Presiden Bebek Lumpuh

Presiden Joko Widodo.

Pemimpin boneka politik, selalu bermain watak, seperti pelawak bisa ketawa, sekalipun situasinya sedang gawat. Ini biasa terjadi. Inilah yang oleh Goffman disebut dengan dramaturgi.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

SAAT Joko Widodo bertarung pada Pilpres 2019, Amien Rais sudah menyebut Jokowi bakal menjadi “Presiden Bebek Lumpuh”.

Begitu pula Ketum Prodem Iwan Sumule bahwa Jokowi seperti bebek lumpuh (saat berbincang mengenai aksi dari mahasiswa yang salah satu tuntutannya adalah menolak perpanjangan masa jabatan presiden). Ucapannya tak diikuti dan didengar lagi oleh rakyatnya.

Rizal Ramli bilang, Jokowi Lame Duck (bebek lumpuh) omongannya sudah tidak dianggap/tidak berwibawa, perintahnya tidak dilaksanakan. Kenapa masih 2 tahun, Jokowi sudah jadi lame duck. Hal itu disampaikan ekonom senior Rizal Ramli saat mengomentari kebijakan Jokowi untuk melarang ekspor CPO dan minyak goreng.

Persoalan Freeport juga menjadi sorotan, Jokowi tak bisa berbuat lain kepada Freeport, kecuali berkompromi dengan kemauan Freeport. Bisa dikatakan di hadapan Freeport, Pemerintah RI menjadi laksana bebek lumpuh.

Rocky Gerung mengatakan, istilah lame duck ini ia simpulkan setelah melihat beberapa survei yang menyebut bahwa legitimasi Presiden Jokowi sudah di bawah 50 persen. “Yang bilang lame duck itu saya berdasarkan hasil analisis survei  yang menyebut bahwa legitimasi Presiden Jokowi di bawah 50 persen,” ujarnya.

Tudingan Presiden seperti bebek lumpuh akhirnya terdengar oleh Jokowi juga. Disampaikan Presiden dalam sesi wawancara di Istana Merdeka, Jakarta, yang ditayangkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Selasa 29 Juli 2021.

“Ya, itu kan sudah sejak lama, ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer,  ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter. Kemudian ada juga yang ngomong saya ini 'bebek lumpuh' dan baru-baru ini, saya ini bapak bipang, dan terakhir ada yang menyampaikan the king of lip service,” ujar Jokowi

Kepercayaan merupakan hal yang paling utama harus dimiliki sebagai orang yang berasal dari Solo semestinya paham dalam filosofi Jawa. Bahwa setiap mereka yang akan menjadi pemimpin, wajib hukumnya untuk mendapatkan kepercayaan penuh dari rakyat, bukan sebaliknya.

Solusi mengatasi tudingan sebagai Bebek Lumpuh, ada pada diri Presiden Jokowi sendiri. Stop jadi jongos ekonomi dan politik Oligarki. Jangan terus mengucapkan beda antara ucapan dan realitasnya.

Solitudinem faciunt pacem appellant (mereka menciptakan kehancuran dan menyebutnya perdamaian).

Hentikan cara dan pola hidupnya hanya bisa melakukan tebar pesona dan pencitraan saja. Menempel pada dirinya bukan hanya stigma sebagai bebek lumpuh tetapi juga sebagai pemimpin boneka, yang seringkali diasosiasikan dalam pemimpin yang ucapan, peran, dan sikapnya dikendalikan orang lain. Saat manggung, dikendalikan peran panggungnya oleh sutradara.

Pemimpin boneka politik, selalu bermain watak, seperti pelawak bisa ketawa, sekalipun situasinya sedang gawat. Ini biasa terjadi. Inilah yang oleh Goffman disebut dengan dramaturgi.

Pageblug makin parah akibat: The wrong man in the wrong place with the wrong idea and idealism (Orang yang salah di tempat yang salah dengan ide dan cita-cita yang salah). (*)

314

Related Post