Istri-istri Menteri Pamer Kemewahan di Luar Negeri, Rocky Gerung: Tidak Sensitif

Jakarta, FNN - Para menteri Kabinet Jokowi hadir ke acara World Economic Forum di Davos, Swiss pada 26-29 Mei 2022. Menteri-menteri ekonomi yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto ini antara lain ada Mendag Muhammad Lutfi, ada Bahlil Lahadalia, ada Agus Ginanjar. Bersamaan  dengan itu, istri-istri para menteri itu ikut liburan bersama keluarganya, foto-fotonya di Instagram sangat eye catching dan instagramable. 

Pengamat politik Rocky Gerung menyentil para istri menteri yang pamer kemewahan saat sebagaan masyaraat Indonesia mengalami kesulitan ekonomi.

"Pamer-pamer di Instagram, ini  kita anggap sebetulnya sebagai insensitivity, ketidaksensitifan. Bukan sekadar Indonesia ada di dalam kemelaratan dan pameran Instagram, itu pasti pamer pameran semacam festival of the kemewahan. Jadi kontras itu yang sepertinya dipersoalkan oleh netizen," paparnya kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu, 28 Mei 2022.

Rocky menegaskan secara akademis bahwa orang untuk pamer-pamer di Instagram boleh saja, tetapi selalu ada konteks.

"Masyarakat dunia lagi berupaya untuk mempersoalkan akumulasi dari kapitalis dan Davos. Yang menjadi pusat akumulasi justru sedang berubah paradigmanya menuju pada hal yang lebih egaliter, solidaritas, sementara masyarakat Indonesia justru menyaksikan pameran kemewahan di situ," katanya.

Rocky menduga masyarakat Swiss justru mempertanyakan maksud para istri menteri yang banyak sefie selfie.

"Mungkin mereka justru bertanya, ini bagaimana orang Indonesia,  justru saya sebagai pendiri sedang mempromosikan solidaritas dan sensitivitas sosial. Kenapa kalian  pamer-pamer di sini," katanya.

Rocky menegaskan bahwa Swiss sekarang jadi pembicaraan dunia karena ada Word Economic Forum, satu forum yang mungkin dari tahun 1970 dibentuk untuk memantau ekonomi dunia sekaligus soal-soal justice. 

Sayang juga di Swiss ada berita yang sampai sekarang masih mengkhawatirkan yaitu hilangnya anak dari Pak Ridwan Kamil. Tentu kita berharap ditemukan dan dalam keadaan selamat.

"Saya prihatin dengan keadaan itu. Itu sebetulnya keadaan yang membuat netizen sekarang bercakap-cakap soal kenapa Swiss itu jadi pusat pembicaraan publik.  Yang pertama tentu kita tahu bahwa Davos itu ibukota kapitalis dunia," paparnya.

Di Davos, kata Rocky, seluruh pemimpin negara besar ada di situ bertemu dengan CEO dari perusahaan besar dan dari tahun 80-90.

"Saya pelajari itu karena itu menjadi semacam mata kuliah untuk memahami global political economy. Akan tetapi lebih dari itu saya mengikuti perkembangan intelektual di the Economic Forum,  setiap kali tahun  2000 awal bahkan setiap ada pertemuan di Davos, di antara para kapitalis di sampingnya ada pertemuan LSM dunia untuk protes Word Economic Forum.," katanya.

Hal itu kata Rocky biasa dilihat sebagai balancing supaya dunia tidak diambil alih oleh hegemonic para kapitalis.

"Belakangan saya masih membaca buku-buku yang ditulis oleh  direktur dari pendirinya seorang Jerman bernama Clause Swap.  Ia mulai berpikir bahwa dunia ini kalau tidak dituntun oleh solidaritas akan berantakan. Buku terakhir misalnya Default Industrial Revollution berupaya membayangkan bahwa ke depan dunia harus dituntun dengan ide keadilan. Jadi berseberangan dengan misi awal sebetulnya untuk membackup dunia dengan ide-ide kapitalisme.  Jadi bahkan Clause swap sebagai pendiri dari Davos World Economic Forum itu berubah pikiran karena melihat banyak ketimpangan sosial sehingga yang dulu disebut sebagai gross oriented bertumpu pada pertumbuhan, sekarang dia berbalik menjadi human solidarity," paparnya.

Jadi kata Rocky, kalau kita lihat kontrasnya, orang ke Davos sekarang justru buat melihat perubahan mindset dari sang pendiri, yaitu dari seseorang yang mengandaikan dunia bisa dihasilkan ulang dengan pertumbuhan, sekarang dia berbalik menjadi dalam pikirannya solidaritas nomor satu.

"Jadi kalau kita bahas secara lebih filosofis, misalnya,  pameran kemewahan dari pejabat-pejabat Indonesia di situ atau istri mereka, justru bertentangan dengan ide baru di Davos, yaitu solidaritas. Jadi begitulah kira-kira," pungkasnya. (ida, sws)

299

Related Post