KELAUTAN

Tragedi Nanggala 402: Takmir Masjid Lebih Visioner Soal Pertahanan Negara

By Asyari Usman Medan, FNN - Bukan bercanda dan bukan pula setengah hati. Pasti! Sebab, komunitas Masjid Jogokariyan (MJ), Yogyakarta, selalu serius ketika melakukan penggalangan dana yang selama ini hanya untuk tujuan kemanusiaan. Kemarin, badan kenaziran (takmir) masjid kembali memprakarsai pengumpulan dana. Tapi kali ini lain dari biasa. Bukan untuk kemanusiaan. Melainkan untuk membeli kapal selam (kasel) pengganti Nanggala 402 yang tenggelam di perairan selatan Bali. Membeli kapal selam? Apa iya bisa terkumpul dananya oleh MJ? Memangnya berapa harga kapal selam? Tidak terlalu besar. Untuk klas yang tenggelam itu hanya US$330 juta. Atau sekitar Rp4.7 triliun. Tak sampai 5 triliun. Mungkinkan jumlah ini terkumpul di Jogokariyan? Sangat mungkin jika kita simak pengalaman komunitas Jogokariyan selama ini. Modal utama mereka adalah sifat yang amanah dan transparan. Semua jemaah percaya mereka, begitu juga masyarakat umum. Penggalangan dana yang bakal menjadi peristiwa historis ini mereka mulai kemarin, Ahad (25 April 2021), 13 Ramadan 1442. Inisiatif MJ ini sangat sejalan dengan suasana emosional akar rumput. Rakyat, utamanya umat Islam, sangat prihatin dengan tragedi Nanggala. Kehilangan kasel ini berarti memperlemah pertahanan NKRI. “Indonesia adalah negara kelautan sehingga sudah semestinya armada laut harus dikuatkan,” kata Ustad Muhammad Jazir, ketua takmir MJ. Ia mengajak seluruh rakyat ikut membantu Angkatan Laut agar mampu menjaga kekayaan negara dan keutuhan wilayah Indonesia. Komunitas MJ tampaknya sangat serius ingin membantu pembelian kasel baru. Dan ini bisa bergulir menjadi gerakan nasional. Tapi, kalau ada yang memaknai penggalangan dana ini sebagai sindiran terhadap pemerintah, bisa juga. Semacam kritiklah, lebih-kurang. Konkretnya, rakyat melihat pemerintah mengabaikan aspek pertahanan negara. Alat-alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI jauh tertinggal dibandingkan para tetangga sesama ASEAN. Sudah banyak yang karatan. Dan tak cocok lagi dengan tantangan dan ancaman yang selalu naik level. Peremajaan memang mahal. Tetapi, kalau pemerintah sadar bahwa sistem persenjataan akan selalu dikaitkan dengan wibawa negara, maka pastilah para pemimpin yang punya harga diri akan mengutamakan alat-alat pertahanan. Duit 4.7 T untuk membeli satu kasel, masih terbilang tak seberapa dibandingkan jumlah korupsi para pejabat dan perampokan yang dilakukan oleh para taipan hitam. Ini semua hanya soal kecerdasan dan kevisioneran pemimpin. Ketua takmir Masjid Jogokariyan saja mampu berteori tentang pertahanan negara. Takmir yang visioner. Dan malah langsung berbuat lewat penggalangan dana Nanggala 402. Kita tunggu apa yang akan dilakukan Menhan Prabowo Subianto.[] (Penulis wartawan senior FNN.co.id)

Nanggala Karam Gegara Medan Magnet?

