Jalan Khashoggi dan Pohon Rizieq
Oleh Ady Amar *)
Di Amerika, tepatnya di Washington DC. Lebih spesifik lagi, di depan Kedutaan Besar Saudi Arabia, Dewan Kota dengan kesepakatan bulat mengganti nama jalannya menjadi Khashoggi Way.
Jamal Khashoggi adalah warga Saudi Arabia, jurnalis The Washington Post, yang dibunuh tanpa bekas di Konsulat Saudi Arabia di Istanbul, Turki.
Jasadnya dibuat tanpa bekas, dan itu menurut penyelidikan intelejen Turki, yang mengadakan penyelidikan ditail di gedung konsulat itu. Tidaklah perlu dibahas kerja intelejen yang menemukan temuannya itu. Bukannya tidak penting, tapi untuk menyempitkan pembahasan.
Jamal Khashoggi sengaja dihabisi. Simpulannya, ia kerap mengkritisi demokrasi dan hak azasi manusia di asal negaranya. Ada peran intelejen Saudi, dan itu konon atas perintah putra mahkota Muhammad bin Salman (MBS).
Bagitu pula temuan intelejen Amerika, yang setali tiga uang dengan Turki, ada peran intelejen Saudi yang melakukan pembunuhan atas Khashoggi. Amerika menjadikan isu ini jadi sesuatu yang bisa dimainkan untuk kepentingan menekan Saudi pada kebijakan-kebijakan yang menguntungkannya. Amerika memainkan politik dua kaki. Menekan Saudi soal itu, tapi tidak sampai menyentuh putra mahkota atas pembunuhan terencana itu.
Pemberian nama Khashoggi Way, dan itu di depan Kedubes Saudi Arabia benar-benar menampol keras pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia. Nama itu akan terus dikenang, bahwa ada perbuatan penghilangan nyawa seorang jurnalis, yang itu atas restu "negara".
Jamal Khashoggi Way tidak sekadar nama jalan. Tapi sebuah simbol perlawanan atas kesewenang-wenangan penghilangan anak manusia. Simbol yang akan terpateri, bisa jadi sepanjang waktu, bahkan sampai yang terlibat dalam penghilangan nyawa dimatikan Tuhan dengan caranya masing-masing.
Pohon Rizieq
Lain di Washington DC, lain pula di sekitaran erupsi gunung Semeru. Sebuah pohon utuh masih berdiri di sana. Diatasnya bendera dengan gambar Habib Rizieq Shihab menari-nari diterpah angin. Tidak tahu siapa yang kreatif memasangnya.
Ramai muncul di jagat pemberitaan. Ada gambar Habib Rizieq di Semeru, setidaknya itu pemberitaan yang muncul. Tidak tahu siapa yang memasang, meski tidak tahu siapa orangnya, pastilah ia seseorang yang mengidolakannya.
Tapi berita lanjutannya tidak mengenakkan. Bukannya bendera Habib Rizieq itu dicopot, seperti hal itu dulu dilakukan Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman-- saat ini Kastaf AD berpangkat Jenderal. Tapi justru pohonnya yang ditebang habis.
Padahal pohon itu, sebagai makhluk hidup, telah diselamatkan Tuhan. Sehingga tetap berdiri kokoh dari terpaan erupsi dahsyat. Makhluk hidup apapun itu punya hak untuk hidup. Tidak boleh ada yang mematikan dengan sewenang-wenang.
Khashoggi di Amerika dihidupkan lewat nama jalan. Namanya tetap dikenal, tidak dimatikan. Meski nyawanya melayang di tangan algojo, konon atas perintah orang kuat.
Sedang Habib Rizieq masih segar bugar, tapi hidup dalam penjara. Namanya coba dimatikan. Sebisa mungkin tidak ada gambarnya menyembul di ruang publik. Maka, pohon yang tidak punya salah apapun di seputaran gunung Semeru perlu dibabat, karena jadi cantolan wajah Habib Rizieq, yang itu jadi pemberitaan media.
Jamal Khashoggi menjelma jadi nama jalan di Amerika, meski raganya sudah dihilangkan, tapi namanya tetap diingat selamanya. Sedang Habib Rizieq masih bergelut dengan putusan pengadilan tingkat banding, yang tidak semestinya ia dapatkan, dan yang masih belum selesai dijalaninya. Entah sampai kapan... (*)
*) Kolumnis