Rocky Gerung: Semua Kebusukan Pemerintah Akhirnya Terbongkar dengan Sendirinya

Jokowi dan Rocky Gerung (diolah)

Jakarta, FNN – Menko Polhukam Mahfud MD mengeluhkan korupsi yang saat ini sudah merajalela dan dilakukan oleh semua pihak seperti legislatif, yudikatif, eksekutif dan pengusaha. Menurutnya situasi ini membutuhkan pemimpin yang kuat. Mahfud mengingatkan, jika kondisi ini terjadi di Amerika Latin, maka bisa dilakukan melalui kudeta. "Strong leader dibutuhkan agar negara tidak runtuh," ujar Mahfud.

Menanggapi pernyataan Mahfud yang viral di media sosial, pengamat politik Rocky Gerung menyatakan lambat laun semua kebusukan pemerintah akan terbongkar dengan sendirinya.

“Jadi begitulah sejarah diatur sedemikian rupa sehingga kebusukan istana akhirnya dia buka sendiri. Jadi presiden sepertinya sedang ke menepuk air di dulang dan akan terpercik ke muka sendiri,” katanya kepada watawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu, 23 April 2022.

Rocky menyebut, Mahfud MD sering mengeluarkan pernyataan yang unik, namun sering menjadi kenyataan.  

“Ya memang ini serius sekali karena Pak Mahfud seringkali yang dia ucapkan itu betul-betul hal yang dialami, tapi sayang dia nggak mampu untuk beritahu pada Pak Jokowi. Karena dia ya sebagai Menko doang,” paparnya.  

Rocky menegaskan, dari waktu ke waktu orkestrasi Jokowi sudah gagal, lantaran tidak ada lagi  yang peduli dengan kebijakan Jokowi.  

“Ini bahayanya, sebab dari awal Pak Mahfud juga ikut menyetujui langkah Pak Jokowi untuk mengambil alih semua partai masuk ke dalamnya. Dan nggak ada oposisi lagi di luar,” tegasnya.

Kondisi saat ini menurut Rocky ada peran Mahfud dalam menghasilkan kekacauan.

“Itu juga kesalahan Pak Mahfud yang paham sejarah tata negara bahwa musti ada distribusi kekuasaan dengan oposisi. Sekarang semua diserap ke dalam. Yang beroposisi bukannya dielu-elukan sebagai loyal oposisi, tapi dimusuhin. Kan ajaib presiden memusuhi oposisi: memusuhi demokrat,  mencurigai PKS,” tandasnya.  

Yang terjadi saat ini kata Rocky, tidak ada lagi pengertian dasar tentang politik. Padahal, politik itu harus menghormati oposisi dan oposisilah yang menjadi the advise advocad, bagian yang mengganggu tapi berguna untuk menghasilkan stabilitas.

“Jadi sekarang stabilitasnya semu. Karena semu  maka terpaksa ditopang dengan ancaman,” katanya.

Ancaman itu kata Rocky terlihat ketika Jokowi datang ke pasar Cisarua Bogor.

“Dia bukan datang menghadapi rakyat, tapi dia mengancam rakyat karena membawa pasukan keamanan yang berlebihan. Jadi orang menganggap memang krisis. Kalau baik-baik saja, datang saja bertamu. Masa bertamu bawa senjata, yang bener aja. Itu soalnya,” paparnya.

Rocky juga menyinggung carut carutnya ekspor CPO yang menjadi korban akhirnya petani sawit. Presiden tidak paham bahwa komoditas itu selalu up and down, ada turbulensi, ada siklus naik siklus turun. Petani  itu tidak ngerti soal begituan. Mereka cuma ingin ada harga yang stabil seperti pernah dijanjikan oleh Pak Jokowi di awal kampanye, “kita akan menstabilkan harga sawit supaya petani sejahtera”.

Kekacauan itu, kata Rocky menunjukkan bahwa koordinasi makro ekonomi politiknya tidak berjalan. Karena sangat mungkin juga ada yang sengaja membisikkan Pak Jokowi, “Ya sudah hajar aja itu oligraki. Iya, oligarki itu bukan dihajar tapi dinyatakan sebagai bersalah supaya diperbaiki kebijakannya. Bukan menghajar oligarki.”

“Lalu Sri Mulyani juga bilang waduh kita nggak bisa dapat lagi pajak eksport, nggak bisa dapat lagi rezeki dari komoditas dong. Padahal Sri Mulyani bingung mau menarik pajak dari mana lagi.  Kan selalu dikatakan bahwa kita kelebihan 400 triliun, karena ekspor komoditas batubara, sawit, dan segala  macem.  Sekarang itu mau dibatalkan,” paparnya.

“Belum lagi soal IKN bingung mau dibiayai  dengan apa? Jadi soal beginian ini yang bikin gejolak, bukan sekadar gejolak tapi soal kemampuan Indonesia untuk memperlihatkan postur rasionalitas ekonominya atau rasioanalitas  kebijakannya,” kata Rocky.  

Rocky menegaskan tidak ada kebijakan yang diukur berdasarkan keputusan masuk akal, keputusan rasional. Soal-soal yang teknis ini Jokowi tidak paham.

“Akhirnya, semua yang diucapkan oleh Pak Jokowi orang nggak dengar lagi, orang cuma  lihat wajahnya itu. Wajahnya seperti apa sih? Wajah nipu lagi nih. Begitu saja kan,” pungkasnya. (ida, sws) 

651

Related Post