By Mochamad Toha Surabaya, FNN - Info menarik datang dari Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Achmad Riad. Salah satu lokasi pencarian yang bakal dimaksimalkan yaitu titik ditemukannya kemagnetan kuat yang dideteksi KRI Rimau pada Kamis (22/4/2021). Operasi SAR diperkuat dengan KRI Rigel 933 merupakan kapal survei hydro oseanografi. Kapal ini memiliki kemampuan deteksi di bawah air. Kapal ini juga yang digunakan untuk beberapa operasi SAR yang lalu. Seperti saat kejadian jatuhnya pesawat Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu. KRI Rigel bisa membangun dan merencanakan kegiatan untuk (mencari) hasil yang kemarin dari KRI Rimau bahwa ada satu titik magnet yang cukup kuat tidak berubah. Itu akan dikejar, “Semoga jadi titik terang,” ujar Riad saat konferensi pers, Jumat (23/4/2021). Sebelumnya, pada Kamis (22/04), Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, menuturkan bahwa pihaknya mendeteksi kemagnetan tinggi di salah satu lokasi pencarian KRI Nanggala-402. “Tadi baru kita temukan saat Panglima (Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto) ke sana, ada kemagnetan yang tinggi di suatu titik di kedalaman 50-100 meter melayang,” ucapnya saat konferensi pers, Kamis. Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang sedang melaksanakan latihan penembakan di perairan utara Bali mengalami hilang kontak, Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 03.00 Wita. Kapal selam diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil (sekitar 95 km) dari utara Pulau Bali. Melansir Tribunnews.com, Kamis (22 April 2021 10:49 WIB), Kelompok Ahli Kelautan dan Perikanan Gubernur Bali menyebut, perairan utara Bali memiliki kondisi laut yang dalam dan arus yang relatif kuat. Dan, memang perairan itu sudah ditetapkan menjadi tempat latihan perang khususnya kapal selam. Memang perairan utara Bali diperuntukkan latihan perang khususnya kapal selam karena laut Bali sampai ke Flores lautnya dalam atau disebut cekungan Bali Flores. Jadi, “Sangat baik untuk tempat latihan perang termasuk kapal selam, karena bagian Palung Bali Flores itu menyambung,” kata Sudiarta saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon, Kamis (22/4/2021). Perairannya sangat curam dan dalam berbeda dengan laut Jawa, kedalamannya bisa mencapai 700-3.000 m perairannya semakin ke timur semakin dalam. Jika posisi 95 km utara Bali atau utara Gerokgak kedalaman berkisar 400 hingga 700 m. Sudiarta menjelaskan, secara umum arus di laut utara Bali relatif kuat karena mendapatkan pengaruh arus global bernama Arlindo atau Arus Laut Kepulauan Indonesia. Massa air dari pasifik masuk ke selat Makassar. Kemudian nanti mengalir ke Samudera Pasifik melalui selat Lombok, sebagian dari arus digerakkan ke barat dan ke timur. Jadi, memang daerah utara Bali Lombok itu terkenal dengan arus kuat sampai ke Celukan Bawang karena pengaruh arus global. Sudiarta menambahkan, berkaitan dengan kedalaman dan arus dinilai sudah memenuhi unsur dari segi keamanan laut untuk latihan perang dari Pulau Menjangan sampai Kubutambahan, Bali, dan ditetapkan latihan uji coba kapal selam dan sebagainya. Ia mensinyalir bahwa hilang kontak KRI Nanggala-402 bisa berkaitan dengan teknologi atau kendali kapal. Hal senada juga disampaikan oleh Ahli Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana Bali, Prof Dr I Wayan Arthana, Bahwa kondisi perairan utara Bali sampai dengan selat Lombok memiliki kondisi laut yang dalam dan arus kuat karena menjadi alur laut aliran air dari Samudra Pasifik ke Samudra Indonesia sehingga arusnya sangat deras. Arus di Selat Lombok banyak dipelajari oleh dunia baik AS maupun Eropa terkait dengan fenomena iklim, dari dulu juga ada isu kondisinya cocok untuk kapal asing sembunyi di