Gerakan Nasional Pembela Rakyat Bersama Aliansi Buruh Tuntut Harga BBM Diturunkan

Gerakan Nasional Pembela Rakyat kembali menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin, 10 Oktober 2022. (Foto: M.Anwar Ibrahim/FNN).

Jakarta, FNN - Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) menggelar aksi unjuk rasa untuk yang ketiga kalinya, di area bundaran Patung Arjuna Wijaya atau Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin (10/10/2022).

Tiga isu sentral tetap menjadi tuntuan mereka sejak aksi pertama dan kedua. Pertama, turunkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Kedua, turunkan harga-harga dan ketiga, tegakkan supremasi hukum. 

Sebelum melaksanakan aksi,  orator GNPR, Habib Muhammad  mencoba menenangkan massa dengan cara mengajak membaca Al-Fatihah dan Solawat Nabi Muhammad.

Selain GNPR, massa buruh juga melakukan aksi unjuk rasa di tempat yang sama. Jumlah peserta aksi yang digelar Aliansi Gabungan Serikat Buruh tidak seperti yang disampaikan pimpinan pekerja yang menyebutkan, "Aksi Sejuta Buruh."

Tuntutan yang disampaikan buruh hampir sama dengan GNPR, yaitu menolak kenaikan harga BBM dan meminta supaya pemerintah menurunkan harga berbagai kebutuhan pokok. 

Selain itu, para buruh meminta supaya mencabut Undang-Undang Ciptakerja. Koordinator lapangan aksi Gerakan Buruh Seluruh Indonesia (GSBI), Emilia  menjelaskan tuntutan mereka.

“Pertama tuntutan kami memintan supaya  Undang-Undang Omnibus Law atau Ciptakerja Nomor 11 tahun 2002 dicabut. Kedua,  batalkan Rancangan Undang-Undang Kitab Hukum Pidana (RUU KUHP)," kata Emilia.

Menurut Emilia, sekarang ini para buruh menghadapi berbagai beban berat akibat kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok. Oleh karena itu, ia berharap supaya ada kepastian kenaikan upah minimal. 

Ia juga menyampaikan semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan. Ditambah lagi dengan banyaknya korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang masih terus terjadi. 

Sejumlah buruh membawa  pamplet yang antara lain bertuliskan, “Batalkan kenaikan harga BBM, Cabut Undang-Undang Ciptakerja, Turunkan Harga Sembako, Tolak RUU KUHP."

Emilia mengancam akan menurunkan massa yang lebih banyak lagi jika Presiden Joko Widodo (Jokowi)  tidak segera memenuhi tuntutan mereka.

“Kami meminta  Presiden Jokowi  supaya mendengarkan aspirasi buruh. Jika tidak,  maka kami akan melaksanakan aksi selanjutnya dengan massa yang lebih banyak," katanya. 

Sedangkan salah seorang peserta aksi,  Arif Gunardi mengaku sudah mulai lelah melakukan aksi unjuk rasa. Namun, mereka tidak akan berhenti berjuang menyampaikan tuntutan. 

“Apa segini saja kaum buruh kita, apa kita cukup diam jika tuntutan  mengenai UU Ciptakerja tidak dikabulkan.” kata Arif.

Arif mengajak kaum buruh dan elemen masyarakat terus melakukan aksi unjuk rasa. Bahkan, katanya, aksi yang lebih besar akan dilakukan dengan tuntutan supaya Jokowi mundur jika tidak memenuhi keinginan mereka.

Sekitar pukul 17.00 buruh membubarkan diri dengan tertib.  (Anw).

449

Related Post