Pikiran Positif Anies, dan Kekhawatiran Dahlan Iskan Tuai Kebenaran
Oleh Ady Amar *)
Pupus sudah rencana 3 klub raksasa Spanyol U-18: Barcelona, Real Madrid dan Ataletico Madrid, yang akan bereksibisi dengan Indonesia All Star. Rencana sudah disusun rapi, tapi secara mendadak dibatalkan. Izin tidak keluar. Lagi-lagi pandemi Covid-19 jadi alasan.
Kalau sudah begitu mau apa lagi, padahal eksibisi, bagian dari soft opening Jakarta International Stadium (JIS). Stadion baru yang dari A-Z dibangun dengan standar FIFA, yang bisa jadi kebanggaan tidak saja warga DKI Jakarta tapi Indonesia.
Gede Widade, Chairman Pancoran Soccer Field, pihak penyelenggara memberitakan, "Kami baru menerima pembatalan ini secara mendadak mendekati tanggal penyelenggaraan."
Jangan diperbandingkan mengapa World Super Bike (WSB) Mandalika, Lombok-NTB, 19-21 November, bisa dapat izin penyelenggaraannya. Padahal hanya berjarak sekitar sebulan dari perhelatan di JIS itu. Apa karena saat itu virus menakutkan bisa dicermati sedang cuti, yang berbagi tugas agar WSB bisa berlangsung sukses. Pastilah tidak demikian, tapi lebih pada pandemi yang cenderung melandai.
Karena itu, Daihatsu Indonesia Masters (16-21 November), SimInvest Indonesia Open (23-28 November) dan lanjut HSBC BWF World Tour Finals 2021 (1-5 Desember). Semua pertandingan bulu tangkis itu bisa dihelat di Bali, pun berjalan lancar. Memang sih tidak dihadiri penonton. Tidak persis tahu, apa juga ditawarkan perhelatan di Jakarta boleh terlaksana jika tanpa dihadiri penonton, setidaknya itu bisa jadi opsi jalan tengah.
Banyak yang memprediksi sejak jauh hari, bahwa izin penyelenggaraan tidak akan diberikan. Dan pastilah Pandemi Covid-19 akan jadi pihak yang disalahkan. Disebutkan adanya potensi Covid-19 varian baru, meski tanda-tanda itu belum juga tampak. Itu bisa tampak dimana RS-RS rujukan dan Wisma Atlet Jakarta yang sudah hampir tidak berpenghuni. Atau setidaknya hanya jumlah kecil saja tambahan pasien dengan gejala Covid-19 di sana.
Tampak DKI Jakarta sepertinya dipaksa untuk tetap dalam bahaya Covid-19, dan karenanya event eksibisi itu harus dibatalkan. Padahal perhelatan itu akan jadi kebanggaan, bukan hanya warga Jakarta, tapi juga seluruh negeri akan larut dalam kegembiraan menyaksikan tampilan tim klub dunia.
Saat membatalkan apakah berpikir bagaimana dengan panitia yang punya komitmen dengan 3 klub yang diundang itu. Bagaimana dengan biaya dan akomodasi yang sudah dibayarkan, jika itu sudah dibayarkan, dan seterusnya. Membatalkan itu hal mudah, apalagi jika tidak biasa berpikir tentang kesulitan pihak penyelenggara.
Prediksi Dahlan Iskan
Saat Anies Baswedan tampil di Podcast DISWAY Dahlan Iskan (DI), ada pertanyaan menarik darinya. Itu berkenaan dengan perhelatan eksibisi itu. Muncul kekhawatiran dari DI, bahwa pertandingan itu tidak akan berlangsung. Saat itu DI memotong pembicaraan, saat Anies menerangkan bahwa akan berlangsung pertandingan eksibisi di JIS sebagai soft opening dengan mendatangkan klub raksasa Spanyol.
Pak DI mengkhawatirkan eksibisi itu tidak akan mendapatkan izin, dan itu karena ada Anies Baswedan di sana. Dan Anies menjawab dengan yakinnya, "Mudah-mudahan tidak..."
Pikiran positif Anies itu ternyata kalah dengan "kekhawatiran" DI. Dalam bahasa agama, seolah husnudzon Anies dikalahkan su'udzon DI. Tentu su'udzonnya itu punya pertimbangan tidak berdiri sendiri, tidak asal berprasangka buruk. Ada parameter munculnya su'udzon, dan itu lebih pada kecenderungan karya Anies Baswedan yang sebisa mungkin dikecilkan, atau dibuat tidak tampak. Dan itu dengan segala cara.
Mari kita cermati dialog itu, dan itu ada pada menit 14.47:
"Saya pantas gak, saya khawatir bahwa pertandingan bulan depan itu tidak akan dapat ijin. Pantas ga saya berpikir jangan-jangan ga dapat ijin," ujar DI.
Anies menjawab, "Mudah-mudahan kalau situasinya terkendali seperti sekarang... (belum selesai Anies menjawab tuntas), Pak DI memotong, "Bukan karena covid, tapi ini soal karena ada nama Pak Anies Baswedan di sana." Sambil tertawa Anies menjawab, "Mudah-mudahan tidak..."
Prediksi pada apapun, itu dimungkinkan, dan itu muncul oleh kecenderungan yang ada. Dan prediksi DI, itu tidak berdiri sendiri. Itu lah yang memunculkan kekhawatiran, bahwa eksibisi itu tidak akan dapat izin. Dan itu karena ada Anies Baswedan di sana.
Karena ada Anies di sana, memunculkan kesan diskriminatif, itu berkenaan dengan izin penyelenggaraan di tanah air. Yang WSB dan lainnya mendapat izin, sedang yang eksibisi Indonesia All Star dengan 3 klub raksasa Spanyol tidak mendapat izin. Semua lantas menjadi faham, bahwa pandemi jadi alat politik untuk memberi dan tidak memberi izin. Dan itu terlihat lebih pada suka-sukanya.
Tapi setidaknya kekhawatiran DI, bahwa ada Anies Baswedan di sana dan karenanya izin tidak didapat, itu menjadi benar adanya. Namun salah besar jika laku diskriminatif itu mampu menghentikan langkah Anies Baswedan.
Memang tampak dipermukaan, bahwa Anies menjadi pihak yang dirugikan, itu jika melihatnya sesaat-sepintas. Jika melihatnya lebih jauh lagi, maka Anies justru jadi pihak yang diuntungkan, setidaknya mampu merebut hati masyarakat luas. Pada saatnya Anies akan mengunduhnya. (*)
*) Kolumnis