Cipayung Plus Kalau Manggut Hati-hati, Konflik Global di Depan Mata
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
PADA tanggal 23 Maret 2022 Kelompok Cipayung Plus yang terdiri dari 12 organisasi mahasiswa bertemu Presiden Jokowi. Usai pertemuan Raihan dari HMI menyampaikan kesan kepada pers bahwa, Cipayung Plus merasa mendapat energi positif. Apa benar ini perasaan 12 ormas mahasiswa, tak penting didalami tapi faktanya belum ada yang bantah, sambil menunggu bantahan setidaknnya Raihan telah mengungkap isi hatinya. Seandainya Raihan nonton MotoGP di Mandalika dan mendekat ke pawang hujan, diduga keras energi Raihan akan lebih positif lagi.
Pada tahun 1970 tokoh-tokoh mahasiswa dan intelektual diundang Presiden Soeharto ke istana. Kami dengan terbuka menyampaikan soal-soal yang menyangkut korupsi. Kemudian Presiden membentuk Komisi 4 pimpinan Mr Wilopo untuk pengkajian soal korupsi.
Pertemuan-pertemuan kritis antar tokoh mahasiswa dan intelektual sering tetjadi masa itu a.l yang diprakarsai Jen Pur TB Simatupang yang dikenal dengan Kelompok Cibulan. Saya dan Binsar Sianipar dari GMKI sering bertemu di Cibulan. Juga dengan Suryadi ketum GMNI dan Chris Siner Key Timu ketum PMKRI.
Akhirnya pada tahun 1973 terbentuk Kelompok Cipayung. Sejak itu sampai dengan awal 1980-an pernyataan-pernyataan ktitis terhadap pemerintah selalu muncul dari Kelompok Cipayung.
Sikap Raihan perlu dikritik demi karir politiknya juga. Yang mengkritik Cipayung Plus pun tak tanggung-tanggung, ada econom yang disegani dan ada pula media yang sangat bekend. Ini juga pelajaran buat Raihan yang baru tinggal di Jakarta.
Ia memerlukan aklimatisasi. Energi positif sudah banyak ia raup. Apa dipakai buat manggut-manggut saja pada pemerintah? Sedangkan posisi pemerintah RI menjadi sensitif karena kontroversi akan hadirnya Putin di G-20 November di Bali. Joe Biden depan conference NATO di Brussel kemarin 25/3/2022 mengatakan kita adalah kekuatan yang bersatu, kita harus depak Putin (Rusia) dari G-20. Alasan Indonesia: selama setahun kita ini Presidensi G-20 lho. Makanya kita mau undang Putin. Padahal Presidensi itu executif bukan decision maker yang ada pada negara-negara inisiative nemer G-20. Nomenclatur Presiden beda dengan Presidensi atau kepresidenan. Ada spirit pluralis di balik nomenclatur ini.
Lagi pula sudah tiga kepala pemerintahan yang kontak langsung Presiden RI minta Putin tidak diundang, selain Australia yang kontak Jokowi adalah Macron dari France dan Trudue dati Canada.
Tanpa terasa kita terseret dalam konflik global. Dahsyat dan tak terduga. (*)