Perdagangan Bilateral Indonesia-Bangladesh Meningkat Tajam pada 2021

Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Mohammad Mostafizur Rahman (pertama kiri) berjabat tangan dengan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Abdul Kadir Jailani (kedua kiri) pada perayaan 50 tahun relasi bilateral Indonesia-Bangladesh di Jakarta, Selasa (21/6) malam.(Sumber: ANTARA)

Jakarta, FNN - Volume perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh meningkat pesat selama satu tahun fiskal terakhir, di tengah peringatan 50 tahun relasi bilateral keduanya yang jatuh pada 2022 ini.

Menurut data Kementerian Luar Negeri, volume perdagangan bilateral kedua negara tercatat sebesar 3,03 miliar dolar AS ( Rp 44,9 triliun) pada 2021, jauh di atas angka pada 2020 sebesar 1,76 miliar dolar AS.

Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Mohammad Mostafizur Rahman, pada malam perayaan 50 tahun hubungan bilateral Indonesia-Bangladesh di Jakarta, Selasa (21/6) malam, memaparkan sejumlah pencapaian kerja sama kedua negara.

"Perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh tengah mengalami nilai pertumbuhan hampir 50 persen sejak tahun fiskal terakhir di 2021. Dan diharapkan perdagangan kedua negara akan terus melesat, dan keduanya pun mendapat manfaat dari sumber daya masing-masing," kata Dubes Rahman.

Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Abdul Kadir Jailani, yang juga hadir dalam acara tersebut, menguatkan pernyataan Dubes Bangladesh mengenai penguatan kerja sama antara Indonesia dan Bangladesh.

Menurut Jailani, kedua negara adalah pasar yang besar dengan jumlah lebih dari 400 juta orang secara total, dengan mayoritas merupakan penduduk Muslim. Kondisi ini didukung oleh kapasitas produksi yang tinggi dalam sektor industri.

"Untuk memperluas cakupan kerja sama ekonomi, tentu saja kita harus melangkah menuju kesempatan yang tersedia di berbagai sektor potensial, seperti energi, industri halal, telekomunikasi dan informasi, serta peralatan militer," kata Jailani.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa Indonesia dan Bangladesh tengah menyusun Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) untuk meningkatkan volume perdagangan, dan diharapkan kedua negara akan segera mengesahkannya.

"Karena saya yakin bahwa pertumbuhan pada perdagangan akan disusul dengan pertumbuhan di sektor lainnya, termasuk investasi," ujar Jailani. (Sof/ANTARA)

293

Related Post