Pro-Kontra Bacawapres Cak Imin, Akankah Demokrat Cabut Tuduhan
Catatan Muhammad Chirzin - Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta
PANGGUNG politik nasional bergoyang dengan pernyataan resmi Partai Demokrat bahwa Surya Paloh dan Anies Baswedan telah berkhianat. Surya Paloh dituduh telah mengajukan Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden Anies Baswedan, sedangkan Anies Baswedan dituduh telah menerima Cak Imin sebagai bakal cawapres yang diajukan oleh Surya Paloh, tanpa melibatkan kedua parpol anggota koalisi lainnya. Faktanya, Surya Paloh sebatas mengajukan Cak Imin sebagai bakal calon wapres pasangan Anies, dan Anies pun menerima Cak Imin sebagai bakal calon wapresnya, tetapi belum menetapkan demikian.
Mengacu pada kesepakatan koalisi tiga partai, bahwa keputusan siapa cawapres sepenuhnya di tangan Anies Baswedan.
Dengan mempermasalahkan langkah Surya Paloh sebagai Ketua Partai Nasdem sekaligus menyalahkan Anies, tampak bahwa Partai Demokrat bergabung dalam koalisi tiga partai dengan membawa syarat, yakni AHY sebagai Cawapres. Bila tidak demikian Partai Demokrat akan keluar dari koalisi.
Diketahui bahwa di samping berkoalisi dengan Nasdem dan PKS, Demokrat telah melakukan pendekatan pada PDIP dengan proposal AHY sebagai cawapres Puan atau Ganjar. Kala itu Nasdem maupun PKS baik-baik saja. Mengapa ketika Anies menerima Cak Imin atas usulan Surya Paloh Demokrat jadi murka, padahal Anies belum memutuskannya, dan beberapa hari sebelumnya Anies telah bersurat dengan tulisan tangan meminta kesediaan AHY untuk menjadi cawapresnya?
Syahganda Nainggolan sebagai pendukung Anies Baswedan terang-terangan menyatakan bahwa Surya Paloh dan Anies Baswedan bukan pengkhianat.
Sebagian pengamat menilai langkah Surya Paloh mengajukan Cak Imin sebagai bakal cawapres Anies adalah langkah jitu strategi pemenangan capres Anies Baswedan.
Bergabungnya Cak Imin beserta PKB ke koalisi Nasdem, PKS, dan Demokrat akan sangat menyedot dukungan kepada Prabowo maupun Ganjar. Di sisi lain, jika Demokrat hengkang dari koalisi bersama Nasdem dan PKS, kemungkinan besar akan mengalami degradasi nilai jual dan nilai tawar pada partai-partai lainnya. Sebagai pendatang baru hampir tidak mungkin AHY dipinang sebagai Cawapres koalisi lain. Jikalau Demokrat bergabung dengan koalisi Gerindra, harapan untuk memperoleh kursi menteri pun menjadi relatif sedikit. Dan tampaknya Demokrat tidak bakal berkoalisi dengan PDIP karena jejak-jejak kesejarahannya.
Akankah Demokrat mencabut tuduhannya kepada Nasdem dan Anies Baswedan?
Jika Anies Baswedan benar-benar memilih Cak Imin sebagai cawapresnya, ada pihak-pihak yang khawatir, sekurang-kurangnya dari dua sisi.
Pertama, bahwa Cak Imin dinilai tidak memenuhi kriteria cawapres yang mumpuni untuk mewujudkan gagasan besar Anies Baswedan, dan kedua, Cak Imin dinilai tidak memenuhi kriteria cawapres yang nol masalah. Terbukti, begitu nama Cak Imin dipromosikan, pihak KPK buru-buru membuat pernyataan akan mengundang Cak Imin ke kantornya. Dikhawatirkan, begitu Anies Baswedan didaftarkan berpasangan dengan Cak Imin, roda penjegalan Cak Imin diputar sedemikian rupa, hingga Anies Baswedan batal menjadi Capres 2024. Inikah yang harus ditanggung oleh Nasdem dengan segala pengorbanan yang telah dicurahkannya? Siapa sebenarnya yang cawe-cawe dalam perhelatan pilpres 2024? (*)