Rocky Gerung: Mandalika Kembali Merana
Jakarta, FNN – Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung sempat melewati Mandalika saat berkunjung ke puncak Gunung Rinjani, NTB, minggu lalu. Ia coba melihat kondisi sekitar Mandalika setelah menjadi perhatian dunia pasca diadakan lomba balap sepeda motor tingkat internasional dalam tajuk Mandalika MotoGP 2022.
“Itu betul-betul realitas yang menunjukkan bahwa masyarakat itu rata betul-betul menderita semua. Sampai ke basis hidupnya. Saya kemarin di Lombok itu juga ketemu, sampai di airport masih bicara dengan banyak orang dan menganggap bahwa istana itu cuma ingin pamerkan Mandalika. Setelah selesai ya habis pendapatan masyarakat di situ,” katanya kepada wartawan FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 04 April 2022.
Rocky menegaskan bahwa momen perhelatan Mandalika MotoGP 2022 hanya dipakai untuk pamer dan pencitraan di tingkat internasional yang tak ada dampaknya bagi masyarakat bawah.
Jadi, Mandalika itu tempat di mana publik internasional datang, hanya untuk dipamerkan ke dunia dalam satu minggu.
“Setelah satu minggu kosong, Lombok dan airport-nya kembali sepi. Sehingga pendapatan rakyat di situ kembali lesu dan restoran juga sepi kembali,” paparnya.
Masyarakat Lombok tidak diberi penyadaran bahwa momen itu hanya berlangsung satu minggu, selebihnya kembali ke sedia kala, “Jadi enggak ada semacam upaya untuk mengerti bahwa Lombok hanya dipamerkan sebagai Monumen satu minggu seolah-olah itu prestasi Presiden Jokowi, setelah itu ada yang terkapar. Setelah publik internasional dan masyarakat Indonesia keluar dari Lombok, mereka miskin lagi, karena nggak mungkin ada MotoGP setiap hari di situ,” katanya.
Rocky menyamakan cara berpikir Jokowi tentang Mandalika dengan para nelayan yang kesulitan mendapatkan solar, di mana ujung-ujungnya terjadi kesulitan juga. “Dulu Presiden Jokowi bilang, kita bikin mekanisasi nelayan. Mereka dikasih mesin, dikasih subsidi bahan bakar. Iya, tapi solarnya sekarang mahal,” tegasnya.
Di mata Rocky, Jokowi tidak mampu berpikir secara komprehensif mengatasi masalah. “Jadi enggak ada satu paket berpikir yang utuh dan itu yang kita sebut selalu kegagalan Presiden Jokowi adalah memaksa orang untuk kerja kerja kerja, sementara beliau sendiri enggak punya konsep-konsep. Akhirnya berantakan,” paparnya.
Lebih lucu lagi ada himbauan dari pemerintah supaya masyarakat menengah ke atas itu jangan konsumsi BBM yang disubsidi. “Tapi ini kan ekonomi, nggak bisa diatur dengan regulasi, apalagi himbauan. Jadi tetap ini kepanikan pemerintah terbaca dari kemampuan Pertamina buat beli minyak sudah tidak ada, sehingga tidak bisa diolah lagi minyak yang diimpor. Ini masalahnya,” paparnya.
Rocky berandai-andai, kalau Pertamina bisa meminta utang pemerintah yang sekian ratus triliun itu, dibayar di pemerintah, terpaksa masih ambil risiko membatalkan IKN dan membatalkan banyak hal.
“Tapi setiap konsep selalu ada track off, ada tukar tambah. Pemerintah tidak mau ide-ide besar megalomania itu dihentikan. Yang dia pilih adalah menyengsarakan rakyat,” paparnya.
Melihat kebijakan publik yang ada, Rocky menyarankan mustinya ada spending berlebih agar supaya ekonomi rakyat dihidupkan, tapi memang APBN kosong, jadi bukannya dia spend untuk menghidupkan gotong-royong rakyat atau padat karya, justru dia kenakan pajak pada rakyat yang justru beli minyak goreng saja sudah tidak bisa. Jadi seluruh rantai ekonomi itu akhirnya dirusak sendiri oleh kebijakan yang ambisius.
Bagi Rocky mudah saja mengatasi problem bangsa. “Sebetulnya satu kalimat saja dari ibu Sri Mulyani, saya sudah tidak sanggup dan saya mau berhenti. Atau Pak Jokowi bilang IKN kami tunda. Selesai persoalan,” terangnya.
Mirisnya, kata Rocky, dua-duanya nggak mungkin dilakukan karena terjangkit megalomania. “Lalu bikin kalkulasi bahwa nanti bisa diselesaikan di MPR, kami sogok MPR, setelah itu nanti periode ketiga baru kita benahi kesejahteraan rakyat. Padahal rakyat tahu dari awal bahwa presiden ini tidak punya konsep. Ini semuanya terjadi karena presiden tidak punya konsep,” terangnya.
Menurut Rocky semua orang sudah tahu ini sudah tiga bulan ini perang Ukraina vs Rusia. Apa jalan keluar untuk Indonesia? Nggak bisa. Indonesia malah memilih untuk bikin mercusuar.
Kehancuran kita mulai dari keadaan ekonomi dan sangat betul bahwa semua orang menganggap 2024 ada tokoh-tokoh baru, ada Andhika, ada macam-macam itu.
“Ya sudah kita berharap begitu, tetapi ekonomi akan mendikte bahwa itu nggak nyampe 2024. Ini harusnya sidang MPR dan Bambang Soesatyo sudah nggak usah mikir-mikir tentang PPHN dan segala macam. Mulailah berpikir kalau terjadi crash dalam satu semester ini apa yang akan dilakukan rakyat. Demikian juga partai-partai politik harus bersiap,” pungkasnya. (ida, sws)