Bung Karno: Kita Bukan Bangsa Tempe

Oleh Ridwan Saidi, Budayawan

KITA sudah digembleng di kawah candradimuka revolusi. Kita bukan bangsa tempe.

Kata Bung Karno dalam suatu pidato di alun-alun.

Perumpamaan itu betul. Itu jaman tempe barang murah dan mudah didapat.

Kita mengenal kuliner yang kemudian dikasi nama tempe dari bangsa-bangsa Carribea penghasil kedelai.

Kita pun memproduk kedelai. Dari kedelai muncul tempe dan tahu.

Di jaman revolusi pun tempe tidak pernah langka.

Kini tempe langka.

Dimulai dengan minyak goreng, lalu tempe ikut langka.

Seorang mentri berkata tempe langka gara2 China kasih makan babi  dengan kedelai. Babi doyan apa saja, kenapa mesti kedelai. Seorang kawan berkisah waktu dia bermalam di sebuah kampung di Indochina lagi asyik buang hajat di-semak-semak tahu-tahu jatuh tersungkur diseruduk babi. Tuan rumah ter-tawa2, Itu babi sudah tak sabar menunggu  mau sikat U punya output. U jongkok kelama'an.

Sulit untuk dipahami kenapa minyak goreng dan kedelai susah didapat. Penimbunan? Belum ada bukti. Mungkin gangguan pada systen distribusi. Tapi ini perlu penelitian.

Kenapa kedelai sasaran, ini 'kan kebutuhan rakyat kecil. Minyak goreng juga objek, semua orang perlu minyak goreng 'kan.

Krisis di era jelang meta verse tak mudah dipahami. Dalam diksi perang disebut proxy war. Betapa sulit kita memahami situasi di Ukraine. USA sempat memastikan Rusia akan menyerang Ukraine 16/2/2022, taunya tak ada apa2.

Sebentar lagi yang bergentayangan avatar bukan real person. Avatar penjelmaan real person yang tak doyan tempe, dan kita saat itu mungkin masih bergulat dengan real  problem langkanya tempe. Hadapilah kesulitan dengan sabar. Sabar itu konservasi enerji. Baik  ketika konon era digital mau ditinggalkan dan masuk ke era meta verse,  variable tetap buat hidup adalah enerji. Ketika dulu memasuki digital seraya tinggalkan manual tak berasa apa2, nanti juga begitu pas masuk meta verse karena yang diubah cuma cara bekerja, sedangkan kebanyakan kita masih mencari lowongan kerja. 

(Foto atas, pasar di Jakarta tahun 1950-an, tempe komplit)

271

Related Post