Sanak Saudara Kita: Lingon, Togutil, Talang Mamak, dan Lainnya
Oleh Ridwan Saidi *)
Gadis suku Togutil di pedalaman Halmahera Timur ada yang masuk Islam. Mereka ras Caucasoid, sebagaimana Lingon yang bermata biru, rambut pirang, kulit bule (lihat foto).
Mata biru Lamno di Aceh dan suatu komunitas di Buton berdiam di kota. Mata biru bukan gen Portugis seperti ditebak-tebak sejarawan. Migran menyingkir biasanya karena konflik dengan native. Ada pun migran Portugis urban society yang berdiam di zona ekonomi. Mereka tidak ke desa, apalagi pedalaman.
Suku Talang Mamak di Indra Giri Ulu, juga suku Sakai, suku Anak Dalam, Jambi, adalah Melayu. Bahkan Talang Mamak merujuk muasalnya dari Pagaruyung. Mereka berpegang pada tradisi dan adat. Di antara mereka juga sudah banyak yang berIslam.
Menelusuri suku pedalaman Sumatera dapat dipastikan tidak bersua jejak Budha dalam keseharian mereka. Kalaulah benar klaim George Coedes, Perancis, bahwa kerajaan Sriwijaya VII M, sekarang diganti kedatuan, menguasai tiap jengkal tanah Sumatera, buktikan apakah dalam tradisi suku-suku pedalaman Sumatera ada jejak Budhism? Jangan main klaim lah.
Instrumen musik yang dimainkan orang-orang Talang Mamak tak ada yang asal China atau India.
CABE tidak bermaksud dengan tulisan ini untuk mengimbau pemerintah agar urusin mereka, wong kita aja kaga diurusin, adu untung kaga diperesin pake PCR.
CABE mengetuk pintu hati kita sekalIan, terutama saya yang empunya diri selaku hambaNya yang dhaif, bahwa nun di pedalaman sejak masa Andunisi telah berdiam saudara-saudara kita sebangsa. Berdoalah untuk keselamatan mereka. Wa ba'duHu.
") Budayawan