Fientje de Fenick Tewas, Snouck Hurgronje Disorot
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
JUMAT pagi 17 Mei 1912 penduduk Kebon Siri dan sekitar dibikin kaget sebab ditemukannya mayat wanita cantik terbungkus karung di kali Kebon Siri depan rumah Snouck Hurgronye. Banyak orang kaitkan mayat itu dengan penasehat Belanda urusan bumi putera Snouck Hurgronje (photo atas, Hurgronje bertongkat, di Mekah 1894).
Hurgronje dapat.masuk Mekah karena ia berIslam dulu. Maksud kedatangannya di Makah untuk berjumpa dengan Syekh Djunaid al Batawi yang dijuluki Hamka: Syaikhul Masyaikh, guru segala guru.
Syekh Djunaid, yang asli Jembatan Lima, adalah Imam Madjidil Haram dan mengajar di serambi masjidil Haram. Syekh Djunaid menolak Snouck Hurgronje yang mau menemuinya (re: Hurgronje, Perayaan di Mekkah).
Setelah polisi lakukan olah TKP ditemukan fakta wanita ini Fientje de Fenick, umur 28 tahun, tempat tinggal Kwitang, pekerjaan WTS, tempat praktek soehian (baca: soe'é-an) di Pal Merah. Ia tewas dibunuh, mayatnya dimasukan ke dalam karung, lalu dibuang ke kali.
Polisi memburu pelaku. Tiga orang tersangka pelaku ditangkap. Dari pengakuan tersangka kemudian ditangkap otak pelaku seorang pria Belanda. Pria ini memang pernah ke rumah Hurgronje, tapi urusan tak terkait wanita yang tewas itu.
Motif pembunuhan kasih tak sampai.
Lokal WTS di Jakarta pertama kali di Gang Rébo kawasan Pintu Besar, Kota, setelah diresmikannya
Stadhuis tahun 1707.
Tempat2 lainnya di sekitar Glodok yaitu Gang Mangga dan khusus elit di Macao Po.
Gemeente, pemerintah, mengabaikan saja praktek2 prostitusi. Hingga meluas ke Gang Hauber dan Gang Kaligot, Weltevreden, Jakarta pusat.
Praktek ini bubar di jaman Jepang karena WTS takut diangkut Jepang untuk layanan sex tak berbayar macam Yugun Ianfu. (*)