Gagal Mendamaikan Ukraina-Rusia, Jokowi Gagal Pamer Keberhasilan ke Megawati
Jakarta, FNN – Presiden Joko Widodo akhirnya tuntas melakukan lawatan ke luar negeri. Misi perdamaian yang digembar-gemborkan, nyatanya tak membuahkan hasil. Indikatornya jelas bahwa ketika Pak Jokowi keluar dari Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung membombardir lagi Ukraina. Ini artinya kehadiran Jokowi tidak dianggap oleh Rusia. Jokowi juga gagal menaikkan peringkat di atas Megawati pasca pertemuan kursi kayu.
“Ya, itu yang disebut dengan ironi Pak Jokowi. Dia pergi ke luar negeri untuk meningkatkan profil dia sebagai presiden dari sebuah negara yang cinta perdamaian dengan maksud agar supaya dua belah pihak itu paham apa yang dia ingin ucapkan di Eropa. Tetapi begitu dia keluar dari Eropa, tempat yang dikunjungi di Ukraina dibom lagi oleh Rusia. Sebetulnya itu juga penghinaan karena memang tidak ada persiapan,” kata pengamat politik Rocky Gerung kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 04 Juli 2022.
Lebih dari itu, Rocky menyebut Pak Jokowi hanya ingin dapat sensasi. Dia berupaya untuk mendamaikan, dan semua orang paham bahwa tidak ada kapasitas Pak Jokowi untuk mampu mendamaikan itu.
“Bahkan, akhirnya pers internasional mengolok-olok beliau. Semua berita yang masuk menunjukkan bahwa Jokowi sebenarnya melakukan sesuatu yang percuma,” paparnya.
Masyarakat, kata Rocky akhirnya menganggap Jokowi gagal di dalam negeri, gagal juga di luar negeri. Jadi bertambahlah beban psikis beliau. Apalagi yang sedang dia upayakan tiga periode, itu sudah menjadi angan-angan kosong. Lalu KIB yang dipersiapkan untuk penerus beliau, Ganjar dan Erick juga mulai berantakan.
“Jadi, sebetulnya Presiden Jokowi secara efektif sudah tidak menguasai, baik di luar negeri - dia kehilangan profil - maupun di dalam negeri - dia kehilangan kewibawaan,” paparnya.
“Kan seluruh kebingungan Pak Jokowi itu sudah dibatalkan oleh pidato Ibu Mega. Dan sampai sekarang orang masih ingat betapa pedihnya seseorang yang ia bukan sekedar dinasehati tapi juga dipamerkan kekuasaan Ibu Mega terhadap Pak Jokowi yang dulu saya sebut ‘Di Atas Raja ternyata Masih Ada Ratu,’” papar Rocky.
Seandainya sejak awal seharusnya Jokowi sadar kalau kemudian gagal dalam misinya ke Ukraina, nggak perlu malu. Karena memang banyak kepala negara lain yang profil internationalnya jauh lebih tinggi daripada Jokowi, gagal meyakinkan Putin. Apalagi Putin dikenal sangat luar biasa sekali. Orangnya hight profile, keras kepala, sampai Presiden Polandia menyebutnya “ngomong sama Putin sama dengan ngomong sama Hitler”.
“Jadi bisa bayangkan seperti itu. Yang kita bingung siapa sebenarnya yang memberi ide pada Pak Jokowi dan bicara soal perdamaian. Kalau Pak Jokowi datang ke Ukraina dan Rusia dengan misi yang jelas bahwa oke kita ada problem pangan di dalam negeri dan salah satu sumbernya itu di sana dan saya mau datang ke sana untuk meyakinkan mereka untuk membuka kran ekonomi dan membuka kran impornya kran ekspornya, kan sebenarnya itu jauh lebih masuk akal,” kata Rocky.
Rocky menyarankan, kalau mau masuk akal mustinya Jokowi kirim tim dulu supaya ada persiapan.
“Kan bisa filling team di situ. Oh ya, Putin arahnya cukup positif buat Indonesia. Ukaraina juga begitu. Lalu Pak Jokowi datang hanya untuk mukul gong. Kan itu tidak disiapkan. Jadi sebetulnya kita nggak tahu siapa? Nggak mungkin Deplu punya ide semacam ini. Kalau Deplu punya ide pasti dia perlu lakukan pembicaraan tingkat menteri, tingkat lobi di sana.Tetapi kita tahu Deplu itu tidak dianggap di Eropa,” paparnya.
