Migran Armenia, dan Syarat Presiden 'Orang Indonesia Asli'

Oleh Ridwan Saidi *)

Letak geografi Armenia strategis. Armenia jalan masuk, vice versa, Eropa-Asia. Tetangga dekatnya di sebelah barat adalah Turki dan di timur, Azerbaijan. Tidak mengherankan dari segi bahasa banyak persamaan kosa kata dengan Turki dan Azerbaijan, juga dengan bahasa yang dipakai bangsa-bangsa Asia Minor seperti Uzbekistan, dan provinsinya sekarang Samarkand.

Armenia pada abad III/IV M menjadi kekaisaran dan negara Katolik pertama di dunia. Justru bukan Romawi.

Armenia pada era mutakhir justru terkenal via artis cat walk Kim Kardashian.

Berdasar litho Majakatera, abad XVII orang Armenia sudah di Andunisi. Tapi 2 tahun lalu seorang pakar Amerika yang diundang sebuah universitas di Sumatera berkata abad XVI M orang Armen kesini.

Pakar ini berhadir untuk menyanggah pendapat saya bahwa prasasti Kedukan Bukit dan Koto Kapur berbahasa Armen dan bukan Sanskerta . Kedua prasasti ini persis seabad dijadikan alat bukti keberadaan Sriwijaya. Sedangkan kedua prasasti, yang diclaim dari abad VII, itu prasasti orang Asia Minor tentang weltaanschuwung, pandangan dunia, dan ajaran moral. Bukan tentang power system seprti dikhayalkan mereka selama ini.

Banyak kita jumpa pria Indonesia bernama Armen. Ini indikasi bahwa orang Armenia dapat hidup serasi dengan native.

Pada November 1945 di Surabaya orang2 Armenia berpawai dukung proklamasi kemerdekaan RI.

Pada abad XX orang asal Armenia lebih suka sebut dirinya Eurosia. Mungkin saja ini terkait dengan hirarchi kelas kewargaan di Indonesia yang diatur kolonial.

1. Europeaner en Hollander

2 Veemde Oostelingen: Chinezen, Arabieren, Yapan.

3. Inlander

Orang Indinesia asli disebut warga kelas 3 atau kelas Kambing. Tidak dirinci kambing bandot atau kambing kacang.

Akhirnya saya paham mengapa founding fathers mencantum syarat 'orang Indonesia asli' untuk seorang calon Presiden.

Tinggalan bersejarah orang Armen adalah sebuah gereja Katolik (photo atas). Pada tahun 1800 gereja ini dijual katena jemaat tinggal 40. Tak jelas lagi riwayatnya setelah itu. Sekarang bangunan gereja itu merupakan bagian dari kompleks Gedung Bank Indonesia di Jalan Thamrin-Kebon Siri & Budi Kemuliaan.

*) Budayawan

246

Related Post