kedalaman 2-3 km karena teknologi dulu belum bisa mendeteksi kapal sedalam itu. Ia menjelaskan, kondisi laut Jawa dengan perairan Bali berbeda karena di laut Jawa banyak suplai lumpur selama bertahun-tahun dari sungai yang bermuara ke laut. Sehingga lautnya lebih landai, beda di perairan utara Bali yang relatif tidak ada sungai yang bermuara ke utara. Penyebab kapal yang dibangun tahun 1977 di HDW Jerman dan masuk jajaran TNI AL tahun 1981 ini, Prof Arthana menduga hilang kontak karena terkait masalah teknologi atau hilang kendali. “Dugaan teknologi atau masalah kendali, kapal selamnya ada masalah dalam hal kendali sampai ke kedalaman tertentu. Kemungkinan lainnya, kalau masih pakai teknologi lama kemungkinan teknologi belum match dengan posisi kedalaman kapal,” ujarnya. KRI Nanggala-402 ini diawaki sebanyak 53 orang terdiri dari 49 ABK, 1 komandan satuan, 3 personel arsenal, selaku komandan KRI Nanggala-402 an. Letkol laut (P) Heri Octavian yang sudah menjabat 1 tahun. Menurut Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA, Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya, paling tidak ada dua penjelasan. Pertama, technical error karena sudah tua (umur 40 tahun padahal design service life-nya 20-25 tahun). Pada 2012 sudah diretrovit dan overhaul total di Korea Selatan. Mestinya overhaul total ini dilakukan setiap 5 tahun. Tampaknya karena beberapa sebab, ini tidak atau belum dilakukan. Hanya dilakukan partial overhaul. Naasnya, hari itu Nanggala-402 beroperasi melalui sebuah perairan yang rawan sekitar Selat Lombok. Ada arus laut yang sangat kuat dari Samudra Pasifik Utara ke Laut Selatan yang melewati Selat Makasar lalu Selat Lombok. Di selat Lombok dengan kedalaman 300 m dan lebar 35 km debitnya mencapai 3 juta m3 per detik. Kontur irregular dasar laut di sekitar selat ini ternyata menghasilkan pola aliran arus ekstrim (gelombang di dalam laut) yang berbahaya bagi kapal selam. Nanggala-402 itu dirancang hanya untuk kedalaman 250 m dan kecepatan 25 knots. Mungkin Nanggala-402 telah dipaksa arus ekstrim ini menyelam lebih dalam dari itu, sehingga terjadi kebocoran yang gagal diatasi dengan segera naik ke permukaan. Upaya dengan memompa keluar air laut dari tanki-tangki balastnya itu gagal. Karena sistem penggeraknya yang bukan nuklir, tapi diesel elektrik yang sudah cukup tua mungkin tidak memadai untuk menghadapi arus ekstrim ini. Sementara persediaan oksigen dalam kapal selam terus menipis. Pasokan oksigen diperlukan baik untuk awak kapalnya maupun mesin dieselnya. Mungkinkah adanya adanya tarikan magnet yang kuat di bawah laut di jalur yang dilintasi Nanggala-402 menjadi penyebab matinya sistem kelistrikan. Sistem kelistrikan mati karena adanya medan magnet yang kuat di bawah laut antara Pulau Bali dan Pulau Kangean. “Kalau benar pasti berpengaruh pada sistem elektronika, telkom, dan navigasinya,” ungkap Prof. Daniel. Jadi, bukan tidak mungkin, medan magnet bawah laut ini bisa jadi penyebab matinya sistem kelistrikan Nanggala 402. Tapi, lanjutnya, yang lebih masuk akal adalah tarikan arus laut Arlindo yang melewati selat Lombok yang sangat kuat, ditambah gelombang bawah laut akibat interaksi Arlindo dengan irregularities pada dasar lautnya. Kabar terakhir, sejumlah barang dan kepingan komponen diduga berasal dari KRI Nanggala-402 ditemukan. Pada konferensi pers di Bali KSAL Laksamana Yudo Margono menyebut diduga, “Terjadi keretakan, bukan ledakan,” yang sebabkan kepingan komponen dan barang tersebut terangkat keluar kapal. Dalam konferensi pers itu, KSAL menunjukkan beberapa temuan tersebut termasuk pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, pelumas periskope, dan alas sholat para ABK. *** Penulis wartawan senior FNN.co.id

KRI Nanggala: Tumbal Laut Selatan?

