Meski Sudah Di-take Over, Tidak Bisa Dipastikan bahwa Jokowi Sudah Aman Dengan Prabowo
Jakarta, FNN – Bacapres sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengumumkan nama baru koalisinya. Koalisi yang semula bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju. “Indonesia Maju” adalah nama kabinet pemerintahan Joko Widodo periode 2019–2024. Nama koalisi itu terpilih karena Prabowo, bacapres Gerindra berkeinginan melanjutkan kepemimpinan Presiden Jokowi.
Menanggapi penguman nama baru koalisi tersebut, Rocky Gerung dalam kanal You Tubenya, Rocky Gerung Official edisi Selasa (29/8/23) mengatakan, “Jadi, kelihatannya Prabowo ambil judul lagu ABBA, The Winner Takes All. Prabowo tentu sudah berhitung bahwa dia pasti akan dicerca lagi. Tetapi, bagi Prabowo, jalan ke arah kemenangan itu unstopable.”
Jadi, lanjut Rocky, Prabowo mengambil saja, bukan sekadar risiko, tapi juga kalkulasi bahwa kalau dia membuat KIM, itu artinya di ujungnya orang tahu bahwa dia akan melanjutkan Jokowi. Jokowi juga tidak punya alasan untuk menolak karena memang dari awal Jokowi mewariskan itu. Dalam satu peristiwa Jokowi bahkan menunjuk bahwa presiden berikutnya adalah Prabowo Subianto. Itu juga adalah semacam gentleman agreement. Tidak mungkin Prabowo berbohong.
Menurut Rocky, masalahnya sekarang adalah memastikan bahwa koalisi Prabowo itu akhirnya terbentuk, yaitu Koalisi Indonesia Maju (KIM). Orang tinggal menghitung siapa yang direstui jadi wakil presiden di dalam koalisi itu, karena itu memang restu kedua. Tidak mungkin Prabowo milih sendiri atau memang Prabowo ingin milih sendiri, tetapi dengan basa-basi direstui oleh Jokowi.
“Jadi, kimia itu sudah terbentuk. Tinggal unsur-unsur dasarnya yang mesti dipastikan bahwa barang ini harus menjadi kimia yang bagus, bukan alkali tanah. Tetapi, ini semacam helium, supaya terlihat mulia. Jadi, kira-kira itu pikiran Prabowo,” ujar Rocky dalam diskusi bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.
Rocky juga mengatakan dari awal sudah dipastikan bahwa bersama dengan Jokowi itu lebih fair dan tentu Jokowi merasa ada rasa aman pada dia. Walaupun rasa aman itu juga masih relatif karena Jokowi masih nunggu Gibran. Kalau Gibran ditaruh ke Prabowo maka sempurna rasa amannya itu.
Akan tetapi, menurut Rocky, memang menggelisahkan KIM ini, karena partai-partai PAN dan lainnya masih berupaya untuk nego kecil-kecilanlah, walaupun sebetulnya arah ke depan sudah terbaca bahwa Prabowo akan bersama dengan Gibran itu lebih jelas. Kalau bukan Gibran siapa, baru ada kecemasan lain. Jadi, sebetulnya partai-partai pendukung, PKB terutama, dan PAN atau Golkar itu merasa bahwa kepastian itu sudah terbentuk sehingga mereka tinggal berharap kabinetnya di situ.
“Itu saya kira pentingnya kita membaca politik hari ini dari sudut kepentingan Jokowi, walaupun kita tahu juga bisa berantakan di kemudian hari karena apa yang diputuskan hari ini sebelum pemilu bisa berbeda dengan apa yang diputuskan setelah Pemilu ketika Prabowo jadi presiden. Tapi, oke, kita sebut saja sebagai judul lagu baru, Que Sera Sera, Whatever Will Be, Will Be,” ungkap Rocky.
Prabowo pasti sangat tahu bahwa secara politis persepsi publik itu penting koalisi besar, walaupun beliau pasti tahu bahwa tidak semua konstituen partai-partai koalisinya seperti akan memilih dia. Yang paling penting buat Prabowo adalah Jokowi, yang akan dia take over sepenuhnya.
Memang, menurut Rocky, sebetulnya diam-diam Jokowi ingin ada duel dua pasangan saja dan langsung selesai. Jadi, Jokowi tetap menunggu hasil. Tetapi, yang menjadi masalah jika, misalnya, akhirnya Jokowi mengerti bahwa yang bisa mengamankan dia nanti adalah PDIP, karena PDIP yang sebetulnya lebih dekat dengan keperluan Jokowi, yaitu Gibran, akhirnya disorongkan ke Ganjar.
“Nah, itu kelabakan Jokowi. Dan ini bisa saja terjadi. Jokowi tetap menganggap bahwa keamanan ke depan dia itu musti dari kalangan yang dekat dengan dia. Bagaimana kalau Prabowo menang tapi kemudian diganggu oleh PDIP, misalnya. Kan PDIP masih berpotensi menguasai parlemen. Bisa berantakan lagi pikiran saudara Jokowi sebagai mantan pada waktunya,” ujar Rocky.
Jadi, kata Rocky, kalau Gibran ditaruh di PDIP itu aman, karena nanti walaupun presidennya adalah Ganjar, tapi dia bisa kendalikan lewat Gibran.
“Nah, itu juga akan menjadi kalkulasi. Nah itu juga yang saya kira menyebabkan akhirnya Prabowo maksimalkan aja callnya itu bahwa winner takes all atau take over segala hal yang menyangkut kepentingan Jokowi,” ujar Rocky.
“Jadi, sebetulnya persaingan ini untuk meminta perhatian Jokowi, sementara Jokowi sebetulnya perhatiannya terpecah atau terbagi juga. Jadi, sampai saat ini kita tidak boleh pastikan bahwa Jokowi sudah aman dengan Prabowo,” ungkap Rocky. (sof)