KRI Nanggala: Tumbal Laut Selatan?

By Daniel Mohammad Rosyid

Surabaya, FNN - Pagi ini kakak perempuan saya menanyakan apa yang sesungguhnya terjadi pada KRI 402 Nanggala milik TNI AL buatan Jerman yang hilang kontak beberapa hari lalu di sekitar Selat Lombok. Paling tidak ada dua penjelasan. Pertama, technical error karena sudah tua (umur 40 tahun padahal design service life nya 20-25 tahun). Tahun 2012 sudah diretrovit dan overhaul total di Korea Selatan. Hingga hari ini Nanggala belum ditemukan.

Mestinya overhaul total ini dilakukan setiap 5 tahun. Tampaknya karena beberapa sebab, ini tidak atau belum dilakukan. Hanya dilakukan partial overhaul. Naasnya, hari itu KRI Nanggala beroperasi melalui sebuah perairan yang rawan di sekitar selat Lombok. Ada arus laut yg sangat kuat dari Samudra Pasifik Utara ke Laut Selatan yang melewati Selat Makasar lalu Selat Lombok. Di selat Lombok dengan kedalaman 300m dan lebar 35km debitnya mencapai 3 juta meter kubik perdetik.

Kontur irregular dasar laut di sekitar selat ini ternyata menghasilkan pola aliran arus ekstrim (gelombang di dalam laut) yang berbahaya bagi kapal selam. Nanggala dirancang hanya untuk kedalaman 250 m dan kecepatan 25 knots. Mungkin Nanggala telah dipaksa arus ekstrim ini menyelam lebih dalam dari itu sehingga terjadi kebocoran yg gagal diatasi dengan segera naik ke permukaan dengan memompa keluar air laut dari tanki tanki balastnya. Sistem penggeraknya yang bukan nuklir, tapi diesel elektrik yang sudah cukup tua mungkin tidak memadai untuk menghadapi arus ekstrim ini sementara persediaan oksigen dalam kapal selam terus menipis. Pasokan oksigen diperlukan baik untuk awak kapalnya maupun mesin dieselnya.

Kedua, 53 awak kapal KRI Nanggala memang sengaja dijadikan tumbal oleh pihak tertentu bagi raja jin Laut Selatan. Seiring dengan berbagai rangkaian gempa dan topan Seroja di Pulau Jawa hingga Timor sebagai bagian dari _rings of fire_, banyak info yang beredar bahwa akhir-akhir ini banyak siluman yang bergentayangan lepas dari kurungannya dari pedalaman laut Selatan sejak zaman Nabi Sulaiman. Jika ilmu adalah seni menjelaskan kejadian, maka penjelasan metafisik ini juga seni semacam itu. Boleh percaya boleh tidak. Para pemuja iblis sering bekerja sebagai _shadow_ kekuasaan dengan sesekali menyediakan tumbal bagi ambisinya untuk berkuasa.

Apapun penjelasannya, kita tetap menuntut pertanggungjawaban pemerintah sebagai operator Republik ini. Sudah lama diingatkan bahwa negeri kepulauan di lokasi Nusantara yang sangat strategis ini mensyaratkan kemampuan maritim kelas dunia untuk berjaya. Namun peringatan ini tidak cukup diindahkan oleh pemerintah. Obsesi pertumbuhan tinggi secara langsung telah menelantarkan pemerataan yang mensyaratkan sektor kemaritiman yang memadai baik untuk agenda kesejahteraan maupun keamanan dan pertahanan bagi negeri seluas Eropa ini. Banyak maladministrasi publik yang menyuburkan praktek korupsi telah mendorong banyak misalokasi anggaran yang serius sehingga sektor prioritas seperti kemaritiman sebagai instrumen pemerataan menjadi terbengkalai.

Seiring dengan peminggiran Tuhan akhir-akhir ini oleh kaum sekuler kiri radikal, ruang-ruang kehidupan di Nusantara ini makin dipenuhi oleh para hantu yang semakin bebas bergentayangan. Kita berdoa dan segera bertobat agar Allah swt Tuhan Yang Maha Esa sudi kembali ke negeri ini sehingga kita tidak perlu menyediakan berbagai tumbal lagi. Mungkin dengan berpuasa, hantu-hantu ini bertobat.

Rosyid College of Arts and Maritime Studies, Gunung Anyar, Surabaya, 24/4/2021.

564

Related Post