Memori SMS Haji Untuk Hati

Sulit sekali mengenali mana orang kaya, mana Pejabat, mana jenderal, mana orang biasa.

Dengan mengenakan pakaian ihram jamaah haji menanggalkan pakaian harian sebagai pejabat, pimpinan, golongan, juragan, dan sebagainya sehingga terwujudlah kesamaan dan kerendah diri di hadapan Allah maupun sesama.

Oleh: Muhammad Chirzin, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta

IBADAH haji merupakan pengalaman beragama yang luar biasa dan sangat layak untuk diabadikan, baik dalam tulisan, gambar hidup (video) ataupun gambar mati (foto/lukisan).

Bersama sahabat Ustadz Ir. H. Ibnu Sholeh, MM (almarhum) saya mencatat pengalaman haji pada tahun 2007/2008 dalam buku 99 SMS Haji untuk Hati (Jakarta: Zaman, 2009). Di antara sms-sms haji yang dimaksud adalah sebagai berikut.   

Pesan dari mimbar Jumat Masjidil Haram: Muslim niscaya menjunjung tinggi persaudaraan, tolong menolong, kesungguhan, dan taqwa. (QS al-Baqarah/ 2:284-286). labbaik allahuma labbaik.

Thawaf adalah simbol gerak dan sa’i adalah simbol usaha. Mukmin akan terus hidup bila mau bergerak dan berusaha.

Untuk menunaikan shalat arba’in di Masjid Nabawi haji singgah di Madinah sekurang-kurangnya delapan hari. Siapa yang telah menunaikan shalat arba’in niscaya dapat menunaikan shalat berjamaah di kampung halamannya.

Haji adalah perjalanan untuk evaluasi diri yang memberikan berbagai manfaat duniawi dan ukhrawi. Haji adalah mudik ke rumah Allah swt. Allah bersaksi kepada para malaikat, bahwa Ia telah mengampuni para haji yang wuquf di Arafah.

Di Tanah Suci, maupun di mana saja engkau berada, Allah tidak berada jauh darimu. Karena itu cobalah untuk menggapai-Nya. Allah lebih dekat kepada kita dibandingkan dengan  kita kepada diri kita sendiri.

Allah memilih orang-orang (para nabi, Ratu Saba`, Maryam), waktu (akhir malam, fajar), hari (Jumat, Senin, Kamis), bulan (puasa, haji), tempat (Mekah, Baitulmaqdis), bilangan (dzikir, shalat, puasa), bahasa (Arab) dengan segala hikmahnya.

Jamaah haji bebas menunaikan shalat menurut pengetahuan atau madzhab yang diikutinya, tanpa mengusik pihak lain yang menunaikan ibadah dengan cara yang berbeda-beda.

Labbaik allahumma labbaik… Ya Allah aku mendengarkan panggilan-Mu, aku akan memenuhi seruan-Mu dalam al-Quran dan sunnah Nabi-Mu, menjalankan perintah, dan meninggalkan larangan-Mu kapan saja dan di mana pun aku berada.

Di atas sana, di Gua Hira, Nabi Saw menyendiri, merenungkan umat dan mencari jalan keluar dari gaya hidup jahiliyah. Di sana Allah mengirim Jibril membawa amanat risalah untuk hamba pilihan-Nya. Sebagian jamaah haji sempat mengunjunginya.

Haji itu mudah. Kegiatan yang dilakukan ialah ihram, wuquf di Arafah, thawaf ifadhah, sa’i dan tahalul. Ibadah haji adalah langkah maju “pembebasan diri” dari penghambaan kepada tuhan-tuhan palsu, menuju penghambaan kepada Tuhan Yang Sejati.

Para haji berseri-seri wajah mereka, karena berada di sekitar rumah Allah, singgah berhari-hari di Serambi Surga. Siapa yang berhaji dan memaknai haji dengan benar, maka surga adalah ganjarannya.

Ibadah haji, sebagaimana ibadah-ibadah lain, diperuntukkan bagi kehidupan di dunia ini, agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Ibadah haji mendekatkan kita kepada Allah, mendekatkan rahmat, dan pengampunan-Nya, serta meredam panasnya dosa-dosa. Karunia-Nya melimpahkan kenikmatan dan kesyahduan bersama-Nya di Rumah Suci-Nya: Ka’bah.

Ibadah haji adalah evolusi manusia menuju Allah. Ibadah haji mengandung pertunjukan tentang Masjidil Haram, Mas’a, Arafah, Muzdalifah dan Mina, dengan simbol-simbol Ka’bah, Shafa, Marwah dan upacara kurban.

