Efek Reshuffle, Potensi Kekacauan Bertambah, Siap-Siap Luhut Dapat Tugas Baru

Hari pertama kerja sebagai Menteri Perdagangan yang baru, Zulkifli Hasan blusukan ke Pasar Cibubur, Jakarta Timur dan langsung kaget. Di pasar itu, ia mendapat banyak keluhan dari pedagang maupun masyarakat soal harga bahan pokok yang naik semua. Untuk cabai merah misalnya, ia mendapat keluhan bahwa harganya melesat dari Rp80 ribu menjadi Rp100 ribu per kg. Kemudian, telur dari Rp26 ribu naik ke Rp29 ribu per kg. Ayam dari Rp21 ribu naik ke Rp26 ribu per kg.

Kekagetan Zulhas justru mendapat cemoohan masyarakat. Bahkan rekan sesama politisi Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB menyindir dengan telak. Dia menyebut Zulhas sedang akting. Pengamat politik Rocky Gerung menyesalkan reshuffle yang hanya dipakai bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi untuk mengamankan Presiden.

“Jadi, ini bahayanya kalau reshuffle  hanya untuk mengamankan posisi presiden dan bukan untuk menyelesaikan masalah policy,” kata Rocky dalam wawancara dengan wartawan senior FNN Hersubeno Arief, Sabtu, 18 Juni 2022. Berikut petikannya:

Yang membuat saya senyum-senyum saja itu adalah saya dikirimi status Twitter dari Cak Imin, rupanya orang sudah tahu siapa yang dimaksud.  Begini statusnya, “Menteri baru kok akting! Barang sudah naik lama kok baru kaget.” Ini cuitan dari Cak Imin. Dan kita tahu sebenarnya maksudnya apa, tapi kemudian ada netizen yang menjawab begini: “La Anda ini malah aneh, sudah tahu gitu kok pakai update status, Gus? Kenapa nggak bilang saja di depan orangnya, wong ya Anda makan bareng gitu. Apa jangan-jangan ada kecewa karena nggak jadi menteri, terus Anda agak kaget juga gitu”. Bener kan mereka makan-makan bareng. Foto-foto ini menunjukkan mereka bareng, terus jalan bareng juga. Kenapa mesti lewat status Twitter ini Cak Imin menyindir Pak Zulhas?

Ya, saat pelantikan kabinet itu yang paling santai sebetulnya Cak Imin, tidak ada beban, ngeledek kiri ngeledek kanan, dan bahasa tubuh Cak Imin memang didesain untuk ngeyel kan? Memang Cak Imin paham. Opini publik merasa bahwa ini menteri ngerti apa nggak keadaan itu. Masa menteri ngeluh.

Bagian-bagian yang sebetulnya sudah bisa diprediksi nggak perlu lagi dia sok pamer di pasar, saya kaget segala macem. Jadi, fasilitas kita untuk melihat politik akhirnya terhalang oleh kecurigaan kita bahwa dari awal menteri-menteri ini memang sekadar ditaruh di situ, bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi untuk mengamankan Presiden doang.

Jadi, bahayanya kalau reshuffle  itu hanya untuk mengamankan posisi presiden dan bukan untuk menyelesaikan masalah policy. Jadi, kita bedakan antara politik dan policy. Departemen Perdagangan harusnya diasuh dengan policy, bukan dengan politik.

Cak Imin tentu ingin kasih tahu bahwa ya kalau gua di situ ya gue lebih jago. Kira-kira begitu. Tapi kita nggak usah anggap itu sebagai rasa iri Cak Imin. Itu rasa nakal aja tuh, buat ngledek teman-teman makannya tuh. Mungkin setelah itu ketemu di parkiran lalu sama-sama gila lu ngapain ngledek-ngledek saya. Cak Imin merasa bahwa ya mesti diledek karena itu yang bisa membuat orang ingat Cak Imin. Jadi Cak Imin juga lagi kampanye supaya namanya enggak lenyap. Biasalah itu.

Ya tapi sebenarnya cuitan Cak Imin juga mengonfirmasi bahwa apa yang kita katakan kemarin makan-makan bareng, jalan bareng, duduk bareng itu sebenarnya cuman pura-pura saja kan?

Iya saya bayangkan itu makan siang dengan Presiden lalu Presiden kasih sinyal bahwa ini adalah koalisi persatuan. Begitu diucapkan kata persatuan, saling senggol kaki di bawah meja. Presiden tidak tahu bahwa di antara menteri begitu. Kalau sedang sidang  kabinet juga kan begitu, saling kaget atau saling kirim WA. Jadi, dinding istana kan suka kasih bocoran kita bahwa si ini sebenarnya begini tuh. Jadi kita akhirnya harus nonton inkapasiti dari Presiden untuk menertibkan kabinetnya.

Dan sebenernya kita nggak perlu merasa bahwa presiden memang ingin membuat kabinet persatuan atau mengembalikan soliditasnya karena dari awal ide untuk reshuffle itu bukan untuk menguatkan kabinet, tapi untuk mengamankan proyek politik presiden. Kan PAN dibawa ke situ untuk memastikan bahwa Anies akan lewat PAN. Jadi bukan untuk menyelesaikan minyak goreng. Memang bukan itu maksudnya Zulhas ada di kabinet.

Ini topiknya masih Pak Zulhas karena kemarin orang juga terkejut ketika membaca berita (di CNN) yang judulnya “Belum sepekan menjabat menteri perdagangan Zulhas lempar urusan minyak goreng ke Pak Luhut”. Nggak lama kemudian beritanya diralat, judulnya diubah. Judulnya menjadi “Zulhas dukung Luhut urus minyak goreng curah, Cek stok ke pasar”” Jadi ini kan dua hal yang berbeda karena kata-kata ini setelah dia mendapat penjelasan dari Kementerian Perdagangan. Jadi rupanya katanya wartawannya salah-kutip.

Ya mustinya wawancara Pak Luhut dulu. Jangan-jangan memang Pak Luhut maksudkan begitu. Jadi sebetulnya wartawan juga mustinya klarifikasi ke Pak Luhut, apa betul Pak Luhut pasti ngurus minyak goreng setelah Menteri Perdagangannya baru. Kan begitu juga. Kan akhirnya kalau ada reshuffle tupoksinya musti balik ke menteri-menteri teknisnya. Kan dulu Pak Jokowi minta Pak Luhut mengurusi minyak goreng karena dianggap Pak Luthfi tidak bisa. Sekarang sudah di-reshuffle. Artinya, menteri yang baru, yaitu Pak Zulhas, harus mampu untuk menjalankan fungsi teknis dari menteri sebelumnya. Dengan kata lain, seharusnya begitu di-reshuffle makan tupoksi yang dipindahkan ke Pak Luhut berhenti.

Jadi, memang harusnya Menteri Perdagangan yang ngurus itu. Jadi kalau dilempar ulangi Pak Luhut juga merasa ngapain dilempar ke gue. Lu di-reshuffle buat menyelesaikan tugas yang ditinggal oleh menteri sebelumnya. Jadi, kelihatannya memang kacau aja jobdesnya. Itu artinya di kepala presiden dari awal enggak tahu apa guna atau apa fungsi utama reshuffle.  Lalu disalahin wartawan lagi. (ida, sws)

561

Related Post