Arab Saudi Tawarkan Diri ke China Jadi Pintu Masuk ke Dunia Arab
Arab Saudi menawarkan diri untuk membimbing China memasuki pasar negara-negara Timur Tengah. Kedua negara menandatangani 30 kesepakatan senilai US$10 miliar pada hari pertama konferensi Arab-Tiongkok.
Oleh Dimas Huda ---Wartawan Senior
Hubungan antara Arab Saudi dan China makin lengket. Arab Saudi mendorong maju dengan Visi 2030 dan China dengan Belt and Road Initiative (BRI). Kedua negara saling mendukung.
Hal ini tercermin dari Konferensi Bisnis Arab-Tiongkok ke-10 yang digelar dua hari, Ahad dan Senin kemarin. Pada hari pertama kedua negara menandatangani 30 perjanjian investasi senilai US$10 miliar di berbagai sektor termasuk teknologi, energi terbarukan, pertanian, real estat, mineral, rantai pasokan, pariwisata, dan perawatan kesehatan.
Menurut Kementerian Investasi Arab Saudi, negerinya menandatangani kesepakatan dengan beberapa entitas China untuk proyek-proyek termasuk usaha patungan untuk penelitian otomotif, pengembangan, manufaktur dan penjualan, pengembangan pariwisata dan aplikasi lainnya, dan produksi kereta api dan roda di Kerajaan.
"Arab Saudi dapat berfungsi sebagai pintu gerbang China ke dunia Arab karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu berupaya meningkatkan hubungan perdagangan dengan kawasan tersebut," ujar Menteri Investasi Saudi, Khalid Al-Falih, sebagaimana dikutip Arab News, Ahad 11 Juni 2023.
Pernyataan Khalid Al-Falih cukup mengundang. Pasalnya, Arab Saudi mewakili 25% dari perdagangan senilai US$432 miliar antara China dan negara-negara Arab pada tahun 2022.
"Saya tidak akan terkejut jika Anda akan segera mendengar lebih banyak pengumuman tentang investasi Saudi-China," ujar Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam acara Konferensi.
Dia mengatakan Kerajaan mencari kerja sama dengan ekonomi terbesar kedua di dunia daripada kompetisi.
Pangeran Abdulaziz mengatakan ada sinergi antara kedua negara, karena Arab Saudi terus maju dengan rencana Visi 2030, sementara China dengan China dengan Belt and Road Initiative (BRI).
Mengomentari kebangkitan Jalur Sutra, Khalid Al-Falih mengatakan inisiatif tersebut sejalan dengan visi masa depan Arab Saudi yang berupaya mendiversifikasi ekonominya dan menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan keterampilan kaum mudanya.
Volume perdagangan antara Arab Saudi dan China mencapai US$106 miliar pada tahun 2022, mencatat peningkatan 30% dibanding tahun 2021.
Berikut rincian kesepakatan bisnis antara Arab Saudi dan China
1. Kesepakatan senilai US$5,6 miliar antara Kementerian Investasi Arab Saudi dan Human Horizons, pengembang China untuk teknologi penggerak otonom dan produsen mobil listrik di bawah merek HiPhi, untuk mendirikan usaha patungan untuk penelitian, pengembangan, manufaktur, dan penjualan otomotif.
2. Kesepakatan senilai US$266 juta ditandatangani oleh Arab Saudi dengan pengembang Android yang berbasis di Hong Kong Hibobi Technology Ltd. untuk mengembangkan pariwisata dan aplikasi lainnya.
3. Kesepakatan senilai US$250 juta yang difasilitasi oleh Kementerian Investasi antara perusahaan kereta api Saudi SABATCO dan produsen rolling stock milik negara China dan diperdagangkan secara publik CRRC untuk memproduksi gerbong kereta dan roda di Arab Saudi.
4. Kesepakatan senilai US$150 juta antara Kementerian Investasi, Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral dan produsen industri Cina untuk memproduksi soda kaustik, klorin dan turunannya, parafin terklorinasi, kalsium klorida, poli vinil klorida, dan produk konversi terkait di Arab Saudi.