Setan Gundul Jadi Raja

Ilustrasi: Petruk Dadi Ratu (Foto: Dr. Suwardi Endraswara M.Hum)

Kalau pemilu/pilpres 2024 tetap dalam kendali oligargi, berapa lagi yang harus meninggal.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

MUNCULNYA Setan Gundul jadi Ratu itu berawal dari semaraknya mitos harapan munculnya ”Ratu Adil”. Pada tahun 2014 muncul di masyarakat mendambakan munculnya ratu adil yang bisa membawa perubahan negara untuk rakyat bisa keluar dari kesusahan dan penderitaan hidupnya.

Oligarki yang licik dan cerdik, saat itu menangkap sinyal budaya/tradisi cerita wayang di Jawa dan Sunda yang awalnya ini bersumber dari mitologi Hindu-Jawa.

Cancut taliwondo (bergegas), segera membuat cerita carangan (cerita keluar dari pakem) memoles cerita untuk menghipnotis rakyat bahwa saat ini benar-benar akan lahir Satrio Piningit (Ratu Adil) yang akan jadi raja bijaksana.

Rakyat terbuai (terlena) dengan liciknya oligargi yang sempurna membuat lakonnya bukan Petruk jadi Raja tetapi yang muncul ”setan gundul jadi raja”. Makin lama permainan oligarki semakin menemukan momentumnya semua masuk dalam kendali sang dalang oligarki.

Oligarki mengetahui sastra Jawa - Petruk Jadi Raja, masih hidup, khususnya masyarakat Jawa. Dengan canggih memanipulasi proses politik Petruk ”jadi- jadian sebagai raja”. Carangan tentang Ratu Adil khususnya di masyarakat Jawa mendatang akan tetap muncul dengan berbagai versi dan ragamnya.

Pemahaman dan persepsi masyarakat Jawa sebagian meyakini bahwa filosofi harapan Petruk jadi raja karena percaya bahwa Petruk itu sejatinya para dewa yang secara filosofi ini sejatinya membela rakyat kecil, artinya jangan main-main dengan rakyat kecil.

Dalam konteks kekuasaan, lakon ”Petruk Dadi Ratu” ini adalah sebuah carangan (cerita tambahan yang keluar dari pakem) dalam menghadapi persoalan-persoalan kekuasaan yang makin otoriter, tirani dan diktator.

Lakon Petruk jadi raja itu sindiran terhadap kekuasaan tentang bagaimana jika rakyat kembali menarik mandat dari penguasa yang tidak amanah. Untuk mendobrak kemandekan, mendobrak ketidak adilan dan kezaliman.

Dalam konteks politik kiwari, misalnya, dominasi oligarki mesti didobrak oleh rakyat agar kekuasaan tidak disalahgunakan dan hanya sebagai budak oligarki. Rakyat harus dijaga dari cerita karangan oligarki jilid selanjutnya, pada saat ini, jangan sampai terlena, tertipu dan terjerembab pada lubang yang sama.

Pemilu 2014 menyisakan tipuan dan berlanjut pada pemilu 2019, oligarki mulai bengis. Kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman (saat itu) mengungkap jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 lalu, ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.

Kalau pemilu/pilpres 2024 tetap dalam kendali oligargi, berapa lagi yang harus meninggal.

Saatnya Rakyat menggugat, sebagai pemilik kedaulatan - turunkan setan gundul sebagai raja. Tata kembali negara ini sesuai amanah UUD 1945 asli, agar negara bisa normal kembali - berburu waktu jangan sampai negara ini hancur gara gara raksasa Oligarki. (*)

829

Related Post