Gibran Cawapres Prabowo, Gerindra Paham Keadaan Politik Memang Mencemaskan
Jakarta, FNN – Pendaftaran Pilpres 2024 sudah memasuki hari ketiga, tetapi situasi yang tidak menentu atau uncertainty masih terjadi di kubu Prabowo, kendati Jokowi pagi ini pulang dari Riyad dan pasti punya instruksi khusus. Tetapi, yang menarik adalah pertemuan di rumah Zulkifli Hasan tadi malam dan banyak diliput media. Prabowo hadir dalam pertemuan tersebut, demikian juga AHY. Yang juga menarik kehadiran Bahlil yang selama ini menjadi operator istana. Apalagi berkembang isu sudah sejak sepakan lalu bahwa Gibran akan digolkarkan untuk menjadi calon wakil presiden Prabowo. Gibran pun sudah berada di Jakarta hari ini.
“Ini betul nih, istilah kita the uncertainty dan benar ini hari libur, tapi Jokowi yang mestinya masih ada agenda, mestinya baru balik besok, tapi ternyata dipercepat hari ini,” ujar Rocky Gerung di kanall You Tube Rocky Gerung Official edisi Sabtu (21/10/23) menanggapi situasi politik hari ini.
Jadi, lanjutnya, sebetulnya kehadiran Bahlil kira-kira mendahului Jokowi supaya Bahlil sudah punya berita untuk dilaporkan kepada Jokowi. Bahlil adalah agen yang tegak lurus dengan Jokowi dengan segala macam cara. Yang menarik sebetulnya adalah melihat kalau Jokowi tiba hari ini dan pasti langsung rapat, apa keputusnya.
Kita tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Zulhas, tetapi kelihatannya kalau ada pertemuan semacam itu maka itu menunjukkan ada persiapan untuk menunggu Jokowi dan melaporkan. Sepertinya separuh intrik pasti ada di situ. Lain kalau Jokowi betul-betul tidak ada problem dengan Mahkamah Konstitusi.
“Jadi, peristiwa Mahkamah Konstitusi kemarin itu merembet ke mana-mana sehingga ketidakpastian makin tinggi,” ujar Rocky.
Dalam diskusi bersama Hersubeo Arief, wartawan senior FFN, itu Rocky juga mengatakan bahwa satu poin pertama yang mesti kita ulas adalah bahwa PDIP sudah firm tidak dengan Gibran, artinya tidak dengan Jokowi juga. Jelas itu. Tinggal masalahnya kubu Prabowo mau dengan Gibran atau tidak? PDIP bisa saja mengatakan Gibran aja kita buang, masa kalian pungut. Itu yang menguntungkan opini publik bagi PDIP.
Ada publikasikan hasil survei yang mengatakan bahwa begitu berpasangan dengan Gibran maka suara Prabowo langsung melejit. Tetapi, tidak perlu memakai survei, pakai common sense saja, lihat kemarahan publik yang bukan hanya datang dari oposisi, tapi juga dari pendukung Jokowi, dipastikan anjlok suara Prabowo begitu berpasangan dengan Gibran. Sepertinya hal ini menjadi pemikiran yang serius bagi Prabowo.
“Iya, itu pertama tentu timnya Prabowo pasti punya survei internal. Kalau kita lihat kegelisahan Gerindra itu terbaca pada kebelumsiapan Prabowo untuk mengumumkan. Kalau betul-betul Gibran itu potensial untuk mendongkrak koalisi Prabowo, dari awal pasti Prabowo sudah pastikan. Tetapi, Prabowo orang yang selalu punya second opinion sebagai seorang yang terlatih untuk mengintai musuh. Pasti dia juga menaruh kuping di mana-mana,” ungkap Rocky.
“Jadi, kelihatannya Gerindra sudah paham bahwa keadaan politik memang mencemaskan,” tegas Rocky.
Bahkan, lanjut Rocky, suara emak-emak akhirnya diperhatikan lagi oleh Prabowo, karena terlihat Prabowo berupaya untuk menyapa emak-emak. Itulah pentingnya kita melihat sesuatu yang di luar survei, yaitu mata hati rakyat yang tidak mungkin dibohongi, karena olok-olok tentang Mahkamah Konstitusi betul-betul jadi maksimal hari-hari ini.
“Nah, Jokowi juga pasti tahu itu, tetapi bagi Jokowi ya nggak ada pilihan lain. Gibran mau dipaksakan ke siapa. Itu soalnya kan? Jadi, kalau Jokowi misalnya sudah gagal ke PDIP, tinggal Gibran pasti ke Prabowo. Tetapi, juga jadi kontroversi karena Gibran ditaruh ke Prabowo malah Gerindra akan turun elektabilitasnya. Jadi, poin-poin ini yang mungkin membuat Jokowi pulang lebih cepat ke Jakarta,” ujar Rocky.
Sebelum Jokowi pulang, Bahlil pasti diutus untuk nguping kiri kanan sambil memberi optimisme bahwa Gibran masih mungkin. Tetapi, Bahlil datang dengan satu perspektif to be or not to be adalah Gibran. Begitu juga istana, to be or not to be harus Gibran. Tetapi, partai-partai politik koalisi berhitung kalau Gibran komplikasi di DPR bagaimana. Dalam hal ini PDIP bermain cerdik.
Demikian juga tema-tema yang lain bagi Prabowo mungkin memperhatikan advis dari SBY karena bagaimanapun SBY tidak mungkin menerima sepenuh hati adanya Gibran di situ. Gibran itu betul-betul lambang dari keberlanjutan, tidak ada sinyal sedikit pun di situ perubahan.
“Jadi kompleksitas itu the chemistry doesn't mix,” ujar Rocky.
Prabowo pasti juga sudah tahu bahwa Gibran tidak akan menambah elektabilitas, tapi tukar tambahnya adalah kekuasaan Jokowi, mesin-mesin kekuasaan yang di tangan Jokowi. Tetapi, dengan berpisah jalan dengan PDIP sepertinya mesin politik Jokowi juga tidak akan sepenuhnya efektif. Itu juga yang mungkin membuat Prabowo jadi berpikir ulang.
“Ya, saya kira itu benar. Prabowo justru menghitung dulu kalau tegak lurus dengan Jokowi maka mesinnya akan pindah, tapi separuh mesinnya akan diambil PDIP. Dan memang mesin-mesinnya Prabowo itu juga bagian dari mesin PDIP,” kata Rocky.(ida)