Tiga Persoalan Serius Pasca Pencapresan Ganjar
Jakarta, FNN - Pencapresan misterius Ganjar Pranowo oleh PDIP untuk Pilpres 2024 menimbulkan dampak serius bagi partai yang mengklaim pembela wong cilik itu. Hal ini dikemukakan oleh ahli filsafat yang juga pengamat politik Rocky Gerung dalam perbincangan dengan wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (29/04/2023).
Rocky mencatat ada tiga persoalan serius di PDIP pasca pencapresan Ganjar Pertama terjadi oposisi di tubuh PDIP itu sendiri, kedua KIB bentukan Jokowi porak-poranda, dan ketiga suramnya masa depan Puan Maharani mengamankan trah Sukarno.
Dengan adanya perpecahan di tubuh koalisi penguasa, Rocky menyebut ada dua Ganjar dalam situasi saat ini.
"Ada dua Ganjar, yakni Ganjar yang sedang dipromosikan Mega, dan Ganjar yang tetap ingin ditempeli oleh Jokowi. Uniknya di dalam keterbelahan Ganjar itu, ada makhluk-makhluk politik di sekitar Jokowi yang berupaya mengirim calon wakil presidennya," kata Rocky.
Menurut Rocky hal ini terjadi karena sesungguhnya ada persoalan amplop, apakah Ganjar akan ditempeli amplop Sandi atau amplop dari Erick Thohir.
"Kalau Jokowi kumpulin KIB lagi, pasti pembicaraannya seputaran (amplop) itu," tegasnya.
"Soal transaksi, sampai saat ini koalisi itu (KIB.red) belum bisa disebut utuh atau bahkan bisa pontensi untuk pecah lagi, jadi tawar menawar adalah ciri utama ketika Ganjar terpilih," tambah Rocky.
Hersu juga menanyakan kepada Rocky, mustinya kalau Ganjar itu memang diasuh oleh Jokowi mungkin PDIP sudah tahu cara main dengan Jokowi, akan tetapi ketika urusannya dengan PDIP para pemodalnya pasti juga mikir-mikir karena ini soal biaya yang besar untuk pemilu.
"Iya, kalau memang Ganjar diasuh oleh Jokowi oligarki sudah tahu berapa yang harus keluar, tapi kalau diasuh oleh PDIP akan ada dua faksi yang akan meras dengan caranya masing-masing. Jadi oligarki bingung. Jokowi berupaya memberi kesan kalau Ganjar itu dalam pengaruh dia, tapi PDIP merasa kalau memang dalam pengaruh Jokowi tentunya kemampuan Ganjar untuk dikendalikan Mega jadi berkurang," kata Rocky.
Lebih lanjut Rocky menegaskan bahwa posisioning Ganjar itu semakin lemah pasca diumumkan sebagai Capres.
Ganjar dihadapkan pada pilihan dilematis, di satu sisi dia tahu kalau tiket itu hanya milik Megawati, akan tetapi kalau Ganjar sepenuhnya untuk Megawati, maka dia tidak akan mendapat limpahan suara dari Jokowi.
"Dalam pengertian itu, oposisi PDIP dari dalam terhadap Ganjar semakin besar sekarang, karena bagi PDIP Ganjar itu dianggap faktor yang akan merusak. Keputusan Ganjar adalah keputusan yang konyol, kita mau kasih semangat kepada Mbak Puan, memang sejarah itu nggak boleh lepas dari Puan. Memang elektabilitasnya menurun, tetapi orang mengasih harapan kepada Puan Maharani. Jadi untuk sementara saya mendukung Puan," ujar Rocky Gerung.
Terakhir Rocky mempertanyakan tentang masa depan PDIP. Presiden akal sehat itu menyatakan kekhawatirannya ketika Ganjar menguasai PDIP, partai itu akan hancur, walaupun 20% di situ, ditambah faksi Jokowi, ditambah faksi Sandi ataupun Erick itu akan sama.
"Lalu Sukarnoismenya di mana? Kalau kampanye nanti jadi susah mereka ini disatukan. Ganjar dengan Erick adalah dua makhluk yang tidak boleh tidur seranjang, begitu pun dengan Sandi. Lebih baik PDIP revitalisasi pikiran Sukarno dari pada kasak-kusuk cari capres yang akan membatalkan ide Sukarno untuk menghasilkan keadilan sosial," tutupnya. (far/ida)