Kemampuan Luhut Mengorkestrasi Kabinet Memungkinkan Orang Menganggap bahwa Dia Wakil President In Action

Luhut Binsar Panjaitan merayakan ulang tahunnya yang ke-76

Jakarta, FNN - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP), merayakan ulang tahunnya yang ke-76 di Jakarta, Kamis (28/9/2023). Dalam acara tersebut, hadir banyak sekali tamu  penting yang merupakan tokoh nasional, di antaranya Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Prabowo, Sandiaga Uno,  Rizal Ramli, hingga Rocky Gerung dan Kaesang Pangarep.

Beberapa tokoh yang hadir memberikan testimoninya tentang LBP, tak terkecuai Jusuf Kalla (JK).  Testimoni JK ini menarik untuk dibahas karena sangat relevan dengan kondisi LBP saat ini. Dalam testimoninya, JK mengatakan bahwa semua orang kini sepakat bahwa Luhut harus dipanggil jika negara mengalami kesulitan atau suatu masalah. Sebab, Luhut diibaratkan seperti kunci untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam acara ulang tahunnya tersebut, LBP juga meluncurkan buku bertajuk Luhut Binsar Pandjaitan: Menurut Kita-Kita. Rocky Gerung yang juga hadir pada acara tersebut dalam kanal You Tube-nya Rocky Gerung Official edisi Jumat (29/9/23) mengatakan, “Jadi, kemarin relevan sekali bahwa Pak Luhut menerbitkan buku, dan yang unik adalah buku itu semacam pujian dan kritik dari teman dan lawan politiknya. Tapi ada persahabatan yang unik. Saya menilai bahwa banyak tokoh di situ yang kemudian mencari semacam ruang, ruang manuver politik karena kalau koalisi kan itu transaksi antara partai.”

Tetapi, lanjut Rocky, pertemuan kemarin terlihat ada kritik yang sedikit sublim dari Jusuf Kalla dan sedikit menyindir bahwa Jokowi terbantu dengan adanya Luhut, walaupun orang sering menganggap bahwa beban Luhut terlalu besar. Sepertinya, yang hendak diucapkan oleh Jusuf Kala adalah bahwa Indonesia sebetulnya punya potensi untuk mengejar ketertinggalan, tetapi itu tergantung pada kepemimpinan yang efektif.

Luhut berupaya menceritakan bahwa dia memang diminta oleh bangsa untuk berbakti. Bukan diminta oleh Presiden Jokowi terutama, tapi oleh niat dia untuk berbakti pada bangsa, walaupun tetap seluruh kebijakan Jokowi yang dibela oleh Luhut itu banyak kontroversi.

Oleh karena itu, tambah Rocky, benar sekali kalau kita mau coba membandingkan antara apa yang pernah dikerjakan oleh SBY dengan Jokowi. Kepemimpinan Jokowi jelas adalah kolektif, tapi sekaligus kolektif yang tidak secara langsung memperlihatkan kepimpinan Jokowi.

“Dan kita tahu bahwa Jokowi lebih suka pencitraan daripada membuat proyek yang betul-betul bisa diukur. Dan itu orang bisa bilang sejak zaman jadi Walikota Solo, lalu pindah ke DKI, saya tahu bahwa Ahok yang lebih banyak beroperasi di lapangan daripada Jokowi. Jokowi blusukan saja, bahkan sampai sekarang sebagai presiden dia juga masih blusukan. Oleh karena itu, bebannya dibagi saja pada Luhut,” ujar Rocky.

Jika kita telusuri, ternyata kepemimpinan Jokowi memang khas. Jokowi dianggap sebagai pemimpin yang lebih suka blusukan, baik ketika menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI, dan bahkan sekarang saat menjadi presiden. Karena itu, namanya melambung karena dianggap sebagai figur yang berbeda dengan tokoh-tokoh yang lain.

Pada periode kedua Jokowi menjadi presiden sekarang ini, peran Luhut jauh lebih menonjol dibanding Wakil Presiden Makruf Amin. Padahal, menurut Rocky, sebetulnya secara riil politik Luhut tidak punya kekuatan apa-apa selain sebagai kader Golkar.

“Tetapi, kemampuan Luhut untuk mengorkestrasi kabinet itu yang memungkinkan orang menganggap bahwa Luhut sebetulnya adalah wakil president in action. SBY juga mengatakan bahwa Luhut bukan sekadar man of ideas, tapi juga man of action, atau bahkan man in action,” kata Rocky dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.

Hal itu menurut Rocky sebagai semacam perbandingan bahwa di era SBY wakil presiden betul-betul berfungsi. Jusuf Kalla diberi kewenangan yang banyak betul di bidang ekonomi sehingga terlihat bahwa Jusuf Kalla betul-betul in action sebagai wakil presidennya SBY. Sekarang yang in action justru Luhut.

“Saya kira kalau Luhut bukan datang dari golongan atau masih disebut sebagai kelompok yang minoritas secara etnis dan secara keyakinan, mungkin bisa dicalonkan menjadi presiden Indonesia, karena pengalaman dia memang sudah lengkap. Bahkan seorang pengusaha yang punya akses dengan banyak presiden di Benua Afrika kemarin hadir dan memberi kesaksian bahwa Luhut itu betul-betul berupaya untuk menghubungkan Indonesia dengan negara-negara Afrika, dan kelihatannya justru postur internasional itu dikerjakan oleh Luhut. Walaupun itu sifatnya bisnis, tapi di dalamnya pasti ada aspek politik,” ungkap Rocky.

“Jadi, Jokowi tidak mampu untuk menaikkan profil Indonesia di mata internasional. Itu diambil alih oleh Luhut. Bahkan, Luhut saya kira lebih sering melakukan nego diplomasi internasional daripada menteri luar negerinya sendiri. Jadi kira-kira itu yang dikesankan di dalam acara ulang tahun ke-76 dari LBP,” ujar Rocky.(sof)

205

Related Post