AMIN Resmi Mendaftar ke KPU, Kemenangan bagi Anies, tapi Kecemasan bagi Prabowo dan Jokowi
Jakarta, FNN - Hari ini pasangan Bacapres – Bacawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), resmi mendaftarkan diri ke KPU. Anies dan Cak Imin sampai di KPU RI sekitar pukul 09.58 WIB dengan diantar oleh para ketua umum dan elit partai politik yang tergabung di dalam koalisi serta arak-arakan ribuan pendukungnya. Pasangan Anies - Cak Imin pun menjadi pasangan calon pertama yang mendaftar ke KPU.
“Ya, ini kegembiraan ada pada Anies dan Cak Imin sebetulnya tuh, karena dia bahkan mendahului dua kandidat yang lain yang sebetulnya lebih establish secara institusi. Tetapi, yang masih kita tunggu adalah soal Gibran sebetulnya. Yang lain kan bisa kita asumsikan gampang, tapi isu tentang Gibran apakah tetap di PDIP atau sudah siap-siap untuk jadi ketua AMPI masuk ke Golkar, itu menjadi tanda tanya besar dan kelihatannya kubu Prabowo justru menahan-nahan isu ini karena berupaya untuk memantau lebih dulu apa sebetulnya yang terjadi di PDIP dan apa yang akan publik rayakan kalau Anies datang ke situ,” ujar Rocky Gerung dalam kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Kamis (19/10/23), menanggapai pendaftaran Anies – Cak Imin ke KPU.
Jelas bahwa orang menunggu Anies, lanjut Rocky, karena dari awal orang menganggap bahwa yang tidak mungkin akhirnya menjadi mungkin.
“Kan mission impossible dari Anies akhirnya bisa dilampaui. Jadi, kegembiraan efek psikologi pertama adalah keterkejutan bahwa Anies akhirnya bisa masuk di dalam kompetisi. Jadi ini mission yang tadinya impossible sekarang accomplish,” ujar Rocky.
Buat pasangan AMIN, bisa mendaftar saja sudah merupakan kemenangan. Ini poin pertama dan efek psikologis yang bisa menjadi booster buat mereka yang menganggap bahwa memang perubahan itu ada di wilayah Anies. Tetapi, lanjut Rocky, Mahfud juga unsur baru yang orang anggap etiksnya bisa memboost kelemahan-kelemahan penampilan Ganjar.
Menurut Rocky, tetap orang menduga bahwa pilihan Megawati cerdas, karena dengan cara itu medan perang langsung dipindahkan ke Jawa Timur. Semuanya ini sebetulnya adalah battlefield untuk Jawa Timur. Anies memilih Cak Imin untuk Jawa Timur, Ganjar atau Mega juga menghitung hal yang sama, demikian juga Prabowo yang juga menunggu hal yang sama.
Tetapi, lanjut Rocky, bagi Prabowo ada kesulitan karena koalisinya belum sepakat sepenuhnya apakah Gibran atau yang lain, walaupun samar-samar kita bisa duga keras bahwa akhirnya Prabowo akan mencalonkan Gibran. Karena hanya dengan peralatan Gerindra atau Prabowo dilengkapi sepenuhnya oleh Jokowi.
Tidak mungkin Jokowi kasih sepenuhnya perlengkapannya kalau Gibran tidak dipilih. Hanya itu sebetulnya pertimbangannya. Walaupun kita tahu ada dissenting opinion dari Yusril atau SBY, misalnya, tetapi bagi Prabowo tegak lurus dengan Jokowi itu lebih penting daripada memperhitungkan calon yang lain.
“Jadi Gibran sebetulnya faktor utama, kendati juga saya duga dengan kuat bahwa Prabowo mengerti bahwa akan ada semacam pengurangan suara, karena bagaimanapun Gibran itu adalah liability hari-hari ini. Nah, kondisi itu yang lagi dipertimbangkan, berapa persen turunnya Gibran,” ungkap Rocky.
Gerindra akan turun kalau Gibran dipasang karena, menurut Rocky, pasti bagian-bagian masyarakat sipil sekarang menganggap Gibran adalah beban buat Prabowo. Tetapi sekaligus Prabowo dalam dilema, karena kalau Gibran dipasang berarti tidak akan dapat fasilitas seutuhnya dari Jokowi. Jadi ini sedang dikalkulasi tukar tambahnya, bukan kalkulasi kemenangan. Itu pula yang sedang dicemaskan oleh para pengamat politik.
Sebenarnya bisa dikatakan bahwa tukar tambahnya pasti lebih menguntungkan meskipun elektabilitas Gibran rendah dan bahkan sekarang ini menjadi faktor pengurang dari Prabowo. Tetapi, faktor penambah dari infrastruktur kekuasaan Jokowi sepertinya tidak bisa dibandingkan dengan faktor pengurang yang diperoleh dengan masuknya Gibran.
“Ya, itu dilema seorang pemimpin seperti Prabowo, yang menemukan fakta baru bahwa hasil Mahkamah Konstitusi itu membuyarkan semua skenario. Bahkan, bagi Gibran sendiri saya kira dia juga cemas-cemas bahwa fungsi dia tidak bisa maksimal lagi. Lain kalau kemarin masih ada upaya orang melihat Gibran akan nambahin sesuatu karena itu melekat dengan kekuasaan, tapi sekarang orang melihat kekuasaan Jokowi justru melemah,” ujar Rocky dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.
“Jadi, keadaan ini membingungkan sebetulnya, tapi juga menggembirakan karena pada akhirnya publik mengerti bahwa cawe-cawe Jokowi itu akhirnya membuat dia sendiri bingung,” ujar Rocky. (ida)