Kongres Umat Islam ke-2 Sumatera Utara: Kajian Kritis Perjalanan Bangsa

Masri Sitanggang, Syahganda Nainggolan, Bunayya S, Ubedilah Badrun, Tamsil Linrung, dalam rapat persiapan Kongres Umat Islam yang akan diselengharakan di Medan, pada Agustus yang akan datang. (Foto: Lia/FNN).

Jakarta, FNN – Pada usia ke-77 tahun Indonesia ini, patutlah kita melakukan muhasabah. Yaitu melakukan kajian kritis terhadap perjalanan pembangunan bangsa dengan menggunakan tolok ukur Pembukaan UUD 1945.

Hal ini dimaksudkan agar teridentifikasi dengan tepat hal-hal positif (sesuai Pembukaan UUD 1945) yang perlu dipertahankan atau ditumbuh-kembangakan dan hal-hal negatif (menyimpang dari Pembukaan UUD 1945) yang perlu segera dihentikan atau diperbaiki.

“Yang demikian ini agar Indonesia tetap eksis sebagai negara bangsa yang bergerak maju menuju cita-citanya yang mulia,” Ketua Panitia Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP.

Sebuah negara yang kokoh berdiri di atas jati diri bangsanya. “Umat Islam adalah komponen bangsa yang paling bertanggungjawab atas dan paling berkepentingan akan kemajuan Indonesia,” tegasnya.

Bukan saja karena umat Islam merupakan warga mayoritas, melainkan juga karena umat Islam dengan ormas-oramasnya yang lahir jauh sebelum merdeka menjadi tulang punggung berdirinya negara ini.

Oleh sebab itulah, kata Masri Sitanggang, Umat Islam Sumatera Utara merasa sangat perlu mengonsolidasi diri memperkuat ikatan ukhuwah demi persatuan dan kesatuan bangsa, dengan menyelenggarakan Kongres ke-2 yang bertajuk “Mengokohkan Ukhuwah Islamiyah, Menata Ulang Indonesia”.

“Kajian akan meliputi IPOLEKSODBUDHANKAM, dilakukan oleh para pakar di bidangnya masing-masing sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik,” katanya.

Diharapkan, kongres juga membuahkan rumusan Agenda Penataan Indonesia yang dapat djadikan acuan bagi pembangun Indonesia ke depan oleh para pengelola negara.

“Demikian penting arti Kongres Umat Islam ke-2 Sumatera Utara ini untuk kemajuan bangsa. Karena itu diharap semua pihak dapat membantu agar acara ini sukses,” ujar Masri Sitanggang.

Peserta Kongres ditetapkan sebanyak 350 orang, yang terdiri dari para ulama, cendikiawan/akademisi Islam, Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Ormas Islam, Rektor Universitas, Pimpinan Tarekat dan pimpinan komunitas yang dianggap mewakili.

Kegiatan direncanakan bertempat di Asrama Haji Jalan Kaharuddin Nasution, Pangkalan Masyhur, Medan pada tanggal 19-21 Agustus 2022 selama 3 (dua) hari 2 (dua) malam. (mth)

632

Related Post