Innalillahi, Emak Antri Minyak Goreng, Pulang Tinggal Nama, Rocky Gerung: Inilah Ongkos Kemanusian dari Kebijakan Amburadul Jokowi
Jakarta, FNN - Pengamat politik, Rocky Gerung turut menanggapi kejadian emak-emak yang meninggal di Berau, Kalimantan Timur saat antre minyak goreng.
Mulanya, emak-emak tersebut antre demi mendapatkan minyak goreng yang langka beberapa minggu. Ia datang pagi-pagi di halaman sebuah minimarket, tepatnya di Jalan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Bayur, Berau, Kalimantan Timur pada Sabtu, 12 Maret 2022 pagi.
Baru saja antre, emak-emak itu mengalami batuk, kejang-kejang dan terjatuh di lokasi. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit, namun meninggal dunia saat dalam perjalanan.
Menanggapi kejadian itu, Rocky Gerung menilai kejadian itu dikarenakan kebijakan tidak dikoordinasikan dengan baik.
Akhirnya kebijakan-kebijakan yang tidak dikoordinasi itu langsung harganya adalah nyawa rakyat Indonesia," kata Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief dari FNN di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Ahad, 13 Maret 2022.
Rocky Gerung mengatakan kejadian itu mestinya jadi renungan semua pihak di tengah kelangkaan minyak goreng.
“Akhirnya kebijakan yang tidak dikoordinasikan dengan baik harus dihargai dengan nyawa rakyat Indonesia. Saya bisa bayangkan mereka pagi-pagi antri minyak goreng supaya bisa tiba lebih cepat dan pulang bawa minyak goreng. Yang terjadi, justru yang dibawa pulang jenazah almarhumah,” kata Rocky.
Pada saat yang sama lanjut Rocky, presiden sedang sibuk menyiapkan seremonial ibu kota negara dengan mengundang segala macam pejabat negara untuk bersuka ria. Terjadi kontradiksi dalam peristiwa itu.
“Kalau kita bayangkan bahwa negara ini berdasarkan Pancasila, ada ketuhanan, ada kemanusiaan yang adil dan beradab, ada keadilan sosial, semua itu nilai yang akhirnya batal karena ketidakmampuan presiden menjamin kesejahteraan rakyat. Ini terjadi di Indonesia. Kalau di negara negara Barat satu Euro harga tomat atau kentang naik, pemerintah langsung jatuh karena tidak bisa menjamin kestabilan ekonomi,” paparnya.
Bangsa Indonesia punya Pancasila, tetapi dalam pengamalannya jauh dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. “Kita punya Pancasila, tapi membiarkan orang antri berjam-jam dan berpuluh kilometer. Berbulan-bulan terjadi antrian dan tidak seorang pun di kabinet yang mampu menerangkan apa yang terjadi. Dan Presiden Jokowi seolah-olah anggap bahwa ini gak penting. Yang dia pentingkan adalah mercusuar di pulau Kalimantan Timur, sementara peristiwa di Kalimantan Utara tidak dipedulikan,” paparnya.
Rocky memandang sangat ironis apa yang terjadi di Kalimantan. “Inilah ongkos kemanusiaan dari kebijakan yang amburadul yang dulu Jokowi sendiri pernah bilang, saya tahu kartel mana yang mempermainkan komoditas, sekarang kartel itu ada di sekitar dia,” tegasnya.
Secara sosiologis emak-emak itu menurut Rocky meninggal karena kebijakan yang tidak memperhatikan fasilitas publik. “Kepada siapa kita minta pertanggung jawaban? Kalau di Eropa kepada presiden atau menteri. Kalau di sini orang pasti akan bilang, “kok Presiden Jokowi yang salah?”. Kita memang beda kultur dan beda kecerdasan,” pungkasnya. (ida, sws)