Deca Park Gambir, Gedung Serba Komplit
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan
Kompleks gedung Deca Park lokasinya persis depan Istana Merdeka.
Di sini ada Ring Tinju (ada ring tinju lain di Princen Park, Mangga Besar, tanding tinju di kedua Park ini disebut tinju Pasar Malam, non champion), Balai Pertemuan, Ruang Pameran, tempat pertunjukan musik, restaurant, dan ada stadion sepak bola yang namanya Deca Park juga. Posisi di belakang gedung. Club Hercules memakai stadion ini sebagai tempat latihan rutin. Stadion juga dipakai untuk kompetisi Persija. Kesebelasan Hercules pemainnya banyak Belanda.
Kompleks Deca Park kemungkinan besar dibangun setelah PD I.
Deca Park jaman Belanda tetap ramai walaupun kalau malam bersaing dengan Pasar Gambir yang terkenal dengan konkoers (lomba) keroncong. Balai Pertemuan Deca Park sering dipakai untuk rupa-rupa pertemuan juga untuk dakwah Islam. Ustadz Ahmad Hassan sering memakai Balai Pertemuan untuk tanya jawab agama pada tahun 1950-an.
Kalau musik yang sering tampil Orkes Hawaiian di tahun 1950-an itu. Penggemarnya banyak.
Ruang pameran dipakai untuk pameran lukisan dan pameran buku. Penyelenggara
pameran buku sering Gunung Agung yang sebelumnya bernana Lie Tay San.
Hingga sekarang saya belum ketemu lagi di sini kompleks gedung seperti Deca Park. Kita sekarang lagi buru-buru ingin jadi New York. Yang penting itu gedung/stadion mengkilap.
Deca Park digusur jaman Gubernur Sumarno. Sebelumnya sudah berdiri di depan Balai Kota Gedung Olah Raga yang juga berfungsi sebagai tempat pertunjukan dan pertemuan termasuk untuk perhitungan suara pemilu 1955.
Jakarta memerlukan stadion yang tersebar di semua wilayah kota. Jakarta Barat harusnya ada Tegal Alur, malah sudah selesai dibangun, lalu tiada kabar. Mau bersepeda jalurnya sudah dibongkar. Apa ngantri minyak tergolong sport? (*)