Lempar Kaos, Jokowi Dilarang Jadikan Rakyat Obyek Kegembiraan
Jakarta, FNN – Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Palembang disertai dengan lempar-lempar barang kepada masyarakat di pinggir jalan. Kebiasaan buruk ini mendapat sorotan dari pengamat politik Rocky Gerung.
“Rumus Pak Jokowi tidak diperoleh dari Sri Mulyani atau dari menteri yang lain. Rumusnya dia dapat dari dukun bahwa kalau lempar-lempar sesuatu itu artinya dia raja. Kalau raja kebiasaanya begitu, lempar-lempar pada kawula. Jadi Pak Jokowi nggak ngerti bahwa rakyat itu setara dengan dia. Dia memang diposisikan sebagai presiden, tapi dia enggak boleh jadikan rakyat sebagai objek kegembiraan. Lalu dia senang karena orang nangkap kaos dia itu,” katanya kepada wartawan FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat, 08 April 2022.
Rocky menilai kebiasan tersebut sebagai bentuk mental yang keropos dari presiden. “Presiden itu bukan raja. Kalau raja memang punokawannya dikelilingi abdi dalem,” katanya.
Yang lebih konyol lagi menurut Rocky adalah para menteri yang melihat kebiasaan Pak Jokowi yang sudah jadi standar SOP itu, namun tetap diam. “Ini menteri juga bingung, memang nurunin minyak goreng bisa dengan lempar-lempar kaos doang tuh. Memang mempertahankan keakraban dengan lempar-lempar kaos doang. Ini menteri apa iya dungu juga,” katanya kesal.
Rocky sangat heran melihat kebiasaan Jokowi yang suka merendahkan masyarakatnya sendiri. “Saya sulit cari kata untuk menerangkan keadaan ini. Kalau dibilang mengalami akopoli, nanti orang bingung nyari di google lagi. Jadi, kita bilang saja ini kedunguan yang sudah merebak sampai ke tingkat kepala desa atau Apdesi kemarin,” paparnya.
Namun kelompok kepala desa ini kata Rocky gagal melakukan deklarasi kebulatan tekad. “Mereka berupaya untuk menjilat tap kemudian terlihat bahwa lidahnya itu memang sudah biasa menjilat sehingga orang menganggap bahwa Presiden Jokowi memang menginginkan dia dielu-elukan,” paparnya.
Berhubung tidak dapat elu-eluan oleh yang otentik, akhirnya dia bikin sendiri. “Rakyat dibujuk supaya mengelu-elukan dengan cara lempar-lempar kaos, tapi rakyat tahu kaos ini nggak bisa digoreng,” tegasnya.
Mengapa para menteri diam karena menteri-menteri merasa kalau Jokowi bagi-bagi BLT ke rakyat, si menteri juga menganggap bahwa dia juga konsumen. Karena itu dia mendapat BLT, tapi dengan cara menaikkan gajinya sendiri.
“Jadi, sekali lagi bagi rakyat, mungkin kalau dia bisa memaki-maki, ini bangkai nih. Tapi dia ndak bisa bilang dan bangkainya siapa. Kalau dibilang presiden, bangkainya dia takut kena undang-undang ITE,” paparnya.
Perihal rakyat yang makin ketakutan terhadap rezim ini, kemarin survei indikator mengatakan 62,9 persen rakyat Indonesia takut mengucapkan protes lagi, karena takut ditangkep.
“Ini rakyat akhirnya menganggap, ya sudahlah kalau memang semua diperlihatkan semacam keangkuhan itu. Iya kita juga bisa angkuh dan orang yang takut untuk mengatakan suatu lama-lama dianggap ia sudah berkelahi saja di jalanan,” pungkasnya. (ida, sws)