Hidup Makin Sulit: Siap-Siap BBM, Gas dan Listrik Bakal Naik Tinggi
Jakarta, FNN – “Siap-siap beban hidup Anda dan beban hidup saya akan semakin berat! Presiden Jokowi sudah memberi isyarat harga BBM akan dinaikkan,” kata wartawan senior FNN dalam kanal Hersubeno Point, Rabu (1/6/2022).
Sementara sebelumnya Pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk menaikan tarif listrik, jadi sama-sama kita bersiap untuk merogoh kocek lebih dalam, mengetatkan ikat pinggang, dan mulailah selektif dalam mengelola keuangan.
“Yang tidak perlu dibeli ya jangan dibeli, beli yang hanya bersifat kebutuhan, bukan keinginan. Sebab selama ini biasanya masuk salam list belanja kita itu kalau kita teliti lagi, short satu-persatu lebih banyak keinginan dibandingkan kebutuhan. Sekarang gak bisa lagi, isyarat hidup kita harus mesti diubah,” ujar Hersubeno.
Isyarat kuat bahwa harga BBM akan naik itu langsung disampaikan sendiri oleh Presiden Jokowi ketika menyampaikan sambutan hari Senin kemarin. Presiden Jokowi sudah menyampaikan hal itu walaupun kesannya seperti isyarat, tapi itu isyarat yang terang-benderang.
Hersubeno ingin menyampaikan, betapa situasi sekarang ini adalah situasi yang tak mudah, situasi yang sangat sulit dan itu dialami oleh semua negara. Karena itu kita semuanya harus memiliki kepekaan Since of Crisis mengenai keadaan kita dan semua negara.
“Tidak ada yang baru. Sesungguhnya dari pidato Presiden kalau Anda rajin menyimak pidato Presiden Jokowi, ini hanya berupa pengulangan beberapa kalimatnya mungkin sama persis yah, persis sama maksud saya,” lanjutnya.
Soal krisis, ekonomi dunia, belum pulih dari Pandemi sudah muncul perang Ukraina dengan Rusia, Presiden mengingatkan para pejabat mulai dari tingkat pusat sampai daerah, harus punya since of crisis.
“Ini bahasanya yang diulangi lagi adalah kita harus punya perasaan yang sama. Begitu tadi Pak Jokowi menyampaikan. Kemudian Pak Jokowi juga membandingkan frasinya di Indonesia ini syukurnya lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain,” ungkap Hersubeno.
Bahkan, bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, tapi point sesungguhnya dari pidato Presiden Jokowi dan penting kita perhatikan dan kita garis bawahi adalah soal besarnya harga subsidi BBM yang sangat tinggi. Presiden Jokowi menyebutnya sangat berat menahan beban tersebut.
Di Jerman, Singapura harganya lebih tinggi, ok! Tapi mereka bisa membelinya. Di luar itu, selain itu transportasi publik mereka juga lebih bagus dibanding kita, jadi walaupun harga bensin tinggi harga BBM tinggi tapi mereka masih bisa punya pilihan transportasi publik yang bagus.
Di kita kan ini belum terwujud. Baru mungkin di Jakarta, itu pun belum bisa menjangkau seluruh rakyat. Untungnya Presiden Jokowi masih menyebut Thailand ini negara tetangga kita yang pendapatan perkapitanya relatif tidak jauh dari kita namun harga BBM-nya lebih tinggi walaupun tak lebih jauh ini, hanya 2 kali lipat.
“Namun Pak Jokowi lupa atau tidak menyebut harga BBM di Negara tetangga Malaysia yang jauh lebih murah dari Indonesia. Padahal Malaysia pendapatan perkapitanya itu hampir 3 kali lipat dibanding kita. Kita ini sekarang sekitar 3.800. Jadi kita tadinya di kelas menengah ke atas, sekarang turun ke bawah, tetapi Malaysia itu sudah di atas 10.000 perkapitanya,” tegas Hersubeno.
Belum lagi kalau kita bicara harga minyak goreng yang selalu bikin gempar Indonesia. Beberapa bulan terakhir ini harga minyak masak subsidi – orang Malaysia menyebutnya harga minyak masak, bukan minyak goreng – di sana hanya Rp 7.650 perliternya.
