Ironis, Ketika Beras Makin Mahal, Para Pejabat Malah Lenggak-Lenggok Berbatik Mewah di Istana

Fashion show di istana berbatik

Jakarta, FNN - Dalam beberapa waktu terakhir, harga beras bukan hanya naik sangat tinggi, tetapi sudah mulai langka. Bahkan, menurut pengakuan dari para pengusaha retail, sudah mulai ada pembatasan. Mereka sudah mendapat instruksi untuk membatasi pembelian beras. Ironisnya, di tengah banyaknya soal serius di masyarakat, pada hari batik kemarin para menteri dan pejabat pada joget-joget fashion show menggunakan batik mewah di istana.

“Ini yang disebut kekuatan mengalihkan isi utama, yaitu pangan, dan pergi pada hal-hal yang sifatnya entertainment, yaitu bermewah-mewahan segala macam. Memang hari batik, tapi apa pointnya di situ? Batik juga harus diterjemahkan sebagai industri rakyat. Tetapi, yang ditampilkan kemarin adalah batik-batik yang betul-betul mewah dan harganya puluhan juta. Jadi itu kontras antara pameran puluhan juta di istana dengan rakyat yang sebentar lagi antre beras,” ujar Rocky Gerung dalam kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Selasa (3/10/23) menanggapi ironi antara peringatan hari batik di istana dengan mahalnya harga beras.

“Jadi ini yang kita sebut paradoks. Seperti cerita dalam film Titanic, sementara kapalnya sudah bocor dan tinggal tenggelam, tapi masih ada orang yang pesta-pesta di geladak. Ini yang jadi polanya Jokowi sebetulnya.” ujar Rocky.

Tetapi, tambah Rocky, bukan baru sekarang terlihat kontras antara mereka yang pesta pora dan mereka yang bakal kekurangan gizi atau kekurangan karbohidrat karena harga beras naik dan langka. Sebelumnya juga ada kontras soal Rempang. Saat Rempang sedang punya masalah besar, istana joget-joget dengan bawa artis; saat omnibuslaw didemo oleh buruh pada hari demontrasi buruh, Presiden Jokowi justru kabur dari istana tidak mau menemui buruh. Dia malah pergi dengan artis-artis naik kereta wus, yaitu LRT.

“Terlihat tidak ada empati, kehilangan empati. Nah, ini dasar-dasar yang dalam sejarah orang tahu bahwa untuk mengalihkan kesulitan ekonomi dipakailah kegiatan-kegiatan yang sifatnya entertaining,” ungkap Rocky.

Dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu Rocky juga menyebut ironi tersebut seperti smoke and mirror. Seolah-olah hotspotnya akan hilang kalau diganti dengan mirrornya saja. Bagian-bagian ini yang kita duga kuat bahwa keadaan kehidupan kita memang tidak bisa lagi diandalkan pada kebijakan pemerintah. Begitu banyak kebijakan yang dibuat, padahal sebetulnya para pembuat kebijakan bukan orang-orang yang bijak.

Kepekaan sosial ini, kata Rocky, yang menjadi semacam sosial semen, semen pengikat yang akan membangkitkan perlawanan, terutama soal agraria. Jadi, pada saat-saat yang sekarang justru Jokowi tidak peduli dengan apa yang terjadi. Dia hanya peduli tentang nasib dirinya supaya pencitraan ada terus dan berita ada terus.

“Itu yang menjadi headline soal batik, tetapi social base kita justru berantakan. Orang pakai batik, dan batik mewah dipamer di fashion show catwalking di situ. Sementara, ibu-ibu yang ada di desa-desa Jawa justru menjual batik simpanan mereka untuk membeli beras. Kan banyak masyarakat Jawa juga yang punya koleksi batik yang turun-temurun, suatu waktu mungkin itu ada di pasar loak karena harus diganti dengan uang untuk beli beras,” ujar Rocky.(ida)

404

Related Post