By Daniel Mohammad Rosyid Surabaya, FNN - Pagi ini kakak perempuan saya menanyakan apa yang sesungguhnya terjadi pada KRI 402 Nanggala milik TNI AL buatan Jerman yang hilang kontak beberapa hari lalu di sekitar Selat Lombok. Paling tidak ada dua penjelasan. Pertama, technical error karena sudah tua (umur 40 tahun padahal design service life nya 20-25 tahun). Tahun 2012 sudah diretrovit dan overhaul total di Korea Selatan. Hingga hari ini Nanggala belum ditemukan. Mestinya overhaul total ini dilakukan setiap 5 tahun. Tampaknya karena beberapa sebab, ini tidak atau belum dilakukan. Hanya dilakukan partial overhaul. Naasnya, hari itu KRI Nanggala beroperasi melalui sebuah perairan yang rawan di sekitar selat Lombok. Ada arus laut yg sangat kuat dari Samudra Pasifik Utara ke Laut Selatan yang melewati Selat Makasar lalu Selat Lombok. Di selat Lombok dengan kedalaman 300m dan lebar 35km debitnya mencapai 3 juta meter kubik perdetik. Kontur irregular dasar laut di sekitar selat ini ternyata menghasilkan pola aliran arus ekstrim (gelombang di dalam laut) yang berbahaya bagi kapal selam. Nanggala dirancang hanya untuk kedalaman 250 m dan kecepatan 25 knots. Mungkin Nanggala telah dipaksa arus ekstrim ini menyelam lebih dalam dari itu sehingga terjadi kebocoran yg gagal diatasi dengan segera naik ke permukaan dengan memompa keluar air laut dari tanki tanki balastnya. Sistem penggeraknya yang bukan nuklir, tapi diesel elektrik yang sudah cukup tua mungkin tidak memadai untuk menghadapi arus ekstrim ini sementara persediaan oksigen dalam kapal selam terus menipis. Pasokan oksigen diperlukan baik untuk awak kapalnya maupun mesin dieselnya. Kedua, 53 awak kapal KRI Nanggala memang sengaja dijadikan tumbal oleh pihak tertentu bagi raja jin Laut Selatan. Seiring dengan berbagai rangkaian gempa dan topan Seroja di Pulau Jawa hingga Timor sebagai bagian dari _rings of fire_, banyak info yang beredar bahwa akhir-akhir ini banyak siluman yang bergentayangan lepas dari kurungannya dari pedalaman laut Selatan sejak zaman Nabi Sulaiman. Jika ilmu adalah seni menjelaskan kejadian, maka penjelasan metafisik ini juga seni semacam itu. Boleh percaya boleh tidak. Para pemuja iblis sering bekerja sebagai _shadow_ kekuasaan dengan sesekali menyediakan tumbal bagi ambisinya untuk berkuasa. Apapun penjelasannya, kita tetap menuntut pertanggungjawaban pemerintah sebagai operator Republik ini. Sudah lama diingatkan bahwa negeri kepulauan di lokasi Nusantara yang sangat strategis ini mensyaratkan kemampuan maritim kelas dunia untuk berjaya. Namun peringatan ini tidak cukup diindahkan oleh pemerintah. Obsesi pertumbuhan tinggi secara langsung telah menelantarkan pemerataan yang mensyaratkan sektor kemaritiman yang memadai baik untuk agenda kesejahteraan maupun keamanan dan pertahanan bagi negeri seluas Eropa ini. Banyak maladministrasi publik yang menyuburkan praktek korupsi telah mendorong banyak misalokasi anggaran yang serius sehingga sektor prioritas seperti kemaritiman sebagai instrumen pemerataan menjadi terbengkalai. Seiring dengan peminggiran Tuhan akhir-akhir ini oleh kaum sekuler kiri radikal, ruang-ruang kehidupan di Nusantara ini makin dipenuhi oleh para hantu yang semakin bebas bergentayangan. Kita berdoa dan segera bertobat agar Allah swt Tuhan Yang Maha Esa sudi kembali ke negeri ini sehingga kita tidak perlu menyediakan berbagai tumbal lagi. Mungkin dengan berpuasa, hantu-hantu ini bertobat. Rosyid College of Arts and Maritime Studies, Gunung Anyar, Surabaya, 24/4/2021.