“Itu hanya separuh dari harga eceran tertinggi di Indonesia. HET di Indonesia yang dipatok Pemerintah sekitar Rp 14.000 itu, harga yang dipatok itu sampai saat ini pun itu belum bisa dipenuhi oleh pemerintah karena harga di pasaran itu masih sekitar Rp 17.000 sampai Rp 19.000 perliter,” kata Hersubeno.
Jadi, lanjutnya, kalau dengan harga yang real itu harga di Indonesia ini 3 kali lipat dari Malaysia.
“Data ini lupa atau sengaja tidak disampaikan oleh penulis naskah pidato Pak Jokowi, saya ber-suuzon saja. Ini jelas bukan Pak Jokowi yang sengaja tidak mencantumkan harga di Malaysia ini, ini penulis naskahnya-lah,” tegasnya.
Kembali ke pidato Presiden soal beratnya menahan subsidi BBM tadi. Ini apa artinya? Sebenarnya ini gak perlu ahli atau pengamat untuk menafsirkannya dengan penafsiran yang susah-susah.
“Karena dengan pidato Pak Jokowi tadi dipastikan harga BBM dan harga gas akan naik. Soal ini sesungguhnya sudah disampaikan oleh Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan lebih dulu,” jelas Hersubeno.
Menurutnya, Luhut menyatakan bahwa harga Pertalite yang sekarang menjadi bahan bakar penugasan menggantikan Premium dan Gas Melon 3 kg itu akan naik.
“Ini saya meminjam saja istilah yang digunakan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan. Jadi, pak Luhut ini akan berperan menjadi semacam sutradara, sutradara ini yang ngatur-ngatur gitu yah,” sindir Rocky Gerung.
Yang sudah pasti banget itu adalah tarif listrik. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, DPR telah menyepakati tarif listrik 3.000 Volt Ampere ke atas itu akan naik. Jadi ini katanya hanya diperuntukkan bagi mereka orang-orang yang kaya karena untuk 3.000 VA ke atas itu orang kaya.
Seperti yang dikatakan oleh Ketua Komisi 9 Bidang Energi di DPR RI Sugeng Suparwoto itu ancer-ancer akan dilakukan setelah Lebaran berlalu ini bulan syawal udah habis jadi kira-kira 2 bulan lagi akan naik jadi fix yah siap-siap bayar tarif listrik lebih mahal.
Seperti kata Menkeu dan DPR itu hanya untuk mereka yang kaya listriknya di atas 3000 VA. Untuk mereka yang di bawah itu kalangan menengah ke bawah, kalangan miskin, tidak akan naik. Soal ini ia sarankan jangan gembira dulu.
“Karena mereka mengaku bahwa komsumsi listriknya tidak sampai 100.000, ada yang sekitar 90.000 atau 80.000, tapi mereka juga mendapat surat edaran menaikkan dayanya sampai 1.300 VA ini mereka datang berbondong-bondong ke kantor PLN untuk memprotes,” tutur Hersubeno.
Apalagi beban yang harus ditanggung oleh rakyat lagi? Yang jelas ini adalah kenaikan PPN. Pajak Pertambahan Nilai dari 10% menjadi 11% dan nanti itu pada tahun 2025 akan menjadi 12% kapan PPN dinaikkan?
Benar kata pemerintah, tidak semua kena pajak ada juga yang semua punya NPWP tapi laporannya nihil karena memang tidak punya penghasilan, tetapi tetap saja kita bisa membacanya bahwa pemerintah memang tengah kesulitan dengan anggarannya dan semua dikenai pajak dan siapapun dikenai pajak tinggal disesuaikan besar kecilnya.
“Kalau tadi Presiden Jokowi mengaku bahwa menahan beban subsidi itu sangat berat, ya memang itulah tugas Pemerintah, itu tugas seorang Presiden. Pemerintah kan masih bisa memanuver, berakrobat, menyiasati anggarannya yang cekak dengan menghapus subsidi, menaikkan harga, menaikkan pajak dan memperluas basis pembayaran pajak,” lanjut Hersubeno. (mth)