Preman Bubarkan Diskusi, Tragis dan Memalukan

Oleh Sutoyo Abadi | Kordinator Kajian Politik Merah Putih 

KEJADIAN pembubaran secara paksa
Silaturahmi Kebangsaan Diaspora bersama Tokoh dan Aktivis Nasional
 yang di selenggarakan oleh Forum Tanah Air (FTA) di kawasan Kemang. Mampang Prapatan Jakarta Selatan, adalah menjadi tanggung jawab FTA.

Kejadian tragis dan memalukan tetapi masalahnya juga sederhana kita tidak pernah dilatih dan dipersiapkan untuk damai dan kita sama sekali tidak di persiapkan menghadapi keadaan yang penuh konflik. 

Yang terjadi negara kita memang bukan gambaran cita cita damai, kerjasama, saling menghormati yang mustahil serta membingungkan , melainkan pengetahuan praktis cara menangani konflik yang setiap hari terjadi dan harus dihadapi.

Pengetahuan ini bukanlah cara tentang apa yang kita inginkan  melainkan akan lebih rasional dalam menangani konflik jangan ada kekerasan dan saling memaksakan kehendaknya

Peristiwa pembubaran diskusi yang dilaksanakan oleh Forum Tanah Air (FTA) di kawasan Kemang. Mampang Prapatan Jakarta Selatan, 28 September 2024 dengan  kekerasan adalah perbuatan  licik, manipulatif, barbar, pemaksaan kehendak dengan cara kekerasan.

Hanya situasinya menjadi sangat aneh karena sama sekali tidak ada persiapan antisipasi pengamanan. Terkesan justru adanya ketakutan  untuk menghentikan sikap anarkis, arogan  pengrusakan, pemaksaan menghentikan diskusi yang terjadi dengan bebas, leluasa tanpa kendala dan hambatan.

Tidak ada perlawanan sama sekali karena alasan yang sedang berdiskusi para tokoh intelektual dan yang datang membubarkan diskusi adalah preman mungkin di ilusikan makhluk yang menakutkan, garang dan sadis dan tidak boleh dilawan.

Lebih aneh lagi setelah pengrusakan dan diskusi berhasil di bubarkan anak anak bayaran hanya terjadi keributan kecil, mereka  meninggalkan tempatnya tampak sangat bersahabat dengan aparat keamanan, 

Kejadian ini tidak terlalu spektakuler hanya tragis, memalukan dan memberikan stigma buruk akan terjadi lagi setiap pertemuan tokoh intelektual akan di bubarkan toh tidak akan ada perlawanan.

Jadi, alasan tidak ada perlawanan karena adanya ketakutan menjadi  ilusi membela diri:

- karena  peserta diskusi memiliki label tokoh dan intelektual maka tidak layak membela diri atau melakukan perlawanan.
- karena yang datang adalah para preman atau Orang Tak Dikenal (OTK) makhluk sakral tidak boleh di lawan
- karena itu tugas polisi, termasuk polisi boleh kerjasama dan membiarkan mereka beraksi dengan brutal 

Termonitor manusia deming di media sosial bahwa kehadiran Prof Din Syamsuddin tokoh Koalisi  Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dijadikan  alasan pembubaran kegiatan diskusi diframing sebagai salah satu inisiator kegiatan tersebut. yang berpotensi akan merusak Indonesia

Kejadian tragis dan memalukan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Forum Tanah Air (FTA). Baik kerjasama dengan kepolisian atau dengan kekuatan lainnya harus bisa menyingkap aktor di belakang kejadian tersebut. (*)

521

Related Post