Ade Armando, Bagian dari Emporium Buzzer Yang Selalu Menebar Kebencian
Jakarta, FNN - Media asing tidak ada pemberitaan soal pembugilan pegiat media sosial Ade Armando. Berbeda dengan media di Indonesia yang heboh memberitakan tragedi Ade Armando selama berhari-hari. Bagi media asing tidak penting memberitakan kasus Ade Armando, karena dianggap tidak ada hubungannya dengan demokrasi.
Menyikapi hal itu pengamat politik Rocky Gerung menyatakan bahwa pada dasarnya orang selalu ingin mengeksploitasi sesuatu untuk mendapat keuntungan.
“Dan tentu karena faktanya Ade Armando adalah korban, maka pihak Ade Armando akan mengeksploitasi kekorbanan itu untuk mendapatkan political issuesnya,” papar Rocky kepada wartawan seior FNN Hersubeno Arif dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Kamis, 14 April 2022.
Rocky selalu menerangkan secara akademis kepada Ade Armando bahwa dalam ilmu Ilmu Komunikasi ada istilah yang disebut sebagai mencurigai apa sebetulnya peristiwa itu.
“Kalau dibilang Ade Armando kriminal, dia bukan criminal, apakah dia koruptor, dia bukan koruptor, kalau dia maling bukan, dia bukan maling. Lalu kenapa dia digebuk. Cuma orang dungu yang menggebuk orang nggak ada salahnya,” tegasnya.
Dengan kenyataan itu Rocky menegaskan bahwa masyarakat harus bisa membaca teks sosial di belakangnya. “ Teks sosial di belakang itu apa? Jadi yang tergeletak minggu kemarin, secara fisik adalah Ade Armando, maka hukum akan bekerja untuk melihat krisis di dalam tubuh biologinya,” tegasnya.
Namun demikian, di samping tubuh biologia Ade Armando, ada tubuh politik. “Itu yang digebuk sebetulnya. Ade Armando tidak dilihat sebagai Ade Armando yang dilindungi hukum, tetapi dia sebagai buzzer yang kebal hukum. Itu maksudnya,” paparnya.
“Tentu orang akan protes saya, kok begitu caranya. Memang begitu untuk membuka keadaan. Sebab kalau kita lihat Ade Armando tanpa kita lihat sosial teks di belakangnya, tanpa kita lihat tubuh politiknya, kita nggak bisa terangkan kenapa orang melakukan itu,” tegasnya.
Rocky tetap mengajak masyarakat untuk bersimpati kepada Ade Armando, “Bagaimana pun dia teman saya. Tapi kita juga musti ingatkan bahwa Ade Armando ini bukan sekadar Ade Armando ansih, tapi tim di belakang itu ada Cokro Armando, ada Ade macam-macam di situ. Karena ini sebetulnya satu kelompok yang selalu mengaktifkan kebencian pada manusia itu,” tegasnya.
Rocky Gerung menegaskan bahwa dirinya tidak benci pada Jokowi. Ia mengaku benci pada presiden yang dungu, bukan pada pribadi Jokowi.
“Tapi Cokro TV selalu menghina orang dengan sebutan Kadrun, pokoknya Islamofobia. Saya berkali-kali dibully di situ, diolok-olok segala macem, tapi saya anggap orang dungu begitu,” tegasnya.
Sekarang kata Rocky, ada peristiwa yang dari awal sudah diprediksi akan terjadi. “Jadi lepas dari soal-soal isu kemanusiaan, yang pasti kita nggak sepakat, biarkan kembalikan ke polisi yang nanti menganalisis,” pungkasnya. (ida, sws)