Ex PM Sutan Syahrir Menjiwai Kekuasaan

Oleh Ridwan Saidi, Budayawan

MANTAN Perdana Mentri Sutan Syahrir pernah berkata, banyak orang cuma tahu menggunakan alat-alat kekuasaan, tetapi tidak  menjiwai kekuasaan.

Mungkin salah satu breakdown ucapan Syahrir ada pada nasihat Natsir padaku: Saidi, berpolitiklah tapi tidak dengan dendam.

Ucapan kedua tokoh itu tampaknya empiris. Natsir keluar dari pedalaman Sumatera Barat karena PRRI 1959 dan langsung ditahan padahal janjinya Presiden Sukarno akan memberi amnesti.

Sutan Syahrir ditahan tahun 1960 tanpa kesalahan apa pun. 

Menurut Mr Roem padaku, selama dalam tahanan Syahrir banyak di kamar. Sedangkan tahanan lain duduk-duduk ber--bincang-bincang di halaman mengisi waktu luang.

Pada awal 1966 Syahrir sakit keras dan diterbangkan ke Swiss untuk dirawat. Tak lama beliau wafat. 

Menjiwai kekuasaan missi rohani, selain missi politik dan ideologi. Itulah keadilan dan kejujuran.

Perlakuan terhadap bekas pemimpin2 . Masyumi dan PSI memang tidak adil dan tidak jujur. Mereka ditahan ber-tahun-tahun tanpa diadili. 

Mendengar cerita Rahmawati tentang derita hari-hari terakhir kehidupan Sukarno, ayahnya, memang mengharukan.

Syahrir berkata kekuasaan harus dijiwai, bukan cuma digunakan. Yang tak dikatakan Syahrir tentang balance of power. Tanpa penjiwaan menjadi imbalance power yang proses rebalancing kelak harus dibayar pengguna kekuasaan itu sendiri. 

Power itu energi, energi punya hukum sendiri.

Hukum kekekalan enerji, E = 1.

Foto atas dari kiri ke kanan:  Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Sutan Sjahrir dan Mr Mohammad Roem saat menghadiri rapat pleno KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) ke 5 di Malang pada Tahun  1947.

Sumber foto : Cas Oorthuys / Nederlands Fotomuseum. (*)

190

Related Post