Hina Nabi Muhammad, Pasangan Ridwan Kamil – Suswono Diyakini Bakal Kalah
Jakarta | FNN - Pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh calon wakil gubernur DKI Jakarta Suswono, berakibat serius terhadap klaim kemenangan calon yang didukung oleh Prabowo dan Jokowi tersebut. Dalam sebuah kampanye saat bertemu Ormas Bang Japar di Jakarta, Suswono menyarankan agar pemuda Jakarta yang masih menganggur mencari janda kaya untuk dinikahi, sebagaimana Nabi Muhammad menikahi janda kaya Siti Khadijah.
“Lebih baik janda kaya menikahi pemuda nganggur. Lihat Siti Khadijah dulu, menikahi siapa? Muhammad kan. Tapi dulu Muhammad belum jadi Nabi, masih usia 25 tahun,” katanya sambil tertawa.
Sontak publik tak terima Nabi Muhammad disamakan dengan pemuda pengangguran. Padahal dalam sejarah Nabawiyah, Nabi Muhammad di umur 25 tahun adalah seorang pedagang ulung. Rasul sampai dijuluki Al Amin, orang terpercaya dalam akhlak dan bisnis sampai Khadijah mau dipersunting Nabi sebagai istri pertamanya.
Lagi pula Khadijah bukan sembarang janda, tetapi memang salah satu wanita kelas atas di tengah kalangan Arab kala itu, karena kemahirannya dalam berdagang.
“Inilah contoh orang miskin sejarah, miskin pendidikan agama. Harusnya tanya ulama dulu, berapa mahar Rasulullah saat menikahi ibunda Khadijah dulu,” sentil seorang netizen.
“Khadijah mau nikahi Nabi Muhammad karena beliau pemuda berkelas, bukan pengangguran hoi. Nabi 25 tahun udah jadi crazy rich Arab,” kata seorang netizen.
Suswono seharusnya bisa lebih fokus memaparkan program-program unggulan RIDO. Pernyataan tersebut patut blunder karena terdengar kontradiktif dengan fakta sejarah keislaman mengenai Nabi Muhammad.
Pengamat politik Abdul Halim menilai pernyataa Suswono masuk dalam kategori pelecehan agama yang harus dituntaskan lewat jalur hukum. Tak hanya itu, Suswono tak pantas membawa-bawa partai agama. “Saya pikir pejabat PKS mengerti agama, ternyata dugaan saya keliru. Ini harus diproses hukum segera,” katanya kepada media, Ahad (17/11/2024) di Jakarta.
Halim menegaskan, apa yang dilontarkan oleh Suswono menunjukkan siapa sebenarnya dia dan partainya. “Tuhan telah menunjukkan siapa PKS dan Suswono. Saya meyakini pasngan Ridwan Kamil-Suswono bakal kalah,” paparnya.
Sementara Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Profesor Sutoyo Abadi menyarankan untuk mewaspadai orang-orang seperti Suswono. “Saya tidak paham orang tersebut, itu tandanya mengaku orang muslim, tetapi bukan mukmin, maka yang tejadi malah jumud. Dalam Bergama, hal seperti itu sangat berbahaya,” katanya.
Tuntutan untuk menangkap Suswono terus bergelora. Gerakan Pemuda (GP) Ansor DKI Jakarta mengutuk keras pernyataan calon wakil gubernur Suswono. GP Ansor DKI kemudian melaporkan pernyataan blunder Suswono itu ke polisi, jika calon wakil gubernur nomor urut 1 ini tidak menyampaikan permintaan maafnya. Organisasi ini menilai bahwa Suswono telah menyakiti perasaan umat Islam melalui pernyataannya soal janda tersebut.
“Yang paling fatal, Nabi Muhammad SAW jelas bukan pria miskin dan pengangguran seperti analogi yang disampaikan Suswono. Kami mengutuk keras pernyataan tersebut. Sangat tidak etis dan tidak layak pernyataan itu dikeluarkan oleh Suswono," kata Sulthon.
Belakangan Suswono meminta maaf kepada umat Islam. Namun GP Ansor DKI Jakarta menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup lantaran hanya melalui rilis dan video. “Terkait permintaan maaf Pak Suswono, yang pertama itu video taping ya, banyak editan. Jadi kami meminta Pak Suswono menyatakan maaf secara terbuka dan langsung,” kata Sulthon.
Organisasi masyarakat (ormas) Betawi Bangkit melaporkan calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 1, Suswono, atas dugaan penistaan agama ke Kepolisian Daerah Metro Jaya. Namun petugas mengarahkan mereka agar melapor ke Sentra Penegakan Hukum Terpadu atau Sentra Gakkumdu di Bawaslu.
Ketua Umum Ormas Betawi Bangkit, David Darmawan, datang ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya pada Selasa, 29 Oktober 2024 pukul 09.44 WIB. “Kami diarahkan ke (Sentra) Gakkumdu Bawaslu,” ucap David.
Menurut petugas SPKT, kata David, laporan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh peserta pemilihan umum ditangani oleh Sentra Gakkumdu.
Selama kurang lebih 40 menit berada di gedung SPKT Polda Metro Jaya, David menjelaskan ia menjalani konsultasi soal pelaporan Suswono yang dianggap menistakan agama Islam. Meskipun laporan David tidak diterima, ia enggan menyebutkan mengapa polisi menolaknya.
“Gak ditolak. Jadi kami harus jalan ke Bawaslu saja, di situ akan diterima laporan kami,” kata dia.
Selepas berkonsultasi dengan petugas SPKT, rombongan Betawi Bangkit menuju Bawaslu.
