Utang Menumpuk, Tagihan Membengkak, End Game Sudah Tampak

Jakarta, FNN – Kesabaran masyarakat tampaknya sudah sampai pada garis batas. Saudara-saudara kita yang tengah berjuang di jalanan untuk mudik, mendapatakan kesulitan. Bahkan sampai ada pemblokiran jalan tol. Akibatnya banyak penumpang pesawat yang telat sampai bandara. Ini semakin menambah kacau kondisi sosial masyarakat akhir-akhir ini.

Menanggapi situasi kacau seperti itu, pengamat politik Rocky Gerung menyatakan bahwa tensi masyarakat mulai naik dan mudah emosi serta peka terhadap hal-hal yang berbau ketidakadilan.  

“Ini akhirnya potensi amuk di jalanan itu terjadi, bukan karena mahasiswa marah pada presiden, tetapi rakyat yang merasa bahwa kok nggak bisa diatur dari awal ya. Jadi, hal-hal yang nggak kita duga akhirnya terjadi. Amuk itu bisa membuat puasa batal dan bisa membuat keakraban berhenti,” katanya kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kalan YouTube Rocky Gerung Officials, Sabtu, 30 April 2022.

Rocky melihat keadaan masyarakat kita yang sangat peka, terhadap satu kejadian kecil bisa membuat marah. “Kita tahu bahwa ada yang mudik Lebaran tapi pada saat yang sama, juga ada yang mudik ke Amerika, yaitu Dollar,” tambahnya. 

Rocky menegaskan Dollar sudah dipanggil pulang sama Joe Biden supaya ada konsolidasi ekonomi Amerika.

“Ini dua kesulitan kita hari ini, di jalan raya banyak ketegangan. Dan juga dari dalam soal-soal politik luar negeri banyak ketegangan. Indonesia pasti akan frustrasi karena likuditas mata uang asing tersedot kembali ke Amerika dan kita kesulitan untuk mencari Dollar. Kalau ada pun pasti mahal untuk membayar hutang kita,” tegasnya.

Masalah lain, menurut Rocky adalah ketegangan di internal kabinet akibat dari pembatalan CPO.

“Kabinet sudah merasa bahwa tidak ada gunanya lagi, karena hal yang dibicarakan secara rasional oleh Airlangga dibatalkan secara emosional oleh Pak Jokowi. Kira-kira itu gejala awal dari end games,” tegasnya.

Mengomentari sepak terjang Jokowi yang seakan-akan sibuk berkomunikasi dengan Presiden Putin dan Presiden Zelensky – yang dianggap sebagai sukses Jokowi menjalin dengan dunia luar, Rocky menduga bahwa hal itu hanya pencitraan di mata internasional.

“Ya saya menduga ini, menduga ya, dengan gestimasi, menduga sambil mengukur, bahwa Pak Jokowi baru mendapat bigdata yang isinya kalau Pak Jokowi seolah-olah tampil sebagai tokoh internasional, maka legitimasi akan pulih. Lalu Pak Jokowi merasa oke saya perlu headline. Maka dibuatlah kalimat-kalimat itu, mengundang Putin atau meminta Putin dan Zelensky berdamai,” paparnya.

Jokowi boleh saja berbuat seperti itu, akan tetapi Rocky mengingatkan bahwa masalah kita adalah profil kita di dunia internasional dianut sebagai pemain recehan.

“Pak Jokowi tentu merasa hebat, sudah bikin headline. Tetapi bagi dunia luar, itu apa? Itu nggak ada apa-apanya. Karena kita-sudah kehilangan seluruh profil dari awal sebetulnya sudah gagal sehingga sebetulnya Jokowi dipermainkan oleh Selensky. Zelensky diundang, tetapi dia minta syarat bantuan senjata,” katanya.

Rocky menegaskan bahwa dalam politik internasional ada ujian dua langkah. Langkah pertama adalah mengumpankan sambil membaca jawaban lawannya.

“Ini enggak dihitung oleh penasehat-penasehat Pak Jokowi. Pak Jokowi akan dipermainkan lagi nih di dalam publik internasional,” katanya.

“Orang tiba-tiba merasa kok Pak Jokowi hebat betul. Lebih internasional itu to go to be true. Jadi orang menganalisis pasti ada yang ngeluarin konsep lagi ke Pak Jokowi. Nggak mungkin orang yang tadinya gagap dan gugup tiba-tiba jadi lancar, kecuali ada semacam logoterapi dalam psikologi. Sudah ada suatu terapi untuk membuat seseorang itu pulih lagi rasionalitasnya,” paparnya.

Rocky mengingatkan bahwa seseorang yang ingin tampil dan mempunyai high-profile di dalam global politik, di dalam negeri juga musti kuat.

“Jadi, kalau Pak Jokowi elektabilitasnya mungkin sekarang tinggal satu digit, 9 atau 7 persen, orang menganggap apa pointnya Pak Jokowi nyindir-nyindir keadaan di luar negeri.  Ini orang akan bilang bahwa Pak Jokowi, mungkin Anda inflasinya belum sampai  2 digit, tapi kita lihat kok publik sudah tidak mendukung Anda lagi,” tegasnya.

Jadi, kata Rocky profil internasional itu harus terkait dengan keadaan di dalam negeri. Hal ini yang sering dilupakan oleh Pak Jokowi.

“Tapi jangan salahkan Pak Jokowi karena beliau selalu menelan setiap mendapat konsep baru. Semua konsep yang bisa menggembirakannya, dia pasti akan lakukan. Itu yang kemudian dikritik oleh orang NU yang sebenarnya juga pendukung Jokowi, tapi kemudian mulai sadar,” pungkasnya. (ida, sws)

465

Related Post