Aktivis Lintas Generasi Minta Jokowi Turun Terhormat

GARUT, FNN --- Pada hari Sabtu 18 Juni  2022, bertempat di kaki gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berlangsung konsolidasi dan temu Aktivis lintas generasi mulai dari era 1970- an sampai sekarang. 

Acara yang difasilitasi Siaga 98 itu dihadiri ratusan aktivis dari sejumlah kota. Acara berlamgsung tengah hari dan di tutup malam hari dengan prosesi puncak orasi dari mantan tahanan politik yakni Andrianto, Jumhur Hidayat dan Syahganda Nainggolan.

Bahkan Jumhur dan Syahganda merupakan tapol era Orde Baru dan era rezim Jokowi. Syahganda maupun Jumhur sudah menjadi aktivis sejak Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1980-an.

Jumhur Hidayat pernah dipenjara tahun 1989-1992 karena terlibat dalam aksi mahasiswa yang menolak kedatangan Menteri Dalam Negeri waktu itu Rudaini. Dia ditangkap bersama beberapa teman, di antaranya Fadjroel Rachman, Arnold Purba, Supriyanto alias Enin, Amarsyah, Bambang Sugiyanto Lasijanto, Lendo Novo, A.Sobur, Wijaya Santosa, Adi SR, dan Dwito Hermanadi. 

Menurut Syahganda, penggagas acara ini adalah Masinton Pasaribu, kader PDI-P dan Hasanudin, pendukung berat Jokowi yang mengaku sekarang sudah tobat tidak lagi mendukung Presiden Jokowi. 

Hasanudin selaku inisiator kegiatan menyatakan bahwa acara ini untuk memberi peringatan keras kepada Presiden Jokowi untuk turun terhormat dan jangan lagi berupaya untuk memperpanjng jabatannya.

Syahganda mengajak forum aktivis itu untuk membuat resolusi menyatakan bahwa rezim Jokowi sudah dikuasai oligarki dan rakyat harus melawan. 

"Keadaan sekarang tidak jauh berbeda dengan era Kolonial Belanda. Situasi sekarang tidak lagi sesuai dengan makna kemerdekaan Indonesia," ungkap Syahganda berapi-api. 

Aksi satu juta buruh

Sementara itu Jumhur Hidayat mengatakan, nasib buruh sekarang sangat tertindas di rezim Jokowi ini. 

Upah buruh tidak jauh berbeda dengan era Kolonial Belanda. Semua bermula UU Omnibus Law.

Jumhur Hidayat yang juga Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), bertekad  untuk mengerahkan satu juta buruh turun ke jalan menuntut agar UU Omnibus dicabut.

 Andrianto sebagai pelaku sejarah 98 meminta rezim Jokowi untuk mengakhiri politik pecah belah rakyat. Di forum tersebut Andrianto meminta agar semua kalangan aktivis bersatu melawan musuh utama masyarat yaitu oligarki. 

"Oligarki ini sangat serakah dan sekarang mereka bersiap hendak menciptakan boneka baru kekuasaan," demikian Andrianto. 

 Acara tersebut juga dihadiri aktivis senior Paskah Irianto, Agustiana, Santoso, Sunjati, Galih F Qurbani, Rinjani,  Mimih, Inam dan ratusan aktivis lainnya. (TG)

570

Related Post