Akan Membisikkan Capres Pilihan Musra ke Parpol, Jokowi Mengalami Delusi?

Jakarta, FNN Presiden Jokowi hadir di acara puncak Musra relawan Jokowi yang digelar di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (14/5/23). Pertemuan tersebut sepertinya betul-betul akan menjadi perjamuan terakhir Jokowi sebagai presiden. Dalam pertemuan tersebut Jokowi sempat berpesan kepada para relawannya agar jangan sampai keliru memilih pemimpin. Dalam pidatonya, Jokowi menyatakan bahwa pemimpin yang tepat untuk masa depan harus pemberani, tidak tunduk pada tekanan-tekanan internasional, kita lawan WTO, kita lawan siapapun, dan lain-lain yang intinya Jokowi masih mengglorifikasi dirinya, bukan tentang calon presiden berikutnya.

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Rocky Gerung mengatakan bahwa Jokowi tengah mengalami psikologi terbalik.  “Itu yang kita sebut reverse psychologypsikologi terbalik dari orang yang enggak dapat pengakuan, tiba-tiba dia mengakui dirinya sendiri," katanya dalam perbincangan dengan wartawan senior FNN Hersubeno Arief di kanal YouTube Rocky Gerung Official edisi Senin (15/5/23).

Sebetulnya, lanjut Rocky, yang dia terangkan adalah sesuatu yang tidak ada. Pemimpin yang akan datang tidak bisa diikat oleh keinginan pemimpin yang sekarang. Secara mudah kita bisa katakan bahwa semua pemimpin tidak boleh diikat oleh pemimpin sebelumnya. Inilah yang dinamakan kebebasan untuk menentukan arah negara. Yang boleh diingat adalah diberi jejak.

"Nah, sekarang apa? Jejaknya Jokowi kan tidak jelas. Jadi, bahkan jejak pun dia nggak punya, apalagi langkah ke depan. Paradoksnya di situ,” ujar Rocky.

Memang, jika kita menyimak pidato Jokowi pada acara Musra, kita tidak mendapat pelajaran apa-apa. Musra sendiri menyatakan bahwa mereka sudah mengajukan nama Jokowi dalam amplop tertutup, lalu Jokowi menyatakan bahwa amplopnya belum dibuka, masih disegel. Tetapi, Musra menyatakan bahwa mereka mengusulkan tiga nama calon presiden, yaitu Prabowo Subiyanto, Ganjar Pranowo, dan Airlangga Hartarto.

Yang menggelitik, menanggapi usulan  nama-nama calo n presiden dari Musra tersebut, Jokowi menjanjikan akan dibisikkan pada ketua-ketua umum partai. Bukankah partai-partai saat ini sudah memilih sendiri calon presidennya?

"Ini  gila. Ini kayak main sulap. Atau main sesuatu yang bisa dikeluarin dari kantong Doraemon. Jadi, sebetulnya kan kita tahu bahwa ada mekanisme dalam partai untuk mencalonkan, ada koalisi, dan ada oligarki yang mensponsori. Musra ini apa posisinya? Dia mau mengajukan seseorang yang kira-kira paralel dengan Erick Thohir supaya Erick turun duit atau Sandi supaya Sandi turun duit?” ungkap Rocky.

Lebih jauh Rocky juga mengatakan bahwa Musra adalah forum relawan Jokowi, sementara Jokowi sudah bukan lagi calon presiden. Jadi mau ngapain Musra? Lain halnya kalau ini relawan Ganjar atau yang lain, maka ada poin di situ.

"Nah, ini sesuatu yang kayak barang aneh di dalam sistem yang sudah kasak kusuk sekarang. Jadi, mau menambah kasak kusuk dengan tiga calon itu. Tiga calon itu juga sudah ada di dalam lembaga survei, ngapain juga kan. Jadi, apa pentingnya itu bagi Prabowo, apa pentingnya bagi Ganjar, dan apa pentingnya bagi kandidat yang lain?” ungkap Rocky.

Yang lebih membingungkan lagi ketika Jokowi akan membisikkan rekomendasi tiga calon presiden usulan Musra itu ke partai-partai. Apa yang mau dibisikkan?

""Ini ilusi semua. Ini seseorang yang tiba-tiba nggak punya kemampuan, lalu berpikir bisa mengatur masa depan Indonesia. Lain kalau yang membisikkan itu Soekarno, itu bermutu walaupun dalam bentuk arwah yang dia bisikkan ke Ibu Mega. Itu pasti bermutu karena orang lihat ada kaitan mistik antara PDIP dengan Bung Karno,“ kata Rocky. 

“Jadi, endorsement power beliau selesai, tetapi di kepalanya itu dia masih ingin mengatur. Itu namanya delusi. Ini mesti ada tim kedokteran jiwa yang memeriksa,” pungkas Rocky. (ida)

393

Related Post