Meneladani Rasulullah dalam Praktik Bernegara
Jakarta, FNN - Ketua Program Studi Magister Ilmu Al Quran dan Tafsir, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta Dr. Abdul Muid Nawawi MA mengatakan meneladani Rasulullah dalam hal berbangsa dan bernegara adalah akhlaknya.
Abdul Muid mengatakan salah satu akhlak terpuji Nabi Muhammad SAW adalah Al-Amin (dapat dipercaya), yang dibuktikan dengan bagaimana beliau menjaga kesepakatan dan janji bersama.
"Kemuliaan akhlaknya. Dan yang dimaksud dengan kemuliaan akhlak di sini secara spesifik adalah bahwa Rasulullah ini adalah orang yang memegang amanah, bergelar Al-Amin itu tadi, yakni yang dapat dipercaya," kata Abdul Muid di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, dalam konteks bernegara, Nabi Muhammad SAW menerapkan apa yang disebut Piagam Madinah. Piagam Madinah itu merupakan sebuah fakta atau perjanjian yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Madinah dengan segala perbedaan yang ada, seperti perbedaan agama, suku, tradisi, atau perbedaan lainnya yang kemudian itu dirangkul dalam suatu tempat namanya Madinah.
"Misalnya, kita telah sepakat dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), maka menepati janji itu atau menepati kesepakatan itu adalah bagian dari kemuliaan akhlak yang bisa kita teladani, tidak kemudian memaksakan kehendak suatu kelompok baik mayoritas ataupun minoritas untuk dipaksakan. Kalaupun ada perubahan, maka perubahannya tentu lewat kesepakatan juga, bukan lewat pemaksaan," jelasnya seperti yang dirilis BNPT.
Abdul Muid juga mengatakan Pancasila sebagai dasar negara memiliki kemiripan dengan Piagam Madinah yang memiliki fungsi guna mempererat persatuan di atas perbedaan dan melindungi masyarakat Indonesia dari segala ancaman.
"Pancasila itu merangkul seluruh perbedaan yang ada. Perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan ras, perbedaan budaya, semua itu dirangkul oleh Pancasila. Bahkan termasuk juga perbedaan kepentingan politik juga dirangkul dengan Pancasila oleh Persatuan Indonesia," ungkap pria yang juga Anggota Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT perwakilan dari ormas Islam Pengurus Besar Darud Da’wah Wal Irsyad (PB DDI) ini.
Untuk itu, pria yang merupakan Ketua Bidang Literasi PB Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) ini berharap masyarakat bisa meneladani dan mengaktualisasikan semangat dalam membangun dan menjaga NKRI sebagaimana teladan Rasulullah dalam menjaga Madinah, dengan mensyukuri sepenuh hati nikmat besar yang diberikan Allah SWT kepada bangsa ini.
"Kita harus mensyukuri bahwa para pendiri bangsa kita ini adalah orang-orang yang sangat cerdas, terpetunjuk, dan jenius. Menurut saya di mana mereka telah mewariskan kepada kita bangsa ini dengan sangat baik. Tentunya ini adalah warisan yang patut kita syukuri. Dengan merawatnya, dan bagi yang menghianati itu berarti tidak mensyukuri," ujarnya.
Abdul Muid juga menyinggung terkait asumsi yang beranggapan bahwa konsep bernegara yang ada di negeri ini dianggap tidak sesuai dengan apa yang dibangun/digagas oleh Nabi Muhammad SAW, dan mempertentangkan Pancasila. Narasi yang demikian menurutnya bisa dilawan dengan dua cara.
"Pertama, kontra narasi. menarasikan hal-hal yang berbeda dengan mereka, menarasikan persatuan, menarasikan kebersamaan, menarasikan apa pun yang penting bagi negara kita," ucap pria yang juga pernah tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini.
Kedua, dengan membuktikan dan mengaktualisasikan rasa persatuan, bahwa semua umat dan suku yang ada adalah saudara sebangsa setanah air, dengan begitu, rasa aman dan nyaman akan tumbuh di tengah masyarakat, sehingga meminimalisasi ancaman-ancaman yang hendak merusak persatuan dan persaudaraan bangsa.
"Itulah yang dihadirkan oleh Rasulullah SAW, di mana tidak pernah ada non-Muslim atau beda apa pun yang terancam oleh kehadiran Rasulullah," ujar da’i yang sering memberikan pencerahan kepada para napi terorisme dalam menjalankan program deradikalisasi
Terakhir, tidak hanya masyarakat, namun dirinya juga berharap pemerintah mampu meneladani akhlak Rasulullah untuk senantiasa menjaga dan memberi contoh baik bagi rakyat agar terbangun negara yang aman, maju dan sejahtera.
"Harus punya satu hal, mereka harus terpuji, mereka tidak membuat buat katerpujian itu, mereka benar-benar melakukan hal-hal yang diinginkan oleh rakyat sehingga rakyat benar-benar merasa kehadirannya benar-benar bermanfaat bagi seluruh rakyat," tutur Abdul Muid.(Sof/ANTARA)