50 Tahun Lebih Dewan Da'wah Masuk Pedalaman

Jakarta, FNN - Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Dr. H. Adian Husaini M.Si mengatakan selama ini Dewan Da'wah identik sebagai lembaga pendidikan dan dakwah pedalaman.

Menurut Adian, meski saat ini banyak lembaga Islam yang juga turut berdakwah di pedalaman, tetapi hal ini tidak membuat Dewan Da'wah kehilangan ciri khasnya. 

Selama ini Dewan Da'wah dikenal sebagai lembaga yang konsen dakwah di pedalaman. 

Hal itu disampaikan Adian saat memberikan sambutan pada Haflah dan Silaturahim Idul Fitri 1443 Hijriah di aula Masjid Al Furqan Dewan Da'wah, Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, Sabtu (28/5/2022).

"Itu banyak sekali organisasi-organisasi Islam lembaga-lembaga yang terjun dakwah di daerah pedalaman. Tapi dakwah di pedalaman tidak bisa lepas dari Dewan Da'wah. Sudah 50 tahun lebih Dewan Da'wah menjalankan dakwah di pedalaman," ungkap Adian.

Dikatakan Adian, langkah para pendiri Dewan Da'wah mengirim dai-dai ke daerah pedalaman merupakan langkah strategis. Apalagi saat ini dilanjutkan dengan pola kaderisasi yang tersistem di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.

"Alhamdulillah, STID Mohammad Natsir sudah berkiprah 20 tahun lebih.  Sudah meluluskan lebih dari 700 dai tingkat S1. Sekarang kita masih mendidik 885 kader dai tingkat S1," jelas Adian.

Adian melanjutkan, STID Mohammad Natsir ini bisa disebut sebagai satu-satunya pusat kaderisasi dakwah nasional untuk tingkat S1. Bahkan, keberadaan dan kiprah STID Mohammad Natsir mendapat apresiasi dari YADIM, yayasan dakwah yang berada di bawah pemerintahan Malaysia.

Potensi Umat

Sementara itu Ketua Pembina Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia KH Didin Hafidhuddin menilai selama ini umat terlalu fokus membahas problem-problem internal. 

"Kita lebih banyak berbicara masalah, problem. Seolah-olah kita hidup ini penuh dengan masalah. Tidak ada jalan keluar bagaimana mengatasi masalah," ungkap Kiai Didin. 

Menurut Kiai Didin, umat Islam memiliki berbagai macam potensi. Dengan sibuk membahas dan menggali potensi umat, maka rasa optimisme dalam memperjuangkan Islam terus membara.

"Sebenarnya kita ini adalah umat yang memiliki berbagai macam potensi. Jadi umat Islam itu di dalam Alquran disebut dengan ummatan wasathan, sebagai umat pertengahan," kata Kiai Didin.

Ketika potensi umat ini tergali, jelas Kiai Didin, maka ini menjadi solusi mengatasi problem-problem internal umat. 

"Dengan potensi itu Insya Allah, dengan ketekunan,  dengan pertolongan Allah kita akan mengatasi masalah masalah problematika yang kita hadapi," jelas Kiai Didin.

Salah satu potensi umat yang bisa digali adalah ekonomi syariah. Sebagai ajaran komprehensif, Islam mengatur aspek kehidupan seperti politik hingga ekonomi.

Dikatakan Kiai Didin, saat ini negara-negara di dunia tengah mengalami kebangkrutan ekonomi karena praktek ekonomi ribawi.

"Allah menghancurkan riba dan menghidupkan sodaqoh. Allah akan mengembangkan sodaqoh. Sodaqoh yang bisa kita lakukan," ungkap Kiai Didin. (TG)

350

Related Post