Miris, Nasib Atlet di Bawah Luhut, Peraih Emas Tidak Dibiayai, bahkan, Pijit Saja Nggak Ada
Jakarta, FNN - Pelari Indonesia Odekta Elvina Naibaho akhirnya memenangi nomor lari maraton putri SEA Games Vietnam 2021 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Kamis (19/5). Odekta berhasil merebut medali emas setelah menempuh jarak sejauh 42 kilometer dan finis pertama dengan catatan waktu 2 jam 55 menit 27 detik.
Yang memiriskan ternyata Odekta tidak dibiayai oleh PB Pasi yang diketuaai Luhut Binsar Pandjaitan. Ia membiayai sendiri semua keperluan selama SEA Games berlangsung.
Menanggapi hal itu pengamat politik Rocky Gerung menegaskan bahwa negara mengeksploitas atlet untuk kebanggaan semu.
"Ini kita balik lagi dengan soal yang lama, ini soal usang tentang yang disebut kebanggaan semu. Sebetulnya kita sudah mengeksploitasi atlet. Kalau dia menang kita perhatikan, tapi sebetulnya setelah itu dia dilupakan," katanya kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu, 21 Mei 2022.
Hal-hal begini kata Rocky yang membuat negera tidak mampu untuk menghargai, bahkan seseorang yang betul-betul sering disebut pahlawan bangsa.
"Kepahlawanan itu tidak dikaitkan dengan proses pembentukan prestasi dia, apalagi kalau hanya sekadar karena pelit anggaran tidak bisa membiayai atlet-atlet kita," paparnya.
Menurut Rocky, protes yang dilakukan oleh Odekta, sebetulnya sekadar ingin memberitahu bahwa olahraga itu tidak menjadi masalah penting bagi pemerintah ini.
"Olahraga sebenarnya jauh di bawah urusan, atau diletakkan sebagai bagian yang sekadar penting untuk selebrasi, bukan sesuatu yang harus diolah dengan nutrisi, dengan anggaran yang ketat, dengan sistem pelatihan yang betul-betul bermutu," tegasnya.
Menurut Rocky orang terpaksa melihat Pak Luhut sebagai orang yang serba bisa.
"Fokus Pak Luhut itu pada olah raga sebetulnya, tapi karena dia ingin dapat jabatan atau pegang jabatan maka seolah-olah kaitannya akan terjadi kalau Pak Luhut sukses di bidang industri ekstraktif, pasti akan sukses di bidang olahraga. Dua hal yang berbeda itu," katanya.
Fokus semacam ini kata Rocky yang kita minta perhatian dari negara bahwa ini bangsa dengan kapasitas potensi untuk melahirkan banyak atlet itu ada di atas rata-rata ASEAN, tapi kenapa kita dapat medalinya jauh di bawah perolehan tetangga-tetangga kita di ASEAN.
"Itu jadi fokus yang tidak fokus karena ingin dapat dan selalu menunggu ada victory lap nanti dia yang kalungin kalau pulang ke Indonesia disambut di bandara dan segala macam," sindirnya.
Beberapa tokoh publik kata Rocky sebetulnya mampu melakukan itu, tetapi kalau dia langsung dikaitkan dengan kebanggaan semu lalu dilupakan, itu menghina atlet sebetulnya.
"Jadi tiba-tiba dia hilang lagi dari percakapan, nanti ada friksi sedikit di organisasi lalu dia tersingkir. Soal semacam ini yang harusnya diurai karena ini bahan yang sudah lama berlangsung di negeri ini, setiap kali ada organisasi yang pecah itu di dalamnya pasti ada faksionalisme yang dasarnya bukan keolahragaan. Soal beginian, kecemburuan di kalangan atlet, itu juga jadi dasar kenapa prestasi kita mundur terus," pungkasnya. (Ida, sws)