Jokowi Diperkirakan Sulit End Game dengan Husnul Khatimah

Cover Hersubeno Point

Jakarta, FNN - Ngototnya rezim untuk melanggengkan kekuasaan dengan menunda Pemilu atau memperpanjang masa jabatan mendapat perlawanan serius dari masyarakat, politisi dan intelektual.

Bagaimana nasib Jokowi setelah gagal memperpanjang masa jabatan dan penundaan Pemilu? Sementara saat ini ekonomi semakin sulit, harga pangan melonjok, BBM naik, listrik naik, petani nelayan semakin sengsara, memaksakan pembangunan IKN, dan faktor geopolitik global.

Membaca situasi terkini politik tanah air, Hersubeno Arief dalam kanal Hersubeno Point Rabu 30 Maret 2022 mewanti-wanti agar Presiden Joko Widodo lebih bijak dan berhati-hati mengambil keputusan.

Hersu demikian panggilan akrab Hersubeno mengkhawatirkan upaya kebulatan tekad yang diinisiasi oleh Menko Marinves Luhut Pandjaitan untuk memuluskan dukungan perpanjangan masa jabatan atau tunda Pemilu.

"Pak Jokowi dan Pak Luhut sedang adu kuat dengan parpol penolak tunda Pemilu dengan mengumpulkan para kepala desa untuk mewujudkan kebulatan tekad. Ini berbahaya sekali," katanya.

Hersu menduga jika gagal mengerahkan massa untuk mendukung kebulatan tekad, Jokowi bisa mengeluarkan dekrit seperti yang disampaikan Yusril Ihza Mahendra.

Namun menurut Hersu, langkah mengeluarkan dekrit bisa berujung pada pemakzulan.

"Dengan begitu alih alih Pemilu ditunda tetapi bisa jadi malah dipercepat," paparnya.

Sesungguhnya pilihan yang paling elegan bagi Jokowi adalah kembali ke jalan yang benar mentaati konstitusi dan mengakhiri masa jabatan dengan husnul khatimah (berakhir dengan baik).

Tapi menurut Hersu opsi ini bagi Jokowi juga bukan pilihan yang mudah. 

"Jokowi saat ini sangat sulit untuk mengakhiri jabatan secara khusnul khatimah, sebab ada beban  berat yang mengikutinya seperti pembangunan IKN yang diperkirakan mangkrak, masa depan putra dan menantunya di Solo dan Medan, belum lagi laporan Ubedilah Badrun ke KPK tentang KKN anak bungsu presiden, Kaesang," tegasnya.

Mengakhiri jabatan secara baik kata Hersu, bukan pilihan yang mudah, apalagi Luhut Binsar saat ini juga sedang dilaporkan oleh 9 LSM atas dugaan gratifikasi. Meski laporan sudah ditolak oleh Polda, tetapi siapa yang menjamin jika rezim berganti kasus ini bakal dibuka lagi. 

Akhirnya,  lanjut Hersu masa depan bisnis Luhut menjadi tak menentu. Luhut adalah menteri paling tajir sesuai laporan menteri keuangan dalam Laporan SPT. 

 Jika mengambil analisa majalah Inggris The Economist, Jokowi harus berhati-hati mengambil keputusan.

"Pilihan pelik seperti ini tidak akan dihadapi Jokowi jika ia tidak tergoda perpanjangan masa jabatan atau tunda Pemilu dan legacy proyek-proyek mercusuar," pungkasnya. (ida, sws)

437

Related Post