Berdasarkan dokumen yang diterima Tempo, Bawaslu telah menerbitkan formulir laporan bernomor 012/PL/PG/Prov/12.00/X/2024 dengan identitas pelapor David Darmawan.
Dalam laporan tersebut, Suswono berstatus sebagai pihak terlapor atas dugaan tindak pidana penistaan agama. Suswono dianggap menyinggung Nabi Muhammad SAW dan istrinya, Khadijah dengan guyonan pengangguran dan janda kaya. “Laporan kami diterima oleh Bawaslu,” kata David Darmawan, saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp.
Berdasarkan laporan tersebut, Suswono melanggar sejumlah pasal yakni Pasal 69 huruf B dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota juncto Pasal 72 Ayat 1. Suswono juga dijerat Pasal 187 Ayat 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016. Kemudian Suswono dinilai melanggar atas Pasal 156a KUHP tentang Penodaan Agama dan Pasal 28 Ayat 2 Undang-undang ITE.
Sejak kasus ini mencuat, pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil – Suswono (RIDO) yang sebelumnya diprediksi menang satu putaran, kini elektabilitasnya terus merosot tajam.
Berdasarkan hasil polling beberapa lembaga survei pasangan RIDO nomor urut satu ini didukung oleh 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, sekarang posisinya di nomor dua di bawah pasangan nomor urut tiga Pramono dan Rano Karno.
Sedangkan cagub-cawagub independen, Dharma Pongrekun dan Kun Wardan belum beranjak dari juru kunci di urutan ketiga.
Mengaku mendapat dukungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI, Jokowi, nyatanya elektabilitas paslon Pilkada nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono kalah dibandingkan pesaingnya, paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno.
Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyimpulkan, Pramono-Rano unggul signifikan dari RK-Suswono pada saat survei dilaksanakan pada 31 Oktober-9 November 2024, hanya 18 hari jelang pemungutan suara pada 27 November 2024 mendatang.
Hasilnya, elektabilitas paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno mencapai 46 persen. Angka tersebut mengungguli pesaing terkuatnya, paslon nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono, yang elektabilitasnya 39,1 persen.
Sementara, paslon nomor 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, elektabilitasnya 5,1 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 9,8 persen.
Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani, menjelaskan, keunggulan Pramono-Rano atas RK-Suswono signifikan. Sebab, selisih angkanya melebihi margin of error survei.
Keoknya Ridwan Kamil-Suswono juga tampak dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pada Kamis (24/10/2024). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan periode 10-17 Oktober 2024 kepada 1.200 responden itu, Pramono-Rano memiliki elektabilitas 41,6 persen, sementara pasangan Ridwan Kamil (RK)-Suswono 37,4 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana hanya memiliki elektabilitas 6,6 persen.
Sementara Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan menerangkan, keunggulan Pramono-Rano dari RIDO ini, secara statistik belum menunjukkan siapa pemenangnya. Namun, selain unggul, dukungan pada pasangan Pramono-Rano juga terlihat lebih solid dan kuat dibanding pasangan lain.
Dalam pengamatan LSI, kata Djayadi, sejak pertengahan sampai September lalu, paslon RIDO, mengalami penurunan. Sementara perlahan-lahan terjadi peningkatan keterpilihan pasangan Pramono-Rano sampai dengan Oktober 2024.
LSI juga mengutip peningkatan dan penururan keterpilihan Pramono-Rano dan RIDO tersebut, dari hasil survei para surveyor lainnya. Djayadi memaparkan, dalam hasil survei LSI pada 6-12 September lalu, surveyor masih menempatkan keunggulan RIDO daripada Pramono-Rano pada angka keterpilihan 51,8 persen berbanding 28,4 persen.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking 9-15 September lalu, pun paslon RIDO unggul 47,5 persen, namun saat itu paslon Pramono-Rano mengalami peningkatan 31,5 persen. Kemudian dari hasil survei Charta Politika sepanjang 19-24 September, Djayadi juga melihat peningkatan elektabilitas pasangan Pramono-Rano ke angka 36,5 persen, namun tetap unggul paslon RIDO 48,3 persen.
Kemudian pada periode 10-17 Oktober, survei LSI, kata Djayadi menunjukkan keterbalikan yang membawa keunggulan RIDO merosot ke angka 37,4 persen, di bawah paslon Pramono-Rano 41,6 persen. “Penurunan yang dialami oleh pasangan Ridwan-Suswono atau RIDO ini, cenderung pindah, lebih dari 10 persen pindah ke Pramono-Rano, sedikit yang pindah ke pasangan Dharma-Kun,” kata Djayadi.
Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, kenaikan suara paslon Pramono-Rano masih akan terus meluas. Penilaiannya itu merespons hasil survei terbaru LSI.
"Paslon ini, bisa mendapatkan suara pemilih yang lebih luas, termasuk pemilih Golkar yang tidak solid mendukung pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO)," kata Ray di Jakarta.
Menurut Ray, sejak awal dirinya melihat elektabilitas paslon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) ini tidak bisa memperoleh suara signifikan. Ray memprediksi suara pasangan RIDO sangat berpotensi untuk dikalahkan oleh pasangan Pramono-Rano karena pemilih pasangan RIDO hanya berpaku pada pemilih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sementara pasangan Pramono-Rano bisa mendapatkan suara pemilih yang lebih luas. Termasuk pemilih Partai Golongan Karya (Golkar) yang juga tidak solid mendukung pasangan RIDO.
"Saya tidak terlalu terkejut. Sejak dari awal saya sudah punya keyakinan Pram sama Rano akan dapat mengimbangi RIDO," ujar Ray. (asw)