Biar Tidak Dicap Peragu, Anies Baswedan Seharusnya Lantang Menyuarakan Nol Persen Presidential Threshold
Jakarta, FNN – Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Anies Baswedan yang hari Ahad (29/05) kemarin datang ke milad PKS disambut oleh konstituen PKS dengan teriakan presiden. Kebiasaan yang agak aneh karena biasanya para kader menjagokan Ketua Majelis Syuro untuk dicapreskan.
Menyikapi fenomena ini pengamat politik Rocky Gerung menyatalan bahwa sepanjang pekan kemarin adalah pekan “I Love Anies”. Teriakan Anies Presiden, kata Rocky merupakan pembuktian spontanitas.
“Jadi dengan bertumbuhnya sebuah partai, maka orang menganggap bahwa potensi partai itu untuk menghasilkan kader makin besar. Anies juga secara intuitif bagi kader PKS merasa lebih dekat dengan Anies dibanding sama Ganjar. Itu hal yang antropologis saja. Karena itu nama Anies disebut. Bukan karena mereka tidak menyebut nama Ganjar, mungkin juga karena Ganjar tidak ada di situ. Saya baca koran Ganjar nggak ada di situ. Tidak mungkin orang menyebut Ganjar kalau dia tidak ada di situ,” katanya kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 30 Mei 2022.
Dimensi-dimensi yang publik lihat kata Rocky adalah dimensi yang subtil dari politik. Sedangkan dimensi yang terbuka adalah yang ada di dalam headline media massa, yang nama-namanya termasuk nama Anies ada di situ. Tapi itu dimensi yang diatur oleh lembaga survei.
“Jadi, kalau kita dengar nama Anies disuarakan oleh kader PKS di dalam satu forum yang sifatnya terbuka maka itu riil. Dia lebih riil daripada hasil survei. Yang tidak riil adalah Anies mau diusung oleh partai mana yang bisa beri dia tiket,” tegasnya.
Oleh karena itu sejak awal Rocky menginginkan supaya dia tidak jadi subtil, tidak jadi bisik-bisik saja, Anies juga harus secara lantang menyuarakan 0%.
“Kalau Anies ucapkan 0% mungkin partai-partai yang besar merasa wah Anies berada di pihak oposisi sehingga susah dirangkul. Akan tetapi Anies sebagai seorang yang mengalami penyiksaan politik dalam beberapa tahun ini, dia juga musti paham bahwa hanya melalui 0% Anies bisa dimunculkan di semua tempat. Kan itu intinya,” paparnya.
Rocky mengapresiasi PKS dan partai-partai lain yang memperjuangkan 0% presidential threshold.
“Jadi kalau PKS misalnya dan saya kira bagus PKS akhirnya berjuang 0%, maka potensi Anies untuk dicalonkan PKS masuk akal,” tegasnya.
Jika, tidak, kata Rocky, Anies akan menjadi semacam bola bilyard yang disodok kiri kanan dan akhirnya yang gol adalah bola putihnya itu. Lalu gagal proses politik berikutnya.
“Jadi, itu yang sanya tangkap. Ada yang otentik pada PKS sehingga nama Anies dimunculkan,” tegasnya.
Pekik “Anies Presiden” oleh kader PKS merupakan fenomena menarik, sebab ketika Golkar, PAN, dan PPP bergabung membentuk satu koalisi yang namanya Koalisi Indonesia Bersatu, PPP sudah muncul dengan jelas bahwa dia akan mendukung Anies, yang dimulai dari DPW PPP Jakarta, kemudian PAN juga menyatakan bahwa konstituennya menginginkan Anies yang menjadi calon presiden.
Rocky menduga PKS kemungkinan akan menjadi semacam lokomotif koalisi yang mendukung Anies Baswedan.
“Jadi, kalau mungkin ya mungkin saja. Jadi ada kepastian PKS declaire Anies supaya Anies juga berfikir, tidak terlalu ragu bahwa sudah ada partai, tinggal soal grass root,” paparnya.
Rocky menegaskan, dengan cara itu mungkin Demokrat menganggap bahwa oke, gabung saja satu paket. Sebab kemarin sinyal PKB, Cak Imin dianggap bahwa welcome. Cak Imin ingin sowan ke Partai Demokrat, hanya saja Cak Imin selalu memberi call tinggi, dia harus memimpin.
“Biasalah Cak Imin, kita kenal wataknya. Tidak usah terlalu serius kalau menghadapi Imin. Tetap gaya mudanya enak tuh, gaya NU-nian,” katanya.
Menurut Rocky yang lebih penting adalah bahwa dalam 1-2 hari ini Nasdem juga mulai berpikir, mau disebutin nggak namanya nanti kalau konferensi Nasdem.
“Anies tentu senang-senang, tapi kita cemas-cemas kalau tidak disebut oleh Nasdem, misalnya, apa mau ditampung oleh PKS. Kalau PKS duluan mengatakan Anies adalah calon potensial kita, apakah Nasdem masih akan berupaya untuk merebut Pak Anies. Atau karena nama Anies disebut secara bersamaan oleh dua partai yang cukup vokal ini, PKS dan Nasdem, maka orang mulai menganggap oke kalau begitu ada pembicaraan dua kamar antara Anies dan PKS, Anis dan Nasdem, dan PKS dan Nasdem. Kan tinggal dicari moderatornya. FNN bisa menjadi moderator,” pungkasnya. (ida, sws)