HUT TNI Ke-78 Memperingati Kemampuan TNI untuk Kembali ke Pangkuan Rakyat dan Back to Basic
Jakarta, FNN – HUT TNI Ke-78 hari ini (5/10/23) diperingati di Monas dan dihadiri Presiden Jokowi serta pejabat-pejabat lain. Media menyoroti kehadiran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tampak duduk di depan bersama dengan Prabowo sehingga orang melihat sepertinya SBY sekarang sudah menjadi bagian dari pemerintahan.
“Ya, kita mulai dengan mengucapkan selamat hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia, dan ulang tahun TNI selalu terkait dengan upaya untuk membersihkan tentara dari unsur-unsur Partai Komunis Indonesia, pada waktu itu. Dan itu yang masih membekas di kita sebetulnya,” ujar Rocky Gerung dalam diskusi di kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Kamis (5/19/23) memperingati HUT TNI ke-78.
Jadi, lanjut Rocky, selalu ada dua hal yang kita ingat dengan TNI, yaitu kekuatan bersenjata, sekaligus potensi TNI untuk dimasuki oleh kepentingan politik.
“Jadi, kita mesti pastikan bahwa hari ulang tahun TNI memperingati dua hal. Pertama, kemampuan TNI untuk kembali pada pangkuan rakyat, diasuh oleh rakyat. Kedua, peristiwa ini juga mengingatkan kita janji kedua dari TNI, yaitu di era reformasi untuk back to basic. Karena setelah peristiwa lubang buaya yang selalu diingatkan oleh TNI, TNI tetap ada di dalam wilayah permainan politik di zaman orde baru dan stabilitas politik diandalkan pada TNI pada waktu itu,” tambah Rocky.
Rocky juga mengatakan bahwa saat ini, di era demokrasi, stabilitas politik tidak boleh lagi diandalkan pada tentara, tetapi pada kesepakatan rakyat dengan pemimpinnya. Kontrak rakyat dan pemimpin itu yang mendasari hak demokrasi rakyat. Jadi, sekali lagi Dirgahayu TNI dan konsistenlah untuk tidak ikut di dalam cawe-cawe politik.
Menurut Rocky, profil politik TNI sekarang adalah dia tidak ingin terlibat dalam politik, tetapi dia memantau dari dekat keadaan politik yang makin lama makin tegang, makin tidak ada poin, dan lama-lama kita mesti jujur mengatakan rakyat menganggap pemerintahan sipil itu gagal karena lemah. Oleh karena itu, mulai ada keinginan supaya pemerintahan itu dipegang kembali atau diandalkan pada figur-figur militer. Itu yang menyebabkan orang semacam Prabowo, SBY, akhirnya dielu-elukan kembali. Padahal, Prabowo sudah jadi orang sipil karena bikin partai politik. SBY bahkan lebih sipil dari orang sipil, karena watak dia tentang demokrasi itu.
“Jadi, kita diingatkan bahwa di dalam tubuh TNI ada peluang untuk menghasilkan kembali Indonesia dengan kembali pada civilian value. Sedikit saya terangkan bahwa yang supreme itu bukan supremasi sipil, tapi supremasi nilai-nilai sipil. Jadi, bukan civilian supremacy tapi supremacy of civilian value. Jadi, mau dia tentara, mau dia sipil, dua-duanya tunduk pada nilai-nilai sipil, yaitu demokrasi. Bagian ini yang hendak kita lihat juga dalam persaingan politik,” ungkap Rocky dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.
Sementara itu, di kubu Prabowo secara historis para jenderal akhirnya berkumpul di situ dan itu sudah menjadi semacam dalil bahwa sebaiknya mendukung Prabowo. Itu juga yang kemudian diucapkan oleh SBY. Tetapi, yang kita mau tagih sebetulnya, apakah mendukung Prabowo berarti mendukung kelanjutan pembangunan ekonomi dan politik ala Presiden Jokowi yang disponsori oleh Prabowo? Apakah Prabowo masih tetap dalam tema yang sama ketika SBY masuk atau SBY berubah dari tesis perubahan dan pergi pada tesis continuity? Itu sinyal-sinyal yang musti kita pastikan hari-hari ke depan, tandas Rocky. (ida)