From Ukraine With Love
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
PADA Tempo.co 26/3/ 2022 mewartakan keterangan Kementerian Pertahanan Rusia bahwa Rusia menganggap perang fase I ke Ukraine selesai, dan mereka fokus di kawasan perbatasan di daerah yang bernama Donbass yang katanya dikuasai separatis.
Keterangan Kemenhan Rusia didahului dengan pertukaran tawanan perang sebelumnya.
Ini adalah gencatan senjata sepihak dari Rusia. Selama lebih sebulan mereka gempur habis-iabisan kota2 di Ukraine tanpa mampu menguasainya.
Maka berduyun-duyun datang volunteers dari negara-negara barat. Sebanyak 1500 rudal anti pesawat dari Jerman pun telah tiba di Ukraine (cnninfonesia.com 27/3).
Beberapa volunteers mengatakan kedatangan mereka ke Ukraine ongkos sendiri. Tujuan berperang dengan Rusia? For fun. Kami enjoy perang dengan Rusia, U know. Ampun, tentara Rusia dianggap apa?
Rusia akan menerima serangan balik. Putin tak bisa berbuat semaunya. The West lazimnya sebelum hajar negara yang dianggap musuh ngomong dulu dengan mereka. Presiden France Macron telah bertemu Putin di Morkow (youtube.com 27/3).
Dapat dimengerti kenapa Menhan Rusia diomel-omelin Putin. Ini yang menyebabkan Menhan kena serangan jantung (cnnindonesia.com 27/3).
Memang sekarang lagi musim Kepala Negara ada yang suka ngomel-bgomelin menterinya. Hal yang tak lazim ini dalam adat Betawi disebut ngebekasin. Orang yang mau meninggal dunia biasa berucap atau berlaku yang tak lazim. Kadang-kadang suka manjat-manjat, apa saja dipanjat.
Kemenhan Rusia mengatakan alasan menghentikan perang dengan Ukraine karena kekuatan Ukraine sudah lemah. Ini tak perlu dibahas, namanya juga omongan orang kéok.
Yang Rusia tak dapat menghindar harus bayar ganti rugi akibat serangan yang mereka lakukan lebih sebulan ke Ukraina. Rusia juga menghadapi sanksi lain karena tak menaati resolusi PBB tentang penghentian perang. Putin sendiri harus menghadapi sidang International Crimanal Court karena dia didakwa penjahat perang. Artinya pas Putin keluar wilayah Rusia dia akan di-gép International Police.
Karena itu dapat dipahami keterangan Dubes Rusia di Jakarta yang tak tuntas menanggapi rencana undangan Indonesia untuk Putin berhadir di KTT G-20 November 2022 mendatang di Bali.
Mestinya pihak Indonesia mengindahkan seruan Presiden Joe Biden agar Indonesia tidak berpihak. Mestinya juga Indonesia menanggapi RRC yang kelojotan karena TNI dan US Army akan latihan bersana di area Indo Pacific.
Pepatah kuno bilang diam itu emas tapi dalam diplomasi Internasional diam tidak dimungkinkan. Kata anak-anak pengajian kalau diam melulu bisa-bisa disangka ijma' sukuti, setuju dengan cara diam. Just speak out, men. Ojo meneng wae.
Indonesia harus merapihkan polugrinya karena perubahan konstelasi kekuatan politik dunia akibat serangan Rusia ke Ukraine. Dunia menuju kekuatan yang monopolar. Perang di Ukraine membuktikan Rusia bukan super power seperti diidam-idamkan RRC ketika perang bermula. Perubahan dunia patut kita syukuri.
Maka, latihan bersama TNI dan US Army di area Indo Pacific harus disambut dengan rasa bangga. (*)