Dalam pergelaran haji engkau adalah aktor utamanya. Engkau berperan sebagai Ibrahim, Hajar, dan Ismail. Setiap Muslim yang berhaji diajak untuk berpartisipasi dalam ‘pertujukan’ akbar ini.

Dalam haji semua orang sama. Tidak ada pembedaan berdasarkan ras, jenis kelamin ataupun status sosial. Semua adalah satu dan satu adalah semua.

Dalam haji si kecil datang menghadap Yang Maha Besar, si lemah datang kepada Yang Maha Kuat, si pendosa menghadap kepada Sang Maha Pengampun, menumpahkan segala asa yang terpendam dalam doa di hadapan-Nya.

Tumpahan dan derai air mata hamba yang meledakkan rindu kepada Allah adalah pemandangan rutin setiap kali mengunjungi Ka’bah. Inikah yang membuat sumur Zamzam tak pernah kering mengobati dahaga jutaan umat dari waktu ke waktu?

Allahu Akbar... inilah Ka’bah yang kita telah bertahun-tahun shalat menghadap ke arahnya, kini ia berdiri agung dan anggun di hadapan kita. Muslim dari seluruh dunia berjalan mengitari Rumah-Nya.

Ka’bah, Masjidil Haram, Arafah dan lain-lain semula merupakan nama-nama yang hanya terbayang dalam angan-angan. Memimpikan pun aku tidak berani. Tapi kini semua itu adalah kenyataan. Ya Allah, tak ada yang mustahil bila Engkau kehendaki.

Persiapan perjalanan ke Madinah Munawwarah menggugah kerinduan untuk ‘napak tilas’ hijrah Nabi Saw dari tanah kelahiran beliau yang dicintai menuju tempat yang direstui Allah untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Setiap jamaah haji disapa Allah Swt di Rumah-Nya dengan cara-cara tersendiri. Setiap haji mempunyai pengalaman emosional, intelektual, ritual, spiritual, dan sosial sendiri-sendiri. Masing-masing mendapat sambutan menurut kehendak-Nya.

Ketika di Raudhah rasanya seperti ada yang mempersilakan saya shalat di situ dalam waktu cukup lama. Di sana aku pun berdoa: ”Ya Allah, mudahkanlah jalan bagi kami untuk meneruskan risalah Nabi-Mu.”

Perjalanan panjang Mekah-Madinah menghadirkan bayangan perjalanan hijrah yang ditempuh Nabi Saw dan para sahabat beliau yang mulia. Kami cukup menempuhnya kurang dari 7 jam, sedangkan baginda Rasul tidak kurang dari 7 hari.

Cara jamaah haji mengungkapkan kerinduan kepada Nabi saw bermacam-macam. Ada yang membacakan shalawat, mengusap-usap pintu makam beliau, menyelipkan amplop surat dan foto ke dalam makam, dan mengambil gambar dengan kamera.

Ibadah haji membukakan kepada Muslim cakrawala baru yang terang dan jalan bebas hambatan untuk berhijrah menuju Allah Yang Maha Kuasa.

Para haji yang datang ke Tanah Suci membawa bahasa daerahnya sendiri dan Allah niscaya mendengarkan seruan hamba-hamba-Nya, dalam bahasa apa pun Muslim berdoa.

Lafal adzan dan iqamah adalah ungkapan yang paling familiar bagi jamaah haji di Tanah Suci, sedangkan di jalan-jalan mereka selalu mendengar sopir angkot atau kernet yang berteriak-teriak, ”Ya hajj...thariq ya hajj...” (Pak/Bu haji, beri kami jalan).

Setiap haji yang hendak pulang kampung selayaknya “nyuwun sangu” (minta bekal) kepada Allah agar dapat menjalani kehidupan di masyarakat dengan lebih bermakna.

Ibadah haji memberikan inspirasi untuk mengisi celah kosong dalam kehidupan mukmin dengan cita-cita agar hidupnya berfaedah selama-lamanya. Setiap orang dibentangkan jalan oleh Allah untuk meraih cita-cita mulia.

Pada bulan haji langit Makkah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah serta Madinah penuh sesak dengan para malaikat yang ditugaskan Allah mengatur para tamu yang datang dari seluruh penjuru dunia dengan berjuta permohonan, harapan, dan cita-cita.

Ibadah haji adalah panggilan Tuhan secara primordial dan azali, karena ketika ruh dihembuskan ke dalam jasad semasa di dalam rahim ibu, masing-masing telah diminta untuk bersaksi bahwa Allah Tuhannya.