Menurut Rocky dalam kasus ini ia menduga ada calo diplomasi. “Jadi, mungkin ada sebut saja calo diplomasi yang sedang membaca kegalauan batin Pak Jokowi, lalu kasih ide Pak Jokowi ke Ukraina. Nanti juga disiapin headline kecil,” tegasnya.
Sandiwara itu, kata Rocky dimulai dari Jerman yang menunjukkan masyarakat Indonesia berhenti bekerja di Jerman supaya bisa menyambut Pak Jokowi. Walaupun sebetulnya terlihat bahwa itu dibuat-buat saja.
“Nggak ada yang disebut kejujuran. Jadi memang sangat mungkin Pak Jokowi menganggap bahwa dengan pergi keluar negeri, maka batinnya jadi lega karena dia membawa misi yang seolah-olah melampaui kekalutan politik yang disebabkan oleh viralnya teguran Ibu Mega pada Pak Jokowi. Dan dengan cara itu mungkin Pak Joko berpikir, saya akan naik di atas Ibu Mega kalau dia berhasil untuk dapat applause dari pengamat internasional. Ternyata tidak terjadi. Ini yang membebani pikiran Jokowi,” paparnya.
Rocky membayangkan terjadi dialog antara Jokowi dengan Mega, pasca Jokowi gagal berakrobat di luar negeri. Berhubung Jokowi nggak bisa pamer apa-apa lagi pada Bu Mega, maka Mega akan bilang ‘Anda tidak pernah berhasil.’ Kira-kira begitu pertempuran psikis antara Pak Jokowi dengan Mega.
“Jadi, kita tidak perlu tutup-tutupi bahwa Ibu Mega memang pada akhirnya kasih poin yang sangat telak pada Jokowi bahwa Anda itu cuma petugas partai. Dan kata-kata petugas partai nggak perlu dicabut dari Bu Mega. Jadi kata-kata itu selalu menghuni batin terdalam dari Pak Jokowi. Dia merasa kok saya terus disebut petugas partai. Padahal dia sudah berupaya untuk ikut mengangkat elektabilitas PDIP di mana-mana. Kita akhirnya jadi pengamat psikologi saja,” tegasnya.
Saat ini, kata Rocky bangsa Indonesia sedang meraskan tekanan batin yang doalami Jokowi.
“Kita semua terganggu dengan kegagalan itu dan menganggap Pak Jokowi diumpankan untuk hal yang buruk. Demikian juga di dalam negeri. Tapi begitu Pak Jokowi dikritik Ibu Mega, batin saya pro-pada Pak Jokowi karena itu tidak etis di dalam situasi yang sekarang orang lagi cari cara untuk mengeratkan bangsa dan kita perlu kepala negara, kemudian kepala negara kita dibuat seperti enggak ada kepala, karena kemudian efeknya akan panjang. Diolok-olok terus dan sampai sekarang tidak memberi semacam kelegaan baru untuk menyapa kembali batin yang terluka dari Pak Jokowi,” tegasnya.
Rocky menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukan kebencian apalagi dendam.
“Dari dulu kita tidak pernah berupaya untuk masuk dalam hal-hal yang dendam. Kita cuma ingin kritik kebijakan Pak Jokowi, sekaligus kita ingin agar supaya kepala negara itu dihormati di luar negeri, juga di dalam negeri, di dalam tahapan kematangan politik,” tegasnya.
Diluar itu, Rocky menilai Megawati juga tidak matang berpolitik karena mempertontonkan masalah internal partai ke luar.
“Saya menilai waktu itu Ibu Mega kok tidak matang secara politik yang walaupun Pak Jokowi juga tidak matang dalam berpolitik. Tetapi, yang ditampilkan itu adalah panggung belakang dari sebuah keluarga setiap kelurga PDIP yang akhirnya terlihat di depan layar. Itu buruknya. Dan itu akan dicatat. Dan catatan yang paling miris tentu keluarga Pak Jokowi yang merasa segitunya politik itu harus dipamerkan. Jadi makin lama makin konkrit. Ini kita bahas makin lama orang makin ingin mengerti apa yang terjadi sebetulnya sampai Ibu Mega meledak. Dan sampai sekarang Ibu Mega tidak kasih tahu, mau apa sebetulnya, maunya nyalonin siapa?, pungkas Rocky. (ida, sws)