan," kata Marjono di Gunung Kidul, Minggu. Ia mengatakan kejadian gelombang tinggi biasa terjadi setiap tahun memasuki Agustus. Dari hasil pengamatan di lapangan, puncak gelombang mengalami surut. Gelombang tinggi justru terjadi pada Jumat (30/7), yang menyebabkan kerusakan warung yang ada di kawasan Pantai Drini. Ada tiga warung milik warga yang rusak. Selain lantai gazebo, ada pula bangunan warung yang lantai dan dindingnya jebol terhantam gelombang hingga terbawa arus. Adapun sebagian besar bangunan terbuat dari material tripleks. Selain itu, pasir laut masuk ke warung. Selain itu, tidak ada korban jiwa saat terjadi gelombang tinggi kemarin. Pihaknya juga sudah memberitahukan kepada pengelola wisata ataupun pemilik warung hingga nelayan terkait potensi gelombang tinggi sepekan yang lalu. Nelayan sudah mengamankan perahunya ke kawasan yang lebih aman. "Nelayan sudah mengamankan perahunya, dan tidak ada aktifitas sama sekali. Hari ini tidak ada kerusakan, hanya Jumat (30/7) di Pantai Drini," kata dia. Sementara itu, Koordinator SAR Satlinmas Wilayah I Gunung Kidul Sunu Handoko mengatakan tinggi gelombang mencapai 4 sampai 6 meter pada Jumat (30/7) menyebabkan beberapa bangunan rusak di Pantai Jungwok, Kecamatan Girisubo. Berdasarkan laporan petugas di lapangan, ada tiga bangunan warung yang rusak di Pantai Jungwok. "Gelombang tinggi ini tidak ada korban jiwa, karena penutupan kawasan wisata praktis tidak ada aktivitas di kawasan pantai. Selain itu, informasi mengenai gelombang tinggi sudah disampaikan ke nelayan, dan masyarakat. Nelayan sudah mengevakuasi kapal," kata Sunu. (mth)