Mahfud Menang Telak, Data Berbeda, Moral Sri Mulyani Drop
Jakarta, FNN – Akhirnya, rapat kerja antara Komisi III bersama Menkopolhukam, Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (KNK-PP-TPPU), Mahfud MD, yang ditunggu-tunggu oleh publik berlangsung kemarin. Rapat yang berlangsung sejak siang hingga hampir tengah malam itu pun, seperti sudah diduga, berlangsung dengan seru dan panas. Namun, walaupun dikeroyok oleh DPR, seperti juga sudah kita duga, Mahfud MD tetap menang telak.
Di awal rapat, Mahfud MD langsung ‘menyerang” tiga orang anggota Komisi III yang menantangnya, yakni Benny K. Harman, Asrul Sani, dan Arteria Dahlan. Di tengah hujan interupsi, Mahfud tetap mengklarifikasi perihal kewenangannya mengumumkan perihal transaksi mencurigakan 349 T di Kemenkeu yang dipertanyakan oleh Komisi III pada rapat sebelumnya.
“Skornya 5 : 0. Jadi, memang sudah terlihat dari awal memang mau keroyok Mahfud dan itu kan kompak DPR. Tapi Mahfud jelas di atas, dua hal dia lampaui para pengeroyok itu,” ujar Rocky Gerung dalam Kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Kamis (30/3/23) dalam diskusi yang dipandu oelh Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.
Dua hal yang dimaksudkan Rocky adalah; Pertama, secara moral Mahfud tinggi karena dia mempersoalkan sesuatu yang potensial delik. Jadi, netizen dan seluruh masyarakat Indonesia bahkan 300% mendukung Mahfud. Di situ konyolnya DPR, mereka mau dipilih rakyat, tapi kenapa mereka mau menghalangi penegakan hukum.
Kedua, tentu Mahfud lebih banyak datanya. Di dalam rapat tersebut Mahfud bahkan mengatakan bahwa ini bisa juga data dari intelijen. Kalau data intelijen maka memang dimaksudkan untuk membongkar sesuatu. Mahfud mengambil risiko itu karena dia tahu bahwa Jokowi juga tidak mungkin melarang dia untuk mengajukan masalah itu ke publik. Jadi, kira-kira itu setting rapat kemarin.
Yang mengejutkan, dari rapat tersebut juga terungkap bahwa data yang disampaikan oleh Mahfud sama sekali berbeda dengan data yang disampaikan oleh Sri Mulyani, Menteri Keuangan, pada rapat sebelumnya dengan Komisi XI DPR. Menyimak pernyataan Mahfud dan PPATK, pertanyaannya kemudian adalah apakah Sri Mulyani berbohong atau dia dibohongi oleh para bawahannya sehingga data-data yang diucapkan oleh Sri Mulyani dengan sangat PD di Komisi XI ternyata salah.
“Saya kira Sri Mulyani dikelilingi oleh tukang jilat sebetulnya, karena mereka tahu bahwa kalau ini dibongkar itu ke mana-mana kasusnya. Jadi, kira-kira dia di-brief dengan data yang dimanipulasi. Bukan palsu, tapi dimanipulasi supaya seolah-olah itu bisa meneduhkan suasana,” ujar Rocky.
Menurut Rocky, Sri Mulyani tidak paham bahwa sesuatu yang sudah masuk di dalam tatapan publik itu tidak mungkin berhenti lagi. Jadi, apapun yang mau dijadikan alibi oleh Sri Mulyani, akan berhadapan dengan tekanan publik. Semakin publik menekan, semakin Mahfud merasa bahwa dia mendapat dukungan. Oleh karena itu, Mahfud dengan sangat percaya diri mengatakan bahwa data yang ada pada Sri Mulyani, kira-kira dia mau bilang, itu data yang sudah diedit oleh bawahannya.
Meski Mahfud masih berbasa basi tentang Sri Mulyani, kata Rocky, tapi jelas bahwa Sri Mulyani drop moralnya, jauh di bawah Mahfud. Kalau Sri Mulyani, misalnya, datang ke DPR dan mengatakan bahwa dia punya data tapi datanya mungkin masih perlu diverifikasi, kemudian mempersilakan DPR membentuk Pansus, itu baru satu paket dengan keinginan publik atau netizen. Tetapi, fakta yang terjadi Sri Mulyani tetap defensif.
Rocky juga mengatakan bahwa jatuhnya moral Sri Mulyani menunjukkan bahwa dia sudah selesai. Apalagi publik juga mungkin menganggap bahwa Sri Mulyani berbohong. Publik lebih percaya pada Mahfud. Mahfud mengandalkan juga bahwa data itu bahkan sudah diverifikasi oleh oleh BIN sebagai data yang boleh dibocorkan. Kira-kira begitu. (ida)