Perjalanan dari Mekah ke Madinah atau sebaliknya, para haji mendapat hidangan pemandangan yang monoton. Bukit berbatu dan padang pasir yang terhampar luas. Sejumlah bangunan megah di Tanah Suci didirikan di atas bukit.

Dilihat dari tata letak benua, Ka’bah Baitullah di Makkah berada di tengah-tengah bumi yang jaraknya dari tiap-tiap benua relatif sebanding.

Dalam ibadah haji muslim berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dari Mekah ke Mina, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan ke Mekah lagi, seperti perjalanan ruh dari alam arwah ke rahim ibu, alam dunia, alam barzah, alam mahsyar, dan alam akhirat.

Ada jamaah haji yang hendak memasuki Masjidil Haram, tetapi tidak menemukan pintunya, dan ada pula yang telah memasuki Masjidil Haram, tetapi tidak melihat Ka’bah.

Haji mabrur niscaya amanah, ringan tangan, berkata, dan berbuat jujur, ramah, tabah, tawakal, serta suka musyawarah; berhias akhlaqul karimah. Haji Mabrur itu suka mengajak berbuat kebaikan, bekerja keras, dan menghargai waktu.

Haji mabrur itu tabah, sabar, dan pemaaf. Siapa yang tidak mau memaafkan orang lain, ia meruntuhkan jembatan yang harus dilaluinya.

Haji mabrur niscaya mencintai kebaikan, yakni apa yang dinyatakan baik oleh agama, apa yang dipandang baik oleh akal, dan apa yang dinilai baik oleh orang banyak.

Ibadah haji menumbuhkan ikatan antara dirinya dengan orang-orang lain yang mendorongnya berbuat demi kemaslahatan umum. Ibadah haji menyempurnakan kemanusiaan manusia.

Ibadah haji menginsyafkan bahwa kadang-kadang kesalahan kecil dapat menghapuskan jasa besar, dan ada kalanya jasa kecil dapat menghapuskan kesalahan besar.

Ibadah haji menginsyafkan mukmin bahwa harta dan tahta atau pangkat dan jabatan bukanlah ukuran kemuliaan seseorang di hadapan Allah Swt, karena semua itu harus ditanggalkan ketika seseorang telah memasang niat untuk mengunjungi Allah di Rumah-Nya.

Ibadah haji menggambarkan kepulangan kita kepada Allah Yang Maha Sempurna, yang menunujukkan suatu gerakan yang pasti menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, pengetahuan, dan nilai-nilai.

Momentum ibadah haji adalah kesempatan manusia mengadukan kepada Allah segala pengalaman hidup dan suka duka, serta memohon tambahan bekal untuk menjalani kehidupan pada masa berikutnya.

Dengan mengenakan pakaian ihram jamaah haji menanggalkan pakaian harian sebagai pejabat, pimpinan, golongan, juragan, dan sebagainya sehingga terwujudlah kesamaan dan kerendah diri di hadapan Allah maupun sesama.

Pakaian ihram yang seragam meniadakan perbedaan kelas dan budaya. Yang kaya dan miskin berkumpul bersama. Pakaian ihram sama demokratisnya dengan kain kafan.

Di bawah talang air dari emas yang menyembul dari atas Ka’bah seseorang berdoa, “Pada hari itu, ketika naungan yang ada hanyalah milik-Mu, bawalah aku dalam lindungan-Mu, Tuhan, dan biarkan aku minum dari palung sang Nabi untuk memuaskan rasa hausku selamanya.”

Padang Arafah, selain tempat berkumpul etnis terbanyak, juga tempat air mata tumpah. Jutaan orang menangis bersamaan karena dosa-dosa yang diperbuat. Semoga Allah mengampuni hamba yang lemah ini. Amin.

Tidak sedikit orang yang mengusap-usapkan sorban dan pecinya agar dapat berkah di mimbar, makam Nabi Saw, dan tempat-tempat yang dimuliakan, baik di Mekah maupun Madinah.

Banyak orang yang mengalami peristiwa istimewa, unik, dan misterius di Tanah Suci yang dapat menambah keimanan akan adanya malaikat Allah yang gaib. Seorang ibu setiap kali melempar jumrah batunya kembali mengenai dahinya.

Labbaik allahumma labbaik...

Labbaika la syarika laka labbaik...

Innal hamda wanni’mata laka wal mulka la syarika laka... (*)

369

Related Post