Ganjar Ojo Kesusu, Pak Jokowi Masih Mau Tiga Periode

Jakarta, FNN – Pengamat politik Rocky Gerung meyakini di belakang Jokowi ada kerapuhan institusi dan nilai yang sekarang sudah mulai disadari oleh ormas Projo sebagai pendukung utama Jokowi menjadi presiden. Analisis Rocky ini menyikapi pernyataan Presiden Jokowi dalam Rakernas V Pro-Jokowi (Projo) di Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang dibaca publik sedang menyiapkan Ganjar sebagai penerus Jokowi.

 “Saya kenal teman-teman di Projo yang sebagian dari mereka berupaya untuk mengevaluasi keputusan-keputusan politik di masa lalu.  Karena beberapa teman di Projo menganggap Indonesia atau Pak Jokowi sebetulnya di belakangnya ada kerapuhan institusi, ada kerapuhan nilai, dan mereka mulai pulih melihat itu. Jadi saya bisa tafsirkan, tafsir saya, Pak Jokowi tahu dia akan dievaluasi oleh Projo maka dia mengatakan “ojo kesusu, jangan terburu-buru untuk menganggap bahwa saya tidak akan mencalonkan diri lagi”. Kira-kira begitu,” kata Rocky Gerung kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Ahad, 22 Mei 2022.

Rocky menegaskan bahwa sesungguhnya Jokowi tidak menyiapkan Ganjar Pranowo apalagi Ercik Thohir sebagai proksi.  

“Ganjar itu bukan disiapkan oleh Jokowi. Demikian juga orang yang lain, apalagi Erik Tohir.  Bapak Jokowi tetap seorang yang ingin bahwa kesempatan dia untuk memimpin tiga periode jangan dihalangi dulu oleh berbagai macam kalkulasi. Jadi pesannya jelas, “ojo kesusu, jangan terburu-buru menganggap saya udah nggak punya ambisi,” paparnya.

Rocky mengingatkan bahwa politik Indonesia harus dibaca between the line dan Pak Ganjar sebetulnya ingin mendapat kepastian, bahwa dialah yang akan dijadikan sebagai putra mahkota.

“Tetapi Projo ini kan bukan sekadar pasukan yang biasa disebut pasukan nasi bungkus, beberapa di kalangan Projo saya  kenal betul, kemampuan mereka untuk menganalisis politik. Itu teman-teman baik saya yang juga menginginkan agar supaya Indonesia dirawat melalui etika politik. Jadi itu sebetulnya saya anggap bahwa Projo ingin mengevaluasi kekuasaan berdasarkan etika politik,” paparnya.

Rocky menegaskan bahwa sebagian teman-temannya di Projo berharap masih ingin agar Indonesia dilahirkan kembali melalui basis etika politik, juga memperhatikan sepak terjang dari Ganjar soal keadilan di bidang pertanahan. Mereka  juga tahu bagaimana Ganjar gagal untuk memberantas kemiskinan di Jawa sehingga angka stunting di  Jawa itu naik terus, demikian juga disparitasnya naik.

“Nah, bagian dari Projo ini yang saya kira musti kita dukung supaya betul-betul ada kemampuan dari dalam diri presiden untuk melihat bahwa ada yang gagal dalam kepemimpinan dia. Itu etika politik. Mudah-mudahan itu bisa menjadi pertimbangan di dalam diskusi-diskusi Projo di Magelang. Saya hanya mengusulkan itu karena saya kenal kemampuan sebagian mereka adalah untuk mengevaluasi politik dengan basis nilai, basis etik,” tegasnya.

Tak hanya itu kata Rocky, yang juga harus dilihat adalah kemampuan kita untuk menilai dan memastikan bahwa Jokowi memang masih menghendaki itu.

“Oleh karena itu segala upaya dilakukan, diam-diam maupun terbuka. Tapi sekali lagi, fungsi dari pers kan sekadar memetakan, lalu mengalisis. Dan dalam menganalisis itu, analisis FNN terutama, selalu ditunggu oleh masyarakat sipil. Saya bicara dengan teman-teman pemuda di Bima menganggap kalau kita mau tahu analisis politik lewat apa? Apakah lewat berkas konferensi pers, dari Pak Airlangga, apakah melalui pernyataan-pernyataan Pak Jokowi yang selalu mendua. Ya lewat FNN,” paparnya.

Menurut Rocky, masyarakat ingin melihat ketegasan. Ketegasan yang tidak pernah diucapkan baik oleh Presiden Jokowi mengenai siapa yang akan jadi penerus dia, maupun oleh oposisi yang tiba-tiba muncul dari istana, semacam kelompoknya Airlangga Hartarto itu.

“Jadi kekacauan yang membuat kita menganggap bahwa memang publik tidak lagi menghendaki tukar tambah yang terselubung. Publik mau yang terang terangan saja. Airlangga kalau mau beroposisi keluar dari kabinet, bangun kekuatan, kami akan dukung. Kira-kira begitu,” papar Rocky.

Demikian juga Jokowi kalau memang niatnya masih ingin berkuasa ya ucapkan saja bahwa Ganjar itu bukan proksi saya.

“Jadi jangan memanfaatkan angin liar sehingga badai itu justru dihasilkan dari istana. Itu pointnya,” tegas Rocky.

Rocky mengingatkan, apapun ambisi politik kita, semua itu akan dibatalkan oleh keadaan ekonomi yang terus memburuk.

“Jadi bangsa ini bakal berantakan justru karena ambisi politik itu disalurkan sekadar sebagai ambisi, bukan sebagai konsep.  Kan kalau Pak Erick misalnya punya ambisi, ya sudah terangkan saja bagaimana cara dia menyelesaikan masalah kebutuhan pokok yang semakin sulit, biaya energi, biaya pangan, dan  segala macam. Tentu orang mau dengar itu. Bukan karena poster Pak Erick yang sekarang ada di mana-mana,” tegasnya.

Demikian juga Pak Jokowi, kalau dia ingin memperpanjang, kasih tahu, ada jalan keluar baru nggak, masalah ekonomi. Ganjar juga begitu.

“Jadi, kita balik lagi pada prinsip dasar bahwa ekonomi yang akan mendikte politik. Kalau kata Bill Clinton dulu, apa sebetulnya problem dalam politik? Soal ekonomi goblok. The economy stupid,” pungkasnya. (ida, sws) 